Harga Tahu dan Tempe Bakal Naik, Ini Biang Keroknya
Kondisi global turut berkontribusi naiknya harga sejumlah komoditas.
Kondisi global turut berkontribusi naiknya harga sejumlah komoditas.
- Harga Beras di Indonesia Lebih Mahal Dibandingkan Negara Lain, Ternyata Ini Penyebabnya
- Harga Minyak Dunia Naik Dipicu Kondisi Ekonomi AS yang Mengecewakan
- Harga Pangan di Jakarta Naik, Ternyata Ini Penyebabnya
- Harga Pangan Sentuh Titik Termahal dalam 30 Tahun, Banyak Orang Amerika Tak Lagi Makan di Luar
Harga Tahu dan Tempe Bakal Naik, Ini Biang Keroknya
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) periode 2018-2023 Hariyadi B. Sukamdani menyebut dampak pelemahan nilai tukar Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat mulai dirasakan pelaku usaha.
Mengutip data Bloomberg, nilai tukar Rupiah melemah 0,27 persen menjadi Rp16,216.50 per USD pada Senin (21/4).
"(Pelemahan nilai Tukar Rupiah) pasti akan berpengaruh,"
kata Hariyadi saat dihubungi merdeka.com di Jakarta, Senin (22/4).
Hariyadi mengungkapkan, sejumlah komoditas yang akan mengalami kenaikan harga akibat dari pelemahan nilai tukar rupiah.
Misalnya, komoditas bawang putih yang sebagian besar bergantung ke impor.
"Saya rasa yang terkait dengan bahan pokok masyarakat, misalnya bawang (naik), bumbu dapur kan masih impor, gandum masih impor,"
ujar Hariyadi.
Selanjutnya, kenaikan harga juga akan dirasakan pada komoditas kedelai dan produk turunannya.
Terutama tahu dan tempe yang merupakan bahan pangan favorit masyarakat Indonesia.
"Untuk (kedelai) bikin tempe sama tahu masih impor itu (naik), enggak main-main,'" tegasnya.
Selanjutnya, tren penguatan nilai tukar dolar AS juga berdampak pada kenaikan harga minyak mentah dunia. Sehingga, akan mengerek kenaikan harga BBM.
"Untuk barang terkait energi juga naik, kayak BBM" tegasnya.
Untuk itu, pemerintah diminta mewaspadai tren pelemahan nilai Tukar Rupiah terhadap dolar AS. Mengingat, adanya potensi tren pelemahan Rupiah lebih dalam jika skala konflik Iran dan Israel terus meningkat.
"Menurut saya, kalau sudah situasi gini masyarakat harus lebih tenanglah. Enggak usah panik, apalagi ikut-ikutan borong dolar lah, borong emas yang enggak penting-penting, sebaiknya tetap tenang," imbuh Hariyadi.