Hati-Hati Penipuan, Ini 5 Cara Aman Bertransaksi Digital
Masih maraknya kasus penipuan online tidak lepas dari tingkat literasi masyarakat yang masih cenderung rendah, di mana mayoritas masyarakat Indonesia baru mengenal solusi fintech sebatas dompet digital dan paylater.
Perusahaan financial technology (fintech) yang terus bertumbuh menjadi sinyal positif bagi ekonomi digital di Tanah Air. Hingga September 2021, tercatat jumlah perusahaan fintech di Indonesia mencapai 785 perusahaan.
Pada tahun 2030, transaksi ekonomi digital diproyeksikan akan mencapai USD315 miliar atau setara dengan Rp1,7 triliun. Untuk itu, pemerintah berharap ekonomi digital mampu menjadi sektor yang resilien dan tangguh di tengah disrupsi akibat pandemi Covid-19.
-
Bagaimana cara menghindari utang dalam tips keuangan? Hindari utang dalam tips keuangan dengan menjalani gaya hidup yang tidak bergantung pada pinjaman atau utang berlebihan. Selain itu, Anda bisa bijak dalam mengelola uang Anda. Hal ini dapat membantu kalian membuat keputusan keuangan yang lebih bijak di masa depan.
-
Kapan tips ini dibagikan? Ingin tahu caranya? Simak penjelasan lengkapnya yang disajikan pada Jumat (7/6/2024) berikut ini.
-
Bagaimana Finnet mendukung transformasi digital di Indonesia? Kami didukung dengan IT Infrastructure yang handal dan memiliki lisensi terlengkap di Perusahaan sejenis. Kami yakin Finnet dapat menjadi One Stop Solution yang tumbuh bersama mitra untuk bersama-sama mendigitalkan sistem pembayaran di Indoensia.
-
Apa itu Rupiah Digital? Rupiah Digital merupakan uang Rupiah yang memiliki format digital.
-
Mengapa penting untuk menghindari mainstream dalam tips keuangan? Memang tidak salah, namun jika ingin kaya dengan penghasilan kecil, lebih baik dihindari. Belilah hanya yang kalian perlukan tanpa harus mengikuti tren yang ada.
-
Bagaimana proses pengembangan Rupiah Digital dilakukan? Langkah awal pengembangan Rupiah Digital BI melalui Proyek Garuda adalah dengan menerbitkan White Paper sebagai komunikasi kepada publik terhadap rencana pengembangan Rupiah Digital.
Namun, di sisi lain, pesatnya pertumbuhan fintech menimbulkan masalah baru di ekosistem digital, salah satunya banyaknya kasus penipuan ketika melakukan transaksi secara digital. Berdasarkan data CekRekening.id dari Kemkominfo, dalam 5 tahun terakhir Kemkominfo menerima setidaknya 486.000 laporan dari masyarakat terkait dengan tindak pidana informasi dan transaksi elektronik, di mana fraud yang mendominasi adalah penipuan transaksi daring dengan jumlah laporan mencapai 405.000.
Masih maraknya kasus penipuan online tidak lepas dari tingkat literasi masyarakat yang masih cenderung rendah, di mana mayoritas masyarakat Indonesia baru mengenal solusi fintech sebatas dompet digital dan paylater.
Padahal, fintech yang bergerak di bidang pembayaran dan pinjaman mewakili sekitar setengah atau 52 persen dari keseluruhan bidang fintech yang ada di Indonesia. Sementara, masih banyak produk fintech lainnya, seperti investasi pada angka 14 persen serta teknologi keuangan dan akuntansi mencakup 13 persen dari total perusahaan fintech di Indonesia.
Selain itu, perusahaan yang bergerak di mata uang kripto baru mencakup 8% persen dari total perusahaan. Banyaknya perusahaan fintech dan jenis produk yang ditawarkan kerap menimbulkan kebingungan tersendiri bagi penggunanya untuk memilih perusahaan dan produk yang tepat untuk mereka.
Untuk itu, Asosiasi Fintech Indonesia (AFTECH) mengajak masyarakat menyadari pentingnya menciptakan ruang transaksi digital yang aman di tengah pemanfaatan fintech yang terus meningkat. Berikut 5 cara aman untuk bertransaksi secara digital.
1. Pahami risiko fintech yang digunakan
Sebelum memutuskan menggunakan produk dan layanan dari sebuah perusahaan fintech, ada baiknya untuk mengenal lebih jauh produk dan layanan yang ditawarkan. Risiko jangka panjang penggunaan fintech seringkali masih luput dari perhatian masyarakat karena terburu-buru memanfaatkan manfaat instan yang ditawarkan. Sebagai evaluasi diri sendiri, sudahkah Anda memahami perbedaan tabungan, proteksi, dan investasi?
2. Jaga identitas digital
Banyaknya kasus kebocoran data menimbulkan masalah baru dalam bertransaksi digital. Dari banyaknya perusahaan fintech yang hadir, pengguna harus bijak dalam memilih layanan dan aplikasi yang tepat untuk digunakan terutama untuk keamanan privasi, perlindungan data pribadi, serta keamanan bertransaksi.
Pilihlah fintech yang menjamin keamanan data pribadi Anda. Banyak aplikasi fintech sudah menggunakan identifikasi digital yang terjamin aman, seperti VIDA dan Privy. VIDA dan Privy merupakan penyedia layanan digital identity (Digital ID) yang dapat mempercepat proses konsumen untuk menggunakan layanan digital dengan aman dan nyaman.
Aplikasi ini mampu memverifikasi segala jenis identitas yang disediakan dalam bentuk digital, seperti KTP dan tanda tangan digital.
3. Waspada dengan iming-iming hadiah besar
Beragam modus penipuan dengan iming-iming hadiah hingga ratusan juta rupiah banyak membuat benteng pertahanan digital masyarakat runtuh. Iming-iming hadiah ini kerap disampaikan melalui SMS, e-mail, media sosial, atau bahkan telepon langsung dan ditawarkan hadiah atau diinformasikan memenangkan undian tertentu.
Apabila nomor ponsel hingga alamat e-mail tidak dikenal serta tak mencantumkan info perusahaan secara jelas dan lengkap, sebaiknya langsung abaikan, hindari menekan link yang dikirimkan, termasuk hindari memberikan informasi pribadi Anda.
4. Cek perusahaan fintech secara resmi melalui cekfintech.id
Tertarik untuk transaksi, investasi, atau lakukan pinjaman lewat perusahaan fintech? Sebaiknya jangan terburu-buru untuk bertransaksi. Pastikan perusahaan fintech yang dituju sudah terdaftar dan memiliki izin
secara resmi.
Anda bisa cek terkait perusahaan fintech melalui laman cekfintech.id. Anda cukup memasukkan nama fintech yang ingin dicek, maka akan keluar informasi berupa status izin dari regulator seperti Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Bank Indonesia (BI), dan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) untuk perusahaan tersebut.
5. Perkuat edukasi
Data dari Global Web Index (2021) menunjukkan Indonesia menduduki peringkat keempat di dunia untuk penetrasi pengguna internet di Indonesia. Sejalan dengan hal ini, pemerintah menargetkan inklusi keuangan mencapai 90% di tahun 2024.
Namun, di satu sisi indeks literasi keuangan Indonesia sendiri masih tergolong rendah, yakni baru mencapai 49,68%. Untuk itu, perlu adanya penguatan kompetensi masyarakat dalam literasi digital, termasuk memahami risiko fintech yang digunakan hingga cara melindungi privasi dan keamanan informasi.
Melihat kebutuhan ini, Asosiasi Fintech Indonesia (AFTECH) berkomitmen untuk terus memberikan edukasi relevan kepada masyarakat agar tidak salah langkah dalam memanfaatkan produk fintech.
Baru-baru ini, AFTECH berkolaborasi dengan Bank Indonesia (BI), Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI), dalam menghadirkan program edukasi tahunan Bulan Fintech Nasional (BFN) 2022 yang sukses mengedukasi lebih dari 1,5 juta masyarakat. Selain edukasi, program ini menawarkan 232 lowongan pekerjaan dari perusahaan fintech Indonesia.
(mdk/azz)