Indonesia masih butuh impor jagung, ini sebabnya
Pengamat Indef, Bhima Yudhistira menilai impor komoditas jagung sebenarnya masih dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan pakan ternak. Sebab, pasokannya belum dapat terpenuhi melalui produk lokal.
Kementerian Pertanian (Kementan) diminta lebih rasional dalam upaya mengejar target swasembada pangan untuk beberapa komoditas, salah satunya jagung. Ini mengacu pada data ekspor-impor kepabeanan yang menunjukkan masih adanya impor jagung.
Impor jagung berdasar data Bea dan Cukai mencapai 330,8 juta Kg pada periode Januari-Juli 2018.
-
Apa yang di ekspor oleh Kementan? Wakil Presiden RI, KH Maruf Amin melepas ekspor komoditas pertanian ke 176 negara dengan nilai transaksi sebesar 12,45 triliun.
-
Bagaimana Kemendag memfasilitasi eksportir Indonesia di pameran EIM? “Kemendag memfasilitasi puluhan eksportir Indonesia untuk memamerkan produk-produk potensial melalui pameran EIM agar pangsa pasar produk Indonesia di negara Meksiko semakin luas,” tambahnya.
-
Kapan Kementan melakukan ekspor komoditas pertanian? Berdasarkan data BPS, Wapres menyebut volume nilai ekspor hingga Juni 2023 mencapai 21,2 juta ton.
-
Bagaimana Kementan meningkatkan ekspor pertanian? Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (Mentan SYL) mengatakan bahwa kegiatan ekspor pertanian akan terus ditingkatkan dengan mendorong pengembangan hilirisasi produk jadi sesuai arahan Wapres "Oleh karena itu kemajuan kita dalam ekspor harus lebih kuat. Kita tidak boleh kalah dengan negara lain. Dan ini suatu kebanggan Karena apa yang kita lakukan ini lahir dari sebuah proses dan kerja keras," jelasnya.
-
Bagaimana upaya Kementerian Pertanian untuk meningkatkan ekspor pertanian? Kementerian Pertanian selama ini telah berupaya untuk melakukan upaya - upaya peningkatan ekspor.
-
Apa yang diminta oleh DPRD DKI Jakarta kepada Pemprov DKI terkait Wisma Atlet? Wakil Ketua Komisi A DPRD DKI Jakarta Inggard Joshua meminta Pemprov memanfaatkan Wisma Atlet Kemayoran sebagai tempat rekapitulasi dan gudang logistik Pemilu 2024.
Pengamat Indef, Bhima Yudhistira menilai impor komoditas jagung sebenarnya masih dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan pakan ternak. Sebab, pasokannya belum dapat terpenuhi melalui produk lokal.
"Impor jagung masih dibutuhkan, khususnya untuk suplai ke pakan ternak ayam. Sekarang, ketika impor jagungnya dibatasi, akhirnya peternak mencari pakan gandum yang berasal dari impor," kata Bhima dikutip dari Antara, Rabu (15/8).
Bhima mengatakan impor komoditas jagung ini masih diperlukan untuk memenuhi pasokan dalam negeri daripada terjadi kenaikan harga yang memberatkan konsumen. Untuk itu, dia mempertanyakan klaim bahwa sudah terjadi swasembada jagung, meski pemenuhan impor masih terjadi.
Selain itu, tambah dia, kegaduhan mengenai pemenuhan kebutuhan dalam negeri selalu disertai oleh persoalan data ekspor impor pangan. "Soal data harusnya cuma BPS yang berhak keluarkan data pangan baik pasokan dan kebutuhan pangan," kata Bhima.
Tidak hanya untuk pakan ternak, kebutuhan jagung untuk bahan baku industri makanan dan minuman saat ini masih harus dipenuhi dari impor. Pasalnya, jagung�"dent corn"�yang memiliki kadar tepung tinggi belum diproduksi di dalam negeri.
"Dent corn"�atau yang dikenal sebagai jagung gigi kuda memiliki kandungan tepung yang tinggi sehingga cocok untuk industri makanan seperti keripik jagung, tepung maizena, keripik tortilla maupun taco.
Berdasarkan data ekspor-impor kepabeanan, Indonesia ternyata tetap mengimpor jagung. Tercatat ada sebanyak 330,8 juta kg jagung yang diimpor sepanjang Januari-Juli 2018 dengan HS Code 10059090. Ada juga impor bibit jagung dengan HS Code 10051000 sebanyak 227,3 ribu kg.
Jumlah impor jagung tersebut bahkan lebih besar dibandingkan jumlah jagung yang telah dieskpor. Pada periode yang sama, jumlah ekspor jagung dengan HS Code 10059090 sebanyak 274,9 juta kg.
Ketua Dewan Jagung Maxdeyul Sola mengakui saat ini produksi jagung Indonesia belum mampu memenuhi kebutuhan industri pangan yang membutuhkan jagung jenis 'dent corn' sehingga impor tidak bisa dihindari.
Ketidakcocokan produksi dengan kebutuhan industri pangan ini disebabkan kandungan alfatoksin produksi jagung nusantara yang kerap melebihi batas kebutuhan industri pangan sebesar 20 ppg. "Jadi kita baru bisa menanam, tapi tidak bisa mengamankan produksi yang dihasilkan masyarakat," ujarnya.
Menurut Max, industri makanan dan minuman sepakat untuk membantu pengembangan jagung 'dent corn' sambil menunggu kebijakan mengenai larangan impor.
"Pasalnya, Dewan Jagung akan mengajukan. Kalau memang sudah ada produksi dalam negeri, kita akan ajukan stop impor," katanya.
Baca juga:
OJK keluarkan paket kebijakan dorong ekspor dan perekonomian nasional
Menko Darmin soal impor Juli naik 62 persen: Waduh, serem amat
4 Aspek ekonomi RI turun tajam akibat tertekan gejolak dunia
Respons PLN saat diminta Jokowi untuk kurangi impor
OJK terbitkan paket kebijakan tingkatkan perekonomian nasional