Infrastruktur Mulai Dibangun, Gas Bumi Disalurkan ke KIT Batang di 2023
Jaringan pipa distribusi ke KIT Batang akan dibangun berdiameter delapan inchi sepanjang 7,3 Km dengan tekanan 17 Barg dan kapasitas alir 25 MMSCFD.
Subholding Gas PT Pertamina (Persero), PT PGN Tbk mulai membangun infrastruktur gas bumi menuju Kawasan Industri Terpadu Batang (KIT Batang), Jawa Tengah. Ini sebagai eksekusi konkret menyediakan energi bersih bagi kawasan industri dan mendukung utilisasi pipa transmisi ruas Cirebon-Semarang yang dibangun pemerintah.
Jaringan pipa distribusi ke KIT Batang akan dibangun berdiameter delapan inchi sepanjang 7,3 Km dengan tekanan 17 Barg dan kapasitas alir 25 MMSCFD.
-
Apa yang ditemukan di Kawasan Industri Batang? Pada tahun 2019, seorang arkeolog asal Prancis bernama Veronique de Groot menemukan sebuah situs diduga candi di Kawasan Industri Terpadu (KIT) Batang di Desa Sawangan, Kecamatan Gringsing, Batang.
-
Dimana desa yang menjadi pusat industri kompor minyak tanah di Indonesia? Bahkan, Desa Taman Harjo, Singosari, Malang, Jawa Timur, dikenal sebagai pusat industri kecil kompor dengan bahan bakar minyak tanah.
-
Apa yang menunjukkan pertumbuhan industri manufaktur Indonesia? Geliat pertumbuhan ini dapat terlihat dari peningkatan permintaan baru yang menunjukkan aktivitas produksi yang semakin terpacu.
-
Mengapa Desa Kemudo memutuskan untuk mengelola limbah industri? Agar bisa bermanfaat, pihak desa kemudian mengolahnya menjadi kerajinan meubel yang cantik dan mampu diserap pasar.
-
Kapan puncak kejayaan industri kapuk di Jawa? Puncaknya adalah tahun 1936-1937 di mana kapuk jawa mampu memenuhi 85 persen kebutuhan dunia.
-
Bagaimana pabrik gula di Tegal berkembang hingga menjadi pusat industri? Pabrik Gula di Tegal Pada tahun 1832, di sebelah timur Tegal, tepatnya di Desa Pangkah, dibangunlah pabrik gula pertama di Tegal. Pendirinya adalah seorang investor swasta bernama NV Kosy dan Sucier. Setelah itu muncul pabrik-pabrik gula lainnya. Pada tahun 1841-1842 muncul pabrik gula di Desa Kemanglen dan Dukuwringin.
KIT Batang berpotensi menyerap gas bumi maksimal 24,8 MMSCFD dari 14 penyewa. Saat jaringan pipa gas bumi berserta infrastruktur pendukung nantinya siap on stream pada 2023. Gas bumi untuk KIT Batang itu akan bersumber dari PEPC Jambaran Tiung Biru (JTB).
Pada Rabu ini, PGN melaksanakan seremoni first welding atau pengelasan pertama infrastruktur distribusi gas bumi di KIT Batang, yang dilakukan Direktur Infrastruktur dan Teknologi PGN Achmad Muchtasyar.
Kegiatan ini turut dihadiri Asisten Deputi Energi Minyak & Gas Kementerian BUMN, Abdi Mustakim, perwakilan Kementerian ESDM Agung Kuswardono, Kepala Dinas ESDM Pemprov Jawa Tengah Sujarwanto Dwiatmoko, dan Direktur Utama Kawasan Industri Terpadu Batang Ngurah Wirawan.
Abdi Mustakim mengatakan, seluruh negara sedang resesi dan terkena dampak pandemi, namun pertumbuhan ekonomi Indonesia cukup tinggi dengan sumbernya salah satunya adalah investasi.
KIT merupakan proyek strategis nasional (PSN) yang mengutamakan gas bumi sebagai energi yang memasok kawasan industri.
Menurut Abdi, pipa Gresik-Semarang (Gresem) siap mengalirkan gas dari JTB ke KIT Batang, termasuk pipa Cirebon-Semarang (Cisem), yang sedang pararel disiapkan Kementerian ESDM.
"KIT Batang juga diharapkan dapat menyerap tenaga kerja dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional," katanya.
Sediakan Energi Ramah Lingkungan untuk Investor
Kepala Dinas ESDM Pemprov Jawa Tengah Sujarwanto Dwiatmoko mengatakan pihaknya mengapresiasi integrasi pipa transmisi Gresik-Semarang dan Cirebon-Semarang, sebagai terobosan yang positif bagi Jateng dan KIT Batang.
"First welding merupakan milestone penting untuk meningkatkan keyakinan tenant di KIT Batang. Kebutuhan energi ramah lingkungan merupakan permintaan investor dan Jateng diharapkan dapat menjadi hub gas untuk menopang tumbuhnya pertumbuhan ekonomi berbasis industri," ujarnya.
Sementara itu, Agung Kuswardono mengatakan, Kementerian ESDM telah mengalokasikan Rp1 triliun untuk pipa transmisi dan selanjutnya, pipa distribusi PGN akan melengkapi sampai ke pelanggan.
"Menteri ESDM memberikan arahan untuk segera merencanakan integrasi infrastruktur dan pasokan untuk keandalan dan ketersediaan energi segera dapat dirasakan masyarakat," katanya.
Achmad Muchtasyar menambahkan infrastruktur gas ini merupakan momentum yang sangat berarti bagi PGN dan pemangku kepentingan.
"Pengembangan infrastruktur gas bumi ini merupakan wujud nyata komitmen pemerintah pusat, daerah, BUMN, dan swasta serta sinergi seluruh pemangku kepentingan dalam bergandengan tangan, bergotong royong memulai penyaluran energi bersih ramah lingkungan dan ketersediaan energi yang berkelanjutan bagi KIT Batang," katanya.
Terintegrasi Perumahan
Achmad melanjutkan sejalan dengan progres pembangunan pipa Cirebon–Semarang, terutama ruas Semarang-Batang, maka pembangunan pipa distribusi perlu dilakukan untuk dapat menyalurkan gas menuju KIT Batang.
Artinya, pembangunan ini adalah wujud ikhtiar PGN sekaligus dukungan kepada pemerintah dalam percepatan pembangunan infrastruktur hilir untuk dapat segera menyerap pasokan gas dari berbagai sumber termasuk mendukung percepatan utilisasi dan dampak keekonomian pembangunan pipa Cirebon-Semarang.
Menurut Achmad, konsep KIT Batang nanti terintegrasi dengan perumahan, layanan kesehatan, serta rantai suplai antar-pabrik.
Dengan demikian, PGN berpeluang mengembangkan infrastruktur gas bumi untuk bisa melayani perumahan, usaha menengah, dan ritel.
"PGN siap berkolaborasi dengan berbagai pihak demi keandalan infrastruktur maupun pasokan gas bumi di Jawa Tengah. Tidak hanya di Batang, masih banyak kawasan industri di Jawa Tengah yang potensial menggunakan gas bumi. Apalagi, jika Jawa Tengah nanti telah dilalui konektivitas pipa Cisem dan Gresem, maka akan lebih sustain untuk menjangkau berbagai titik wilayah dan muaranya akan memberi dampak positif terhadap daya saing industri, serta pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah," ujar Achmad.
Reporter: Pebrianto Eko Wicaksono
Sumber: Liputan6.com
(mdk/idr)