Ini bahaya pelemahan nilai tukar mata uang bagi negara berkembang
Pelemahan mata uang tak bakal bantu naikkan ekspor negara berkembang.
Pelemahan nilai tukar mata uang suatu negara terhadap dolar Amerika (USD) seringkali dianggap sebagai suatu yang menguntungkan. Pemerintah sering menyebut, melemahnya nilai tukar akan menggairahkan ekspor karena harga produk dalam negeri akan lebih murah di luar negeri, dan produk tersebut bisa bersaing.
Skenario seperti ini sering diucapkan kepala negara, termasuk Perdana Menteri Malaysia, Najib Razak. Nilai tukar Ringgit Malaysia memang anjlok parah dan menyentuh titik terendah dalam 17 tahun terakhir.
-
Mengapa nilai tukar rupiah menjadi sangat tinggi terhadap dolar di era Soeharto? Sebab, inflasi Indonesia yang terbilang masih cukup tinggi tidak sebanding dengan mitra dagangnya. Akhirnya nilai tukar rupiah menjadi sangat tinggi terhadap dolar dan tidak ada negara yang mau bermitra dengan Indonesia.
-
Kapan nilai tukar Dolar Singapura terhadap Rupiah mengalami penurunan signifikan? Kemudian, terjadi penurunan hingga mencapai titik terendah sekitar 11.700 IDR per 1 SGD, sebelum kembali menguat ke 11.762,02 IDR per 1 SGD pada 25 September 2024.
-
Bagaimana Pejuang Rupiah bisa menghadapi tantangan ekonomi? "Tidak masalah jika kamu bekerja sampai punggungmu retak selama itu sepadan! Kerja keras terbayar dan selalu meninggalkan kesan abadi."
-
Apa yang dimaksud dengan nilai tukar Dolar Singapura dan Rupiah? Nilai tukar antara Dolar Singapura dan Rupiah mencerminkan perbandingan nilai antara mata uang Singapura (SGD) dan mata uang Indonesia (IDR).
-
Bagaimana redenominasi rupiah dilakukan di Indonesia? Nantinya, penyederhanaan rupiah dilakukan dengan mengurangi tiga angka nol di belakang, contohnya Rp 1.000 menjadi Rp 1.
-
Bagaimana nilai IDR ditentukan? Perubahan nilai IDR dapat dipengaruhi oleh faktor ekonomi dan politik, seperti inflasi, tingkat pertumbuhan ekonomi, stabilitas politik, dan faktor-faktor global seperti kondisi pasar internasional.
Namun demikian, pelemahan nilai tukar disebut tetap berbahaya untuk negara, apalagi negara berkembang. Co-head of Asian Economics Research di HSBC, Frederic Neuman mengatakan, pelemahan nilai tukar akan menyakiti prospek pertumbuhan ekonomi.
Frederic menjelaskan, pelemahan nilai tukar akan menyakitkan bagi negara melalui dua cara. Pertama adalah ketika nilai tukar anjlok akan memaksa bank sentral untuk menaikkan suku bunga acuan sebagai respon kaburnya dana asing dalam negeri atau capital outflow.
Ucapan Frederic terbukti dengan adanya kepanikan berlebihan di pasar mata uang. Modal asing atau dana asing kabur dari pasar negara berkembang. Akibatnya, kondisi keuangan negara berkembang mengalami kesulitan dan biaya pinjaman semakin tinggi.
Akibat kedua dari pelemahan nilai tukar adalah menimbulkan kekhawatiran stabilitas ekonomi makro. Dalam kasus seperti ini, jumlah pinjaman perbankan akan lebih besar jika dikonversi ke mata uang lokal.
"Konteks ini juga penting. Jika pertumbuhan ekonomi terlalu bergantung pada insentif kredit, dengan perilaku konsumsi dan investasi didukung oleh utang, maka imbas dari pengetatan kondisi finansial juga akan menyakiti pertumbuhan ekonomi," ujar Frederic seperti dilansir dari CNBC, Senin (21/9).
Dalam hal ini, kenaikan suku bunga acuan akan memicu kenaikan bunga kredit sehingga perilaku konsumsi dan investasi akan berkurang karena pengambilan kredit tidak menguntungkan.
"Ditambah lagi, jika permintaan dari luar negeri sedang loyo, maka pelemahan mata uang dapat berimbas pada permintaan di kuartal berikutnya. Sayangnya, sebagian besar negara berkembang di Asia saat ini tengah menghadapi kondisi yang sama," kata dia.
Jadi, semua negara berkembang sama-sama rentan? Tidak, kata dia.
Dia memperkirakan bahwa kebijakan pengetatan pada kondisi finansial di Malaysia akan berpengaruh terhadap permintaan di kuartal berikutnya. Di sisi lain, Indonesia dan India seharusnya tidak terlalu parah mengingat jumlah utang yang lebih sedikit dibanding Malaysia dan mempunyai pergerakan pertukaran mata uang lebih tertata.
"Untungnya nilai tukar turun namun dolar Amerika masih stabil (dengan keputusan the Fed untuk menunda menaikkan suku bunga acuan). Namun sekali suku bunga acuan naik, maka kondisi finansial di negara berkembang akan semakin tercekat," tutupnya.
Baca juga:
Menko Puan sebut 70 persen ekonomi RI dikuasai segelintir orang kaya
Luhut: Ekonomi dibuat gaduh, dua kali diingatkan ketiga kami libas
JK: Impor beras, kami buka kemungkinan itu secepatnya
Berangus begal garam, Menko Rizal pakai jurus sistem tarif
Wapres JK klaim program KB Indonesia dapat apresiasi dunia
Dibanding KUR, program BLT lebih efektif selamatkan ekonomi