Ini yang Harus Dilakukan Pemerintah Antisipasi Kemenangan Donald Trump
Dia menyinggung dinamika perekonomian saat masa kepemimpinan periode pertama Trump sepanjang 2017-2021.
Ekonom Center of Economics and Law Studies (Celios), Nailul Huda mengimbau, Pemerintah Indonesia untuk memperkuat ekonomi domestik guna mengantisipasi efek kemenangan Donald Trump di Pemilihan Presiden (Pilpres) Amerika Serikat (AS) 2024.
"Paling utama adalah perlindungan untuk konsumsi domestik. Ketika kondisi global tidak memungkinkan untuk ditingkatkan, penguatan ekonomi dalam negeri menjadi strategi utama,” kata Huda saat dihubungi Antara.
- Donald Trump Terpilih Kembali Menjadi Presiden Amerika, Ekonomi Indonesia Terancam
- Kemenangan Donald Trump di Pilpres AS Bikin Masa Depan Ekonomi Indonesia Terancam Suram
- Dampak Potensial Kebijakan Trump terhadap Ekonomi Indonesia jika Terpilih Kembali sebagai Presiden AS
- Perjalanan Karier Donald Trump, dari Pengusaha Sukses ke Calon Presiden Lagi
Dia menyinggung dinamika perekonomian saat masa kepemimpinan periode pertama Trump sepanjang 2017-2021. Kala itu, Trump menurunkan tarif pajak secara drastis, dari 35 persen menjadi 21 persen, yang berimbas pada kenaikan inflasi. Federal Reserve (The Fed) kemudian menaikkan suku bunga untuk menanggulangi inflasi, mendorong derasnya aliran dana masuk ke Amerika Serikat (AS).
"Artinya, (dampak kembali terpilihnya Trump) Rupiah akan tertekan dan suku bunga acuan bisa naik kembali. Harga saham dalam negeri bisa melemah karena sentimen negatif kenaikan suku bunga acuan dalam negeri, investasi akan terhambat," ujar dia.
Di sisi lain, dari segi aktivitas perdagangan, Trump mempunyai hubungan yang kurang harmonis dengan China. Perang dagang antara China dengan AS menghambat permintaan barang dari negara lain untuk masuk ke dua negara tersebut.
Kondisi itu makin dipersulit dengan kebijakan "American First Trump", di mana arus masuk produk ke pasar domestik AS kemungkinan akan terhambat.
Efeknya, produk Indonesia bisa makin tertekan, termasuk produk tekstil. Tekanan ini bisa berdampak terhadap pertumbuhan ekonomi dari sisi perdagangan luar negeri yang tertahan.
Oleh sebab itu, Pemerintah Indonesia juga perlu mencari pangsa pasar ekspor alternatif selain pasar tradisional. Huda merekomendasikan pasar di Timur Tengah sebagai alternatif bagi Indonesia.
"Pangsa pasar ekspor negara Timur Tengah bisa menjadi opsi bagi produk ekspor kita," tutur dia.
Perbaiki Daya Saing Industri
Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Esther Sri Astuti menilai Indonesia perlu meningkatkan dan memperbaiki antisipasi kemenangan Donald Trump pada pilpres 2024 di Amerika yang akan mengurangi impor dari negara lain.
"Yang penting, Indonesia memperbaiki daya saing industri," kata Esther.
Mengingat kepemimpinan Trump pada periode sebelumnya, Esther mewaspadai kemungkinan naiknya tarif impor dari negara lain ke Amerika Serikat (AS).
Terlebih, Trump mengusung kebijakan ‘American First’ yang lebih mengutamakan perekonomian domestik di negeri Paman Sam itu.
Maka dari itu, Pemerintah Indonesia disarankan untuk memperkuat industri dalam negeri guna meredam efek kebijakan Trump nantinya.
Rekomendasi yang senada juga diungkapkan oleh ekonom Center of Economics and Law Studies (Celios) Nailul Huda. Dia mengimbau Pemerintah Indonesia untuk memperkuat ekonomi domestik guna mengantisipasi efek kemenangan Trump.
Pasalnya, Trump mempunyai hubungan yang kurang harmonis dengan China yang berdampak pada timbulnya perang dagang. Kondisi itu menghambat permintaan barang dari negara lain untuk masuk ke dua negara tersebut.
Efeknya, produk Indonesia bisa makin tertekan, termasuk produk tekstil. Tekanan ini bisa berdampak terhadap pertumbuhan ekonomi dari sisi perdagangan luar negeri yang tertahan.
Oleh sebab itu, Pemerintah Indonesia juga perlu mencari pangsa pasar ekspor alternatif selain pasar tradisional. Huda merekomendasikan pasar di Timur Tengah sebagai alternatif bagi Indonesia.
"Pangsa pasar ekspor negara Timur Tengah bisa menjadi opsi bagi produk ekspor kita," tutur dia.