Investasi Capai USD 20 Miliar, Implementasi B100 Masih Jauh
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan, penerapan bahan bakar campuran biodiesel dengan solar tidak bisa lompat dari B30 ke B100. Sebab, secara investasi sangat besar, yakni mencapai USD 20 miliar.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan, penerapan bahan bakar campuran biodiesel dengan solar tidak bisa lompat dari B30 ke B100. Sebab, secara investasi sangat besar, yakni mencapai USD 20 miliar.
Selain itu, proses pengujiannya pun membutuhkan waktu yang lama. Oleh karena itu, pasca B30 pemerintah dan pihak swasta akan terlebih dahulu melakukan uji coba untuk B65.
-
Apa itu biodiesel? Biodiesel adalah bahan luar biasa yang memiliki kualitas luar biasa karena dibuat dari minyak nabati dan hewani bekas. Minyak ini dibuat dengan mengolah minyak dengan alkohol untuk menghasilkan bahan bakar yang mampu membakar dan menggerakkan segala sesuatu mulai dari bus penumpang hingga unit pemanas, mengubah sisa minyak menjadi cara baru yang ampuh untuk berkeliling kota.
-
Siapa yang mendorong Pertamina untuk mengembangkan biofuel generasi kedua? Sekretaris Kementerian BUMN Rabin Indrajad Hattari mengatakan bahwa pemerintah mendorong Badan Usaha Milik Negara (BUMN) seperti Pertamina untuk mengembangkan biofuel generasi kedua dan ketiga.
-
Bagaimana Inul Daratista mencapai kesuksesannya? Merantau dari kampung halamannya di Pasuruan ke Ibu Kota pada 90-an, Inul berhasil menapaki jalan kesuksesan di dunia hiburan.
-
Bagaimana Hartono bersaudara mengembangkan bisnis Djarum? Di bawah kendali kakak beradik ini, tahun 1972 Djarum terus maju dan mulai mengeskpor produk rokoknya ke luar negeri. Tiga tahun berselang, pabrik rokok ini memasarkan Djarum Filter. Merek pertamanya yang diproduksi menggunakan mesin. Kemudian diikuti dengan rilisnya Djarum Super pada 1981.
-
Dimana desa yang menjadi pusat industri kompor minyak tanah di Indonesia? Bahkan, Desa Taman Harjo, Singosari, Malang, Jawa Timur, dikenal sebagai pusat industri kecil kompor dengan bahan bakar minyak tanah.
-
Bagaimana Pertamina akan mengembangkan bioenergi? “Nanti energi kita akan berbasis bioenergi, karena Indonesia ada banyak sumber daya. Di India saya bertemu dengan technology liaison untuk bioethanol dan limbahnya bisa diproses di perusahaan India, ini salah satu follow up yang akan kita kerja samakan,” ujar Nicke Widyawati, Direktur Utama Pertamina.
"Karena B100 itu investasinya agak besar, jadi itu teknologinya lain. Dan itu begitu investasi, 3-4 tahun baru keluar dia hasilnya. Emang kalau investasi bisa selesai kayak dibikin pabrik sepatu, tahun depan langsung selesai. Bisa 3-4 tahun," tuturnya di Jakarta, Kamis (29/8).
"Sebelum 3-4 tahun, mungkin selesainya baru sebagian. Sehingga kita mungkin belum meloncat ke B100. B100 itu akan dicapai pada waktu investasi," imbuhnya.
Darmin menjelaskan, biaya investasi program B100 sebesar USD 20 miliar akan menjadi tanggungan perusahaan swasta yang bergerak di industri kelapa sawit.
"Besar itu. Itu bisa kira-kira antara sekitar USD 20 miliar. Tapi itu semua swasta, bukan pemerintah. Itu swasta, yang punya pabrik kelapa besar-besar itu, sehingga mereka yang harus ikut mempertahankan posisi kelapa sawit dong," serunya.
Reporter: Maulandy Rizky Bayu Kencana
Sumber: Liputan6.com
Baca juga:
Penerapan B30 Dipercepat jadi November 2019
Luhut: Negara Barat Sangat Butuh Kita dalam Pengurangan Emisi
Airlangga: Tak Perlu Mengemis ke Negara Lain untuk Naikkan Harga CPO
RI Layangkan Nota Keberatan ke WTO Soal Pengenaan Bea Masuk Biodiesel
Jokowi Ingin Indonesia Bisa Produksi Avtur dari Kelapa Sawit
Pertamina: Bahan Bakar Olahan Sawit Hemat Impor USD 500 Juta per Tahun