Jadi anggota TPP, Thailand bisa ambil pasar ekspor otomotif RI
Khusus untuk kendaraan roda empat dalam sektor otomotif, Indonesia masih tertinggal dari Thailand.
Kepala Bidang Kebijakan Fiskal, Badan Pusat Pengkajian Industri (BPPI) Kemenperin Reni Yanita mengatakan niat Thailand masuk keanggotaan Trans Pasific Partnership (TPP) mampu merebut potensi pasar ekspor otomotif Indonesia.
Reni menjelaskan dari ke-12 anggota TPP, Indonesia belum memiliki perjanjian perdagangan bilateral dengan Amerika Serikat, Kanada, Meksiko, dan Chile. Hal itu dinilai jadi potensi peluang terbuka ekspor otomotif Indonesia.
-
Kenapa mobil Eropa menarik di Indonesia? Fitur-fitur yang dihadirkan oleh mobil Eropa sering dianggap lebih maju daripada yang lainnya. Hal ini menjadi daya tarik tersendiri bagi mobil Eropa di Indonesia, dan banyak yang berpendapat bahwa harga yang dibayarkan sepadan dengan fitur-fitur yang ditawarkan.
-
Bagaimana perubahan di industri otomotif Indonesia pada era Jokowi? Terjadi perubahan besar dalam kepemilikan usaha di industri otomotif Indonesia. Variabelnya banyak.Menariknya, merek otomotif China mulai masuk pada 2017 lewat Wuling dan DFSK. Disusul Hyundai (Korea) pada 2021.Yang terbaru, merek China kembali masuk pada 2022-2023: Chery, Neta, Great Wall Motor (GWM), dan lain-lain. Varialebel utama antara lain krisis moneter 1998, krisis industri keuangan 2008, dan sebagainya. Variabel ini cukup mengubah potret raja otomotif Indonesia di era Jokowi:Dari pengusaha ke kelompok usaha (konglomerasi).
-
Kapan sektor otomotif di Indonesia mengalami pertumbuhan pesat? Pada tahun 2000-an, sektor otomotif di Indonesia mengalami pertumbuhan yang pesat.
-
Bagaimana upaya Kementerian Pertanian untuk meningkatkan ekspor pertanian? Kementerian Pertanian selama ini telah berupaya untuk melakukan upaya - upaya peningkatan ekspor.
-
Kapan APEC dibentuk? APEC sendiri berdiri tahun 1989.
-
Kenapa ekspor telur ke Singapura bisa menjadi bukti keberhasilan Indonesia di pasar dunia? Singapura menjadi salah satu negara dengan standar mutu dan keamanan pangan yang tinggi, sehingga ekspor ini menjadi salah satu keberhasilan Indonesia di pasar dunia.
"Dalam melihat TPP bagi industri otomotif, kita perlu berhati-hati bila Thailand ikut. Indonesia harus siap karena ekspor ke negara-negara tujuan TPP bisa terancam," kata dia di kantornya, Jakarta, Rabu (1/6).
Reni mengatakan khusus untuk kendaraan roda empat dalam sektor otomotif, Indonesia masih tertinggal dari Thailand. Sebab, penerapan kendaraan ramah lingkungan dalam emisi Euro 4 ke atas masih jauh dibanding negeri gajah putih tersebut.
Menurut dia, pasar eropa mewajibkan kendaraan mobil dengan jaminan ramah lingkungan. Berbeda dengan Thailand dalam memproduksi dengan kewajiban tersebut.
"Memang sebelum mengarah ke sana, kami harus sama-sama membenahi biaya produksi yang mahal, kecukupan energi, dan juga teknologi yang bisa menghasilkan produk sesuai dengan pasarnya," kata dia.
Dari catatannya, ekspor kendaraan bermotor roda empat ke negara-negara anggota TPP pada 2015 tercatat sebesar USD 443,2 juta, atau 20,62 persen dari total outputsektor otomotif Indonesia sebesar USD 2,15 miliar. Serta, ekspor suku cadang kendaraan roda empat mengambil porsi terbesar ekspor industri otomotif dengan nilai USD 910,6 juta atau 42,36 persen.
"Nanti kalau Indonesia ikut TPP dan hanya bisa ekspor ke negara-negara anggota TPP yang itu-itu lagi seperti Jepang atau negara-negara ASEAN kan sama saja. Kami perlu TPP untuk meningkatkan perdagangan ke mitra baru, makanya industri otomotif perlu dibenahi sebelum ekspornya bisa menyaingi Thailand," pungkas dia.
(mdk/sau)