Jadi Introvert karena Hidup Miskin, Pemuda Ini Sukses Jadi Pengusaha Untung Rp100 Juta per Bulan
Orang tuanya tidak cukup nyaman untuk dijadikan tempat berkeluh kesah.
Orang tuanya tidak cukup nyaman untuk dijadikan tempat berkeluh kesah.
Jadi Introvert karena Hidup Miskin, Pemuda Ini Sukses Jadi Pengusaha Untung Rp100 Juta per Bulan
Pemuda Ini Sukses Jadi Pengusaha Untung Rp100 Juta per Bulan
Sering diajak jajan ke kantin, membuat Ahsan Abduh Andi Sihotang, tidak nyaman.
Bukan karena enggan berbaur, namun karena tidak punya uang jajan. Ahsan mengaku lelah mencari-cari alasan agar tidak ikut ke kantin.
Dalam akun YouTube Halobos, Ahsan bercerita sejak menjadi siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA), dia sulit untuk berbaur.
Orang tuanya tidak cukup nyaman untuk dijadikan tempat berkeluh kesah.
- Introvert adalah Kepribadian yang Nyaman dengan Diri Sendiri, Kenali Karakteristiknya
- Hal Ini yang Bikin Si Introvert Lebih Rileks Setelah Interaksi Sosial
- Dipenuhi Pepohohan Syahdu, Situ Gede Cocok Jadi Wisata Introvert di Kota Bogor
- Jadi Tersangka Korupsi Pengadaan Lahan di Jateng, Eks Dirut dan Mantan Manajer Anak Usaha Pelindo Ditahan
Bahkan untuk uang jajan pun dia tidak punya. Orang tua Ahsan memiliki kehidupan individualis.
Hingga luput terhadap kehidupan sosial Ahsan. Meski begitu, lulus dari SMA Ahsan mulai berubah.
"Lulus SMA kemudian lanjut ke IPB lewat jalur undangan, tanpa tes. Di saat-saat itu saya melihat ini kesempatan buat saya berubah, saya enggak bisa begini-begini aja," kata Ahsan dikutip Kamis (19/10).
Selama menjadi mahasiswa IPB, Ahsan mengikuti 10 organisasi kemahasiswaan. Menurutnya, itu sebagai langkah pengganti kehidupannya yang anti sosial.
Selama menjalani kehidupan di kampus, Ahsan mencoba untuk membuka beragam bisnis dengan motivasi cepat kaya.
"Visinya apa sih? Ya pengen cepat buat kaya," kata dia.
Ahsan kemudian memberanikan diri membuka usaha percetakan.
Alasannya, ketika menjadi pengurus organisasi kemahasiswaan dia kerap bolak-balik berurusan dengan tukang percetakan untuk membuat pin.
Dia pun mengamati apa saja yang dibutuhkan untuk membuka usaha tersebut.
"Ternyata ya enggak susah, cuma butuh printer pressing pin. Modalnya 2 jutaan kalau enggak salah ingat," ucapnya.
"Ini yang kemudian menjadi cikal bakal Souvia," imbuhnya.
Ahsan menjalankan usaha percetakan itu bersama teman satu kosan.
Namun, usaha yang kemudian diberi nama Souvia itu berjalan tidak cukup mudah.
Tahun 2012, setelah memutuskan berhenti bekerja selama satu tahun di sebuah perusahaan otomotif, Ahsan mencari tempat sewa untuk menjalankan usaha percetakannya.
Dia kemudian mendapatkan lapak berukuran 1 × 2 meter persegi, dan memulai usaha percetakan. Target pasar Ahsan yaitu mahasiswa IPB. Namun di tengah perjalanan uang sewa yang dia sudah bayar, dikembalikan.
"Kita masih ada beberapa bulan itu dibalikin uang sewanya, karena tempat itu ada yang mau bayar lebih mahal. Waktu itu saya bayar sewa Rp9 juta 1 tahun. Ada yang bayar Rp30 juta 1 tahun, 3 kali lipat ya sudah," kenang Ahsan.
Ahsan sempat ingin menyerah. Namun, dukungan dari rekan terus menguatkan Ahsan untuk bangkit.
Dia pun belajar mengenai search engine optimization (SEO), membuat website dan banyak hal lainnya. Ahsan pun tidak lagi berbisnis percetakan melainkan seminar souvenir kit.
Ketekunan Ahsan mempromosikan produknya membuahkan hasil.
Dia menerima pesanan dalam kuantitas cukup melimpah. Bahkan dalam sebulan Ahsan mendapatkan transaksi Rp100 juta.
"Selama 3 bulan beroperasi kemudian dapat klien pertama, saya kaget saya tanya tahu dari mana? Katanya dari Google. Berarti ini berhasil dari situ akhirnya achieve Rp100 juta pertama per bulan. Dari situ kita tumbuh 2 sampai 3 kali lipat setiap tahun," ujarnya.