Jalan Terjal untuk Wujudkan Mimpi Jokowi Bawa Indonesia Jadi Negara Maju
Jokowi berharap seluruh pihak bisa berkontribusi untuk mencetak sejarah dan membuktikan Indonesia bisa maju. Serta tidak terjebak dengan status middle income.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) berambisi akan membawa Indonesia menjadi negara maju di 2045 mendatang. Jokowi memprediksi, pada 2045, ekonomi Indonesia akan memasuki era keemasan. Di mana, Indonesia akan menempati posisi ke-4 terbesar dunia setelah China, India, dan Amerika Serikat.
"Diperkirakan pendapatan akan mencapai USD 29.000 per kapita dan akan menjadi empat besar ekonomi terkuat di dunia, setelah China, India, Amerika Serikat dan Indonesia," ujar Jokowi tahun 2017 silam.
-
Mengapa pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal II-2023 meningkat dibandingkan dengan kuartal I-2023? “Pertumbuhan ekonomi kita secara kuartal (q-to-q) lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang ini sejalan dengan pola yang terjadi di tahun-tahun sebelumnya, yaitu pertumbuhan triwulan II selalu lebih tinggi dibandingkan di triwulan I,” terang Edy.
-
Bagaimana pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal II-2023 dibandingkan dengan periode yang sama di tahun sebelumnya? Jika dibandingkan dengan kuartal II-2022, ekonomi RI mengalami perlambatan. Sebab tahun lalu di periode yang sama, ekonomi mampu tumbuh 5,46 persen (yoy).
-
Bagaimana strategi pemerintah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi? Oleh karena itu, pendekatan pembangunan perlu diubah dari reformatif menjadi transformatif yang setidaknya mencakup pembangunan infrastruktur baik soft maupun hard, sumber daya manusia, riset, inovasi, reformasi regulasi, tata kelola data dan pengamanannya serta peningkatan investasi dan sumber pembiayaan.
-
Apa yang dilakukan Kemenkumham untuk meningkatkan perekonomian Indonesia? Menurut Yasonna, dengan diselenggarakannya Temu Bisnis Tahap VI, diharapkan dapat memberikan dampak positif terhadap perkembangan perekonomian Indonesia.
-
Apa yang Airlangga Hartarto katakan tentang target pertumbuhan ekonomi Indonesia? Penerapan ekonomi hijau dalam jangka panjang diproyeksikan dapat menstabilkan pertumbuhan ekonomi rata-rata sebesar 6,22 persen hingga 2045," kata Airlangga di Jakarta, Kamis (4/7).
-
Kenapa target pertumbuhan ekonomi ini penting bagi Prabowo-Gibran? Target tersebut tercantum dalam Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2025. Badan Anggaran (Banggar) DPR RI dan Pemerintah menyepakati target sasaran pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2025 mendatang berada pada rentang 5,3 persen sampai 5,6 persen.
Kata Jokowi, prediksi ini akan menjadi kenyataan jika didukung dengan stabilitas politik, keamanan, harga komoditas, dan pertumbuhan ekonomi dunia. Prediksi tersebut berdasarkan kajian Menteri Keuangan Sri Mulyani, Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution, dan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional, Bambang Brodjonegoro.
Tahun terus berjalan. Pada 2020, Jokowi makin optimis Indonesia akan menjadi negara maju. Sebab, saat itu Bank Dunia menetapkan Indonesia sebagai negara berpenghasilan menengah atas per 1 Juli 2020.
"Pertanyaannya apakah kita punya peluang untuk keluar dari middle income trap? saya jawab tegas, kita punya potensi besar, kita punya peluang besar untuk melewati middle income trap, kita punya peluang besar untuk menjadi negara berpenghasilan tinggi," kata Jokowi saat Peresmian Pembukaan Konferensi Forum Rektor Indonesia (FRI) Virtual Tahun 2020 di Istana Bogor, Jawa Barat, Sabtu (4/7).
Sebab itu, Jokowi berharap seluruh pihak bisa berkontribusi untuk mencetak sejarah dan membuktikan Indonesia bisa maju. Serta tidak terjebak dengan status middle income.
"Satu abad republik Indonesia sudah dekat di 2045 nanti, tinggal 25 tahun lagi. Mari kita buktikan di tahun 2045 nanti Indonesia mampu menjadi negara berpenghasilan tinggi yang berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia," ungkap Jokowi.
Mimpi Jokowi nampaknya harus menapaki jalan terjal. Indonesia dilanda pandemi dan Indonesia harus kembali turun kelas jadi negara berpenghasilan menengah bawah.
Indonesia Turun Kelas
Bank Dunia menempatkan Indonesia sebagai negara kelas menengah bawah atau lower middle income. Peringkat per 1 Juli ini turun dibandingkan sebelumnya, di mana Indonesia sudah menjadi negara berpendapatan menengah atas.
Mengutip laporan Bank Dunia, assessment terkini mencatat GNI per kapita Indonesia tahun 2020 turun menjadi USD 3.870. Tahun lalu, Indonesia berada di level atas untuk negara berpendapatan menengah atas dengan (GNI) atau pendapatan nasional bruto sebesar USD 4.050 per kapita.
Bank Dunia mencatat, Indonesia saat ini sejajar dengan Belize, Iran, dan Samoa. Sedangkan Panama, Mauritius dan Romania juga mengalami turun peringkat dari negara high class menjadi negara upper middle income atau negara berpendapatan menengah atas.
"Indonesia, Mauritius, Rumania, dan Samoa sangat dekat dengan ambang batas klasifikasi pada tahun 2019 dan semuanya mengalami penurunan Atlas GNI per kapita akibat Covid-19, yang mengakibatkan klasifikasi lebih rendah pada tahun 2020," tulis Bank Dunia dalam laporannya.
Seperti diketahui, Bank Dunia telah mengubah klasifikasi GNI untuk menentukan peringkat tiap negara. Klasifikasi berubah karena di setiap negara, faktor-faktor seperti pertumbuhan ekonomi, inflasi, nilai tukar, dan pertumbuhan penduduk mempengaruhi GNI per kapita.
Pada 2019, klasifikasi GNI untuk negara Low Income di level USD 1.035, Lower Middle Income di level USD 1.035- USD 4,045, Upper Middle Income di level USD 4.046 - USD 12.535, dan High Income di level lebih dari USD 12.535.
Sedangkan di tahun 2020 berubah, untuk Low Income di level USD 1.046, Lower Middle Income di level USD 1.046-USD 4,095, Upper Middle Income di level USD 4.095 - USD 12.695, dan High Income di level lebih dari USD 12.695.
Banyak pihak sudah memperkirakan Indonesia akan turun kelas dan sulit mewujudkan mimpi jadi negara maju.
Sudah Diperikirakan Sejak 2020
Direktur Center of Economic and Law Studies (CELIOS), Bhima Yudhistira mengatakan, turunnya kelas Indonesia jadi negara berpenghasilan menengah bawah tidak mengherankan karena kondisi ekonomi Indonesia yang dilanda pandemi Covid-19.
"Itu sudah bisa diperkirakan sejak 2020 karena ekonomi Indonesia menurun akibat pandemi. Posisi Indonesia juga cukup berat keluar dari jebakan kelas menengah," kata Bhima saat dihubungi Liputan6.com, Rabu (7/7).
Bhima mengatakan, Indonesia akan tetap menjadi negara berpenghasilan menengah ke bawah dan tidak akan bisa menjadi negara berpendapatan atas di tahun 2045 jika tidak mengubah struktur ekonominya.
Saat ini, Indonesia masih memiliki struktur ekspor yang dominan bahan baku dan barang setengah jadi.
Sejak tahun 1980 sampai 2021, Indonesia tetap bergantung pada komoditas kebun dan tambang dengan nilai tambah yang rendah.
"Satu-satunya jalan yang harus dilakukan ialah dengan melakukan transformasi struktural menjadi negara industri maju yang ekspornya dominan produk berteknologi tinggi," kata Bhima.
Tak hanya itu, bahkan Menko Luhut menyebut bahwa banyak negara maju yang tak ingin Indonesia menjadi negara berpenghasilan tinggi.
Ada Negara yang Halangi Indonesia
Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi, Luhut Binsar Panjaitan menyebut bahwa Indonesia bisa menjadi negara maju karena banyaknya potensi yang dimiliki.
Hal ini disampaikan dalam podcast bersama Deddy Corbuzier. Awalnya, Deddy menyinggung mengapa Indonesia tidak mencontoh Singapura dalam mengelola bisnis hingga menangani Covid-19.
Namun kata Luhut, saat ini ada negara maju yang tak ingin Indonesia jadi negara maju juga.
Meski tidak menjelaskan lebih lanjut alasannya, Luhut menegaskan kalau sebenarnya, negara-negara maju tidak mau negara berkembang menjadi maju. Semuanya harus dicapai dengan usaha sendiri.
"Negara maju itu tidak mau negara berkembang itu jadi maju, jadi kalau bukan dari kita sendiri membuat negara jadi maju, ya nggak akan jalan. Orang suruh hajar kita terus," kata Luhut, seperti ditulis, Rabu (7/7).
"Saya ulangi, negara maju tidak rela negara berkembang itu jadi negara maju, karena saya mengalami, bagaimana mereka mempersulit kita supaya kita tidak maju. Itu fakta," kata Luhut.
(mdk/idr)