Jangan Sampai Salah Beli, Berikut Kriteria Emiten yang Sahamnya Harus Dihindari
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diprediksi masih akan bertahan di zona negatif. Sejumlah kalangan menilai saat ini ialah momen tepat untuk membeli saham-saham jangka panjang dengan harga murah. Ada sejumlah aspek yang perlu dihindari saat memilih emiten sebelum membeli.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diprediksi masih akan bertahan di zona negatif. Sejumlah kalangan menilai saat ini ialah momen tepat untuk membeli saham-saham jangka panjang dengan harga murah.
Analis Binaartha Sekuritas, M Nafan Aji Gusta Utama, mengungkapkan ada sejumlah aspek yang perlu dihindari saat memilih emiten sebelum membeli. Pertama, emiten yang pergerakan harga sahamnya stagnan.
-
Kapan PT Tera Data Indonusa Tbk melantai di bursa saham? Bahkan pada 2022, saat pandemi berlangsung, perusahaan ini berani mengambil langkah melantai di bursa saham.
-
Kenapa harga saham bisa naik turun? Salah satu yang sering jadi dilema adalah harga saham yang begitu cepat naik turun bagaikan roller coaster. Jadi, sebenarnya apa sih penyebab harga saham bisa naik turun?
-
Apa penyebab naik turunnya harga saham? Prinsip Ekonomi Dasar: Hubungan antara Penawaran dan Permintaan Saat banyak orang mencari suatu barang, stoknya akan terbatas sehingga harganya cenderung akan naik.
-
Siapa yang merencanakan aksi teror di Bursa Efek Singapura? Pendalaman itu dibenarkan Juru Bicara Densus 88 Antiteror Polri Kombes Aswin Siregar bahwa YLK memang hendak merencanakan aksi teror ini pada 2015 silam.
-
Kenapa Bursa Karbon Indonesia (IDXCarbon) diluncurkan? Tujuan bursa karbon sendiri untuk mencipatakan insentif bagi perusahaan dan negara untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dengaan menyediakan mekanisme untuk membeli dan menjual izin emisi atau kredit karbon.
-
Siapa saja yang memegang saham PT Berau Coal Energy Tbk? Saat ini, PT Berau Coal Energy Tbk menguasai 90 persen saham perusahaan dan 10 persen dimiliki oleh Sojitz Coorporation.
Kedua, emiten yang harga sahamnya di level 50. Terakhir, emiten saham tersebut tidak menyampaikan kinerja laporan keuangan secara rutin, yang tidak sesuai dengan peraturan yang berlaku.
“Kalau emitenya tidak menerapkan GCG (good corporate governance) dengan efektif pun sebaiknya dihindari, kalau menurut saya. Saya rasa investor tahu lah mana yang emiten-emiten mana yang harus dihindari, itu segitu saya serahkan ke pelaku investor,” jelasnya kepada Liputan6.com, Selasa (17/3).
Nafan menambahkan pelemahan IHSG masih akan terjadi dalam beberapa waktu ke depan. Usai pidato Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang menyebutkan bahwa pandemic virus Corona menyebabkan kemerosotan pada perekonomian Amerika Serikat.
"Jadi memang membuat para pelaku pasar cenderung menghindar terlebih dahulu, daripada ada instrumen resiko," ujarnya.
Nafan melihat IHSG akan berhenti melemah jika telah mencapai titik jenuh jual. Dia berharap komitmen reformasi struktural pemerintah bisa mengangkat kinerja IHSG kembali.
"Misalkan pemerintah jika mampu menjalankan fundamental ekonomi domestik, yang berkesinambungan, kemudian pemerintah berkomitmen dalam pengesahan omnibus law ke depannya, karena memang patut kita tunggu," ungkapnya.
BPJamsostek Soal IHSG Terimbas Virus Corona: Momen Beli Barang Bagus Harga Murah
Imbas merebaknya pandemi global virus virus corona atau Covid-19 berdampak ke berbagai sendi kehidupan, termasuk perekonomian. Kekhawatiran terhadap prospek pertumbuhan ekonomi global karena Covid-19 ini bahkan berdampak pada potensi penurunan pendapatan perusahaan serta minat investasi.
Tren bearish juga menyentuh pasar modal sejumlah negara, termasuk Indonesia. Kondisi pasar modal di dalam negeri yang sedang menurun ini dipandang oleh BPJS Ketenagakerjaan (BPJamsostek) dan Asosiasi Dana Pensiun Indonesia (ADPI) serta Asosiasi Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK) sebagai momentum yang baik untuk membeli saham.
Direktur Utama BP Jamsostek, Agus Susanto mengatakan, kondisi pasar saat ini, digambarkan sebagai sesuatu yang mengkhawatirkan. Padahal, semua tergantung perspektif sebagai investor bagaimana memanfaatkan kondisi tersebut.
"Kondisi pasar yang sedang lesu saat ini dipengaruhi oleh banyaknya investor yang keluar dari bursa saham nasional, namun kami justru melihat ini sebagai peluang yang baik untuk masuk," ujar Agus melalui siaran pers, Jakarta, Senin (16/3).
"Momen seperti ini bisa dimanfaatkan untuk membeli barang bagus dengan harga yang murah. Tentunya dengan tetap memastikan terlebih dahulu kondisi fundamental dari emiten," tambahnya.
Reporter: Tira Santia
Sumber: Liputan6
(mdk/bim)