Jatuh Bangun Sobirin, Sopir Truk Pasir yang Kini Sukses Jadi Juragan Telur Puyuh
Sobirin yang masih awam dan belum tahu betul karakter puyuh kembali menelan kegagalan karena 1.000 ekor puyuh yang baru dibelinya mati.
Sobirin yang masih awam dan belum tahu betul karakter puyuh kembali menelan kegagalan karena 1.000 ekor puyuh yang baru dibelinya mati.
- Modal Rp300.000, Adi Nekat Bisnis Bakso Goreng Hingga Raup Omzet Rp500 Juta Sehari
- Bayi 16 Bulan Meninggal Setelah Ditinggal Ibunya Pergi Liburan Bareng Pacar, 10 Hari Sendirian Tanpa Makan dan Minum
- Ternyata, Ini Rahasia Sukses Tiga Pengusaha Kecil Bertahan Hingga Puluhan Tahun
- Genap Usia 23 Tahun, Intip Deretan Potret Gemasnya Masa Kecil Dul Jaelani
Jatuh Bangun Sobirin, Sopir Truk Pasir yang Kini Sukses Jadi Juragan Telur Puyuh
Jatuh Bangun Sobirin, Sopir Truk Pasir yang Kini Sukses Jadi Juragan Telur Puyuh
Menjadi peternak telur puyuh tak pernah ada dalam bayangan Sobirin. Namun lantaran bosan mengaspal jalan dengan membawa truk pasir, Sobirin nekat menjajal peruntungan menjadi pengusaha telur puyuh.
Kisah ini berawal dari pendapatan Sobirin yang kian hari terus berkurang sebagai sopir truk pasir di kawasan Tangerang, Banten. Padahal dia sudah bekerja hampir 7 tahun.
“Dulu itu saya sopir selama hampir 6 tahun sampai 7 tahun” ungkap Sobirin dikutip dari akun Youtube SeribuMimpi, Selasa (12/3).
Saat masih menjadi sopir truk pasir, Sobirin sudah memulai usaha telur puyuh.
Menjadi peternak burung puyuh ini awalnya hanya sebatas pekerjaan sampingan. Namun, seiring berjalannya waktu, dia merasa lelah bekerja menjadi sopir dan ingin pulang kampung.
Tekadnya makin bulat kala keinginan pulang kampung didukung anak dan istrinya.
Tahun 2017, dia pun memutuskan balik kampung dan mulai merintis usaha telur puyuh dengan serius.
Di kampung halamannya Desa Tlahab Lor, Kecamatan Karangreja, Kabupaten Purbalingga Sobirin menekuni pekerjaan barunya.
Dia membeli 400 ekor burung puyuh sebagai modal awal.
Tantangan menjadi pengusaha di mulai dari sini. Ternyata burung puyuh yang dibeli berkualitas rendah.
Bukan menghasilkan telur puyuh, burung-burung itu banyak yang kena penyakit dan mati. Alhasil produksi jadi tidak maksimal.
Setelah itu Sobirin kembali membeli 2.000 ekor burung puyuh. Sobirin yang masih awam dan belum tahu betul karakter puyuh kembali menelan kegagalan. Sebanyak 1.000 ekor puyuh yang baru dibelinya mati.
Tak dapat dipungkiri, kala itu Sobirin hampir putus asa. Namun, ia bertekad untuk belajar dari pengalaman yang sudah dilaluinya dan tidak ingin usahanya sia-sia.
“Ini usaha kok enggak ada hasil-hasilnya,” ungkap Sobirin.
Tak jera, Sobirin memutuskan membeli puyuh lagi 2.000 ekor jenis blaster dengan usia produksi. Hingga total ia memiliki populasi puyuh sebanyak 3.000 ekor burung puyuh.
Namun karena peternakan burung puyuh belum menghasilkan, Sobirin terpaksa kembali merantau ke Jakarta. Ternak telur puyuh diurus oleh istrinya.
“Sempat saya tinggal ke Jakarta lagi itu karena belum nutuplah istilahnya. Nah itu istri saya ngurusin pakan ngurus kandang,” kata Sobirin.
Setelah 4 bulan merantau, Sobirin kembali pulang ke kampung dan mencoba untuk berdagang telur.
Dia mengambil telur dari pemasok di Jogja kemudian dijual lagi ke Tegal, Brebes dan Cirebon.
Dengan bisnis ini Sobirin mampu menjual hingga 1 ton telur dalam dua kali pengiriman saja.
Sayangnya, bisnis Sobirin tak lagi berjalan mulus. Dia ditipu hingga rugi belasan juta.
Kondisi ini pun sempat membuatnya stress karena modal yang digunakan merupakan pinjaman.
“Sempat down juga karena ya pertama saya belum ada modal. Itu modal pinjam semua sama tetangga. Alhamdulillah tetangganya baik-baik,” ujar Sobirin.
Di balik musibah yang dialaminya, dia tetap bersyukur karena berhasil mendapatkan banyak pelanggan dari proses berjualan itu. Selain itu orderan telur puyuhnya juga semakin meningkat.
Kegigihannya untuk terus bangkit dari keterpurukan, kini mulai membuahkan hasil. Sobirin sekarang punya 18.000 ribu ekor dengan kualitas yang lebih baik. Ia memilih jenis puyuh golden dari PT Arda Golden Jombang, Jawa Timur.
Jenis puyuh itu dipilihnya karena memiliki kelebihan produksi dan daya tahan tubuh lebih maksimal. Satu ekor puyuh mampu memproduksi 23 gram sampai 25 gram telur setiap harinya.
Jika ditotal dari 18 ribu ekor puyuh mampu menghasilkan 300 sampai 400 ikat per minggunya. Sebagai catatan, tiap 1 ikat berisi 900 butir telur puyuh.
Dia pun makin optimis menjalankan usaha telur puyuhnya. Menurutnya usaha telur puyuh tidak memiliki saingan yang cukup banyak.
“Saingan enggak terlalu banyak, jadi untuk ke depannya menurut saya masih lebih bagus,” kata Sobirin.
Meski sudah sukses, Sobirin masih memiliki keinginan untuk bergabung dengan anak-anak muda membuka lapangan pekerjaan baru daripada mencari pekerjaan.
Ia juga berharap ada program pemerintah yang mendukung karena usaha puyuh memerlukan modal awal yang cukup lumayan.
merdeka.com