Jurus Anyar Kemenperin Pacu IKM Logam Agar Naik Kelas
Fasilitasi kemitraan bertujuan untuk memperkuat peran strategis IKM dalam mendorong percepatan pertumbuhan ekonomi, stabilitas sosial.
Jurus Anyar Kemenperin Pacu IKM Logam Agar Naik Kelas
Kementerian Perindustrian terus meningkatkan daya saing industri kecil dan menengah (IKM) logam melalui fasilitasi kemitraan dengan industri besar. Fasilitasi kemitraan bertujuan untuk memperkuat peran strategis IKM dalam mendorong percepatan pertumbuhan ekonomi, stabilitas sosial, dan pengembangan sektor swasta yang dinamis.
Kemitraan IKM dengan industri besar ini juga dilatarbelakangi oleh prinsip hubungan saling membutuhkan dan menguntungkan sesuai dengan Undang-Undang Perindustrian Nomor 3 Tahun 2014 Pasal 75 ayat 1 huruf j.
“Kemenperin terus memacu agar IKM naik kelas dan menjadi bagian dari rantai pasok industri besar. Hal ini untuk memaksimalkan kontribusi output IKM terhadap industri dan perekonomian daerah maupun nasional,” ujar Direktur Jenderal Industri Kecil Menengah dan Aneka (IKMA) Kemenperin, Reni Yanita di Solo, Kamis (6/7).
Menurut Reni, Ditjen IKMA secara rutin memfasilitasi kemitraan IKM dengan industri besar untuk membangun industri kecil dan menengah yang mandiri. Melalui kemitraan ini, IKM dapat memperoleh kepastian pasar dan pasokan bahan baku.
“Kemitraan ini juga memacu IKM agar memiliki tanggung jawab dalam melakukan perbaikan kualitas dan kuantitas secara berkelanjutan, penerapan sistem manajemen, peningkatan SDM, akses informasi, teknologi, perizinan dan hal lainnya sesuai dengan permintaan mitra,” kata Reni saat temu bisnis Solo raya belum lama ini.
Dalam temu bisnis tersebut, Ditjen IKMA bersinergi dengan Dinas Koperasi, UMKM dan Perindustrian Kota Solo, Yayasan Dharma Bhakti Astra (YDBA), Kamar Dagang Industri Kota Solo, PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia, PT Yogya Presisi Teknikatama Industri, ATMI Group, PT Perkebunan Nusantara III (Holding), PT Pupuk Indonesia (Persero), PT Indospring Tbk, PT Indoprima Gemilang Engineering dan CV Julang Marching Pratama.
Perwakilan dari industri besar berperan sebagai narasumber temu bisnis untuk menunjukkan perkembangan industri manufaktur, syarat dan prosedur kemitraan, serta kebutuhan komponen yang berpotensi disuplai oleh IKM. Kegiatan Temu Bisnis di Hotel Swiss-Belinn ini melibatkan 44 orang peserta dari 22 IKM logam di Solo Raya. Mereka bergerak di bidang industri fabrikasi mechanical part, sparepart, precision part, mould, dies, pattern automasi dan permesinan.
Reni menjelaskan, sejak 2018, Ditjen IKMA telah memfasilitasi kemitraan 18 IKM logam dan mesin dengan 11 industri besar. Baik itu perusahaan BUMN maupun swasta. Dengan ruang lingkup antara lain penyediaan alat perkakas pertanian dan perkebunan, penyediaan produk casting pump, penyediaan komponen alat kesehatan, penyediaan bahan baku, penyediaan komponen alat berat serta penyediaan jasa perbaikan dan part mechanical. “Saya berharap kesempatan ini menjadi saat yang tepat bagi IKM untuk mengetahui jenis dan spesifikasi komponen yang bisa disuplai, rencana kebutuhan pengadaan di industri besar, persyaratan standar, serta prosedur procurement dari perusahaan BUMN sehingga kemudian dapat menjadi bagian dari rantai pasok BUMN,” tutur Reni.
Sebelum temu bisnis, tim Ditjen IKMA bersama dengan perwakilan dari industri besar mengunjungi 3 IKM logam yaitu CV Kurnia Teknik, PT Sinergi Solo Sejahtera dan CV Sidodari Mandiri. Pada kesempatan yang sama, juga dilakukan kunjungan ke Politeknik ATMI Solo.
Ditambahkan Reni, untuk mempersiapkan kemampuan IKM sebelum bermitra, pihaknya terus menggelar berbagai program pembinaan. Antara lain bimbingan teknis dalam upaya peningkatan kemampuan teknis produksi, fasilitasi mesin/peralatan untuk optimalisasi efisiensi dan produktivitas, serta pendampingan tenaga ahli dalam rangka pengembangan produk. Setiap tahun, Ditjen IKMA juga memberikan fasilitasi restrukturisasi mesin peralatan yang memberikan potongan harga pembelian mesin untuk peningkatan teknologi, serta memfasilitasi dalam program promosi yakni dengan masuk ke pasar e-commerce, serta e-procurement BUMN dan pameran industri.
Direktur IKM Logam, Mesin, Elektronika dan Alat Angkut, Dini Hanggandari berharap fasilitasi kemitraan IKM dengan industri besar dapat mendongkrak kontribusi IKM dalam proses pengadaan industri besar.
"Agar pengadaaan barang dan jasa nantinya didominasi oleh produk-produk dalam negeri, bahkan dapat menggantikan produk impor," kata Dini.
Dalam kesempatan yang sama, tim Ditjen IKMA turut menyaksikan penandatanganan Nota Kesepahaman antara PT. YPTI dengan PT. Indotech Trimitra Abadi dalam rangka pengembangan supply chain komponen mesin CNC dan roasting kopi. “Untuk mendukung keberhasilan kemitraan IKM dengan industri besar, memang memerlukan kemauan yang kuat dari semua pihak dan stakeholder terkait untuk bersama-sama mendorong IKM yang memiliki potensi untuk dikembangkan," tutup Dini.