KEIN: Pemerintah Jokowi Berhasil Turunkan Sepertiga Inflasi Bahan Makanan
Wakil Ketua KEIN, Arif Budimanta mengatakan, capaian pengendalian harga ini penting karena harga pangan memberi kontribusi yang sangat besar terhadap kemiskinan.
Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN) mengklaim bahwa pemerintah di era Joko Widodo-Jusuf Kalla (Jokowi-JK) telah berhasil menurunkan inflasi bahan makanan hingga lebih dari sepertiga. Perhitungan ini dibuat dengan membandingkan laju inflasi pada 2009-2013 dengan 2014-2018.
Wakil Ketua KEIN, Arif Budimanta mengatakan, capaian pengendalian harga ini penting karena harga pangan memberi kontribusi yang sangat besar terhadap kemiskinan.
-
Kapan inflasi terjadi? Inflasi terjadi ketika harga barang dan jasa secara umum mengalami kenaikan yang terus-menerus dalam suatu periode waktu tertentu hingga mengurangi daya beli uang.
-
Apa itu inflasi? Sekadar informasi, inflasi adalah kenaikan harga barang dan jasa, yang berdampak pada biaya hidup.
-
Bagaimana inflasi mempengaruhi nilai investasi? “Inflasi juga dapat memengaruhi nilai tukar. Negara-negara dengan tingkat inflasi rendah biasanya mengalami apresiasi nilai mata uang dibandingkan negara-negara dengan inflasi yang lebih tinggi,” ujar Kar Yong Ang.
-
Kenapa peredaran mata uang Jepang di Sumatra menyebabkan inflasi? Di Provinsi Sumatra banyak beredar mata uang Jepang yang sudah menjadi alat tukar sehari-hari masyarakat. Akan tetapi, peredaran mata uang ini justru mengakibatkan inflasi, sehingga nilainya terus merosot dan harga-harga barang terus melambung.
-
Kenapa inflasi penting buat investor? “Itulah sebabnya pemahaman akan inflasi merupakan kunci dari perencanaan keuangan dan pengambilan keputusan ekonomi yang efektif,” ujar Kar Yong Ang.
-
Apa yang dilakukan Kemenkumham untuk meningkatkan perekonomian Indonesia? Menurut Yasonna, dengan diselenggarakannya Temu Bisnis Tahap VI, diharapkan dapat memberikan dampak positif terhadap perkembangan perekonomian Indonesia.
"Data ini menunjukkan bahwa pemerintah mampu menekan laju kenaikan harga, terutama sektor pangan. Ini tentunya menjadi cerminan dari komitmen yang kuat oleh pemerintah untuk menjaga daya beli masyarakat," ucap dia dalam konferensi pers di kantornya, Jakarta, Rabu (2/1).
Merujuk data yang didapat dari Badan Pusat Statistik (BPS), Arif memaparkan, rata-rata inflasi bahan makanan dari 2009 hingga 2013 yakni mencapai 8,04 persen. Sementara pada periode 2014-2018, rata-rata inflasi bahan makanan sebesar 5,17 persen. "Dari dua periode tersebut, rata-rata inflasi bahan makanan lebih dapat dikendalikan menurun hingga 36 persen," sebut Arif.
Sejak 2009 hingga 2018, laju inflasi bahan makanan selalu berada di atas inflasi umum. Adapun ketimpangan tertinggi terjadi pada 2010, di mana perbedaan inflasi umum dengan inflasi bahan makanan mencapai 6,96 persen berbanding 15,64 persen.
Namun, berdasarkan data yang dibeberkannya, laju inflasi bahan makanan pada 2011 justru lebih rendah dibanding inflasi umum, yakni 3,64 persen berbanding 3,79 persen. Adapun penurunan hanya terjadi pada tahun tersebut, di mana setelahnya laju inflasi sampai 2013 kembali meningkat.
Sejak 2014, Arif menuturkan, laju inflasi bahan pangan dan umum cenderung lebih dapat dikendalikan sehingga terjadi penurunan. "Kenaikan harga memang terjadi, tapi tidak lebih besar dari sebelumnya dan relatif lebih stabil," sambungnya.
Hingga 2018, perbedaan angka inflasi umum dan inflasi bahan makanan semakin menipis. "Inflasi bahan makanan per 2018 adalah 3,41 persen. Secara dekat lebih sempit dan dekat dengan inflasi umum yang 3,13 persen," ujar dia.
Reporter: Maulandy Rizky Bayu Kencana
Sumber: Liputan6.com
Baca juga:
Menko Darmin: Inflasi Rendah Bukan Berarti Daya Beli Masyarakat Lemah
Harga BBM Beri Andil Terbesar pada Inflasi Sepanjang 2018
Kejar Target Inflasi di 2019, Pemerintah Diminta Kendalikan Harga 10 Komoditas
Kenaikan Tarif Angkutan Udara dan Telur Ayam Penyebab Inflasi Desember
Ini Penyumbang Inflasi 2018 Versi Menko Darmin