Kementan dorong unggas lokal jadi produk utama ekspor
Kementan telah melobi Kemenko Perekonomian untuk mendapat dukungan program ini.
Kementerian Pertanian menyatakan telah mengambil sejumlah langkah persiapan dalam upaya mendorong unggas menjadi komoditas ekspor. Pemerintah berusaha agar ayam dijadikan sebagai komoditas pangan pokok seperti beras, kedelai dan lain-lain.
"Kita berjuang ke Menko (Menteri Koordinator Perekonomian) agar ayam dijadikan sebagai pangan pokok, termasuk unggas," ujar Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementan Syukur Irwantoro di gedung Kementan, Jakarta, Kamis (2/5).
-
Apa yang di ekspor oleh Kementan? Wakil Presiden RI, KH Maruf Amin melepas ekspor komoditas pertanian ke 176 negara dengan nilai transaksi sebesar 12,45 triliun.
-
Bagaimana Kementan meningkatkan ekspor pertanian? Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (Mentan SYL) mengatakan bahwa kegiatan ekspor pertanian akan terus ditingkatkan dengan mendorong pengembangan hilirisasi produk jadi sesuai arahan Wapres "Oleh karena itu kemajuan kita dalam ekspor harus lebih kuat. Kita tidak boleh kalah dengan negara lain. Dan ini suatu kebanggan Karena apa yang kita lakukan ini lahir dari sebuah proses dan kerja keras," jelasnya.
-
Kapan Kementan melakukan ekspor komoditas pertanian? Berdasarkan data BPS, Wapres menyebut volume nilai ekspor hingga Juni 2023 mencapai 21,2 juta ton.
-
Bagaimana upaya Kementerian Pertanian untuk meningkatkan ekspor pertanian? Kementerian Pertanian selama ini telah berupaya untuk melakukan upaya - upaya peningkatan ekspor.
-
Apa yang dikampanyekan Kementerian Perhubungan? Kemenhub kampanyekan keselamatan pelayaran kepada masyarakat. Indonesia selain negara maritim, juga merupakan salah satu negara di dunia yang memiliki lalu lintas pelayaran yang sangat padat dan ramai dan keselamatan pelayaran menjadi isu penting.
-
Bagaimana Kemendag memfasilitasi eksportir Indonesia di pameran EIM? “Kemendag memfasilitasi puluhan eksportir Indonesia untuk memamerkan produk-produk potensial melalui pameran EIM agar pangsa pasar produk Indonesia di negara Meksiko semakin luas,” tambahnya.
Syukur mengakui upaya ini bukan tanpa rintangan. Hambatan utama dari program ini ialah virus flu burung yang belakangan masih marak.
Dia mengaku pihaknya telah berusaha untuk menetralisasi wilayah bebas flu burung seperti di Kepulauan Riau. Di daerah tersebut, sejak tiga tahun lalu dijadikan sebagai pilot project kawasan bebas flu burung yang bekerjasama sama dengan pemerintah Singapura untuk meminjamkan peralatan laboratoriumnya.
Tujuan akhirnya ialah jika uji coba tersebut berhasil, minimal Indonesia bia mengekspor ke negara dengan julukan Seribu Satu Larangan itu. "Kita berupaya kita yakinkan, tidak semua wilayah di Indonesia terancam flu burung. Karena kita wilayah kepulauan, ada yang bebas flu burung seperti Maluku Utara, Gorontalo dan Kalimantan Barat," imbuh Syukur.
Hambatan lainnya, lanjut Syukur, ialah serangan produk dari luar seperti Amerika yang menjual dengan harga lebih murah. Ini menjadi ancaman terbesar produksi unggas nasional. Sebagai langkah antisipasi, pemerintah berusaha mengajak masyarakat berternak ayam lokal yang harganya premium.
"Kalau ayam lokal kami dorong, karena peternak ayam lokal nggak ada ruginya, harganya premium, mahal," katanya.
Dalam cetak biru (blue print) pemerintah menargetkan produksi unggas lokal sejak 2010 hingga 2019 mampu berkontribusi 25 persen dari total konsumsi unggas nasional atau sekitar 500 juta ekor per tahun.
Saat ini berdasarkan data dari Kementan, produksi lokal baru berkontribusi 11,3 persen. Padahal permintaan unggas lebih tinggi dari pasokannya atau baru terpenuhi sebesar 7 hingga 10 persen.
Seperti diketahui, produksi unggas nasional mengalami resesi pada dekade 80 an dikarenakan penyebaran virus flu burung. Pada saat itu produksi unggas lokal mampu memenuhi 67 persen kebutuhan nasional.
Pada saat itu daging unggas menjadi primadona, mengalahkan permintaan daging sapi yang hanya 18 persen.
(mdk/bmo)