Kisah Para Perempuan Tangguh Jadi Operator Tambang
Rekrutmen dan jenjang karir karyawan didasarkan pada kualifikasi dan kompetensi.
Rekrutmen dan jenjang karir karyawan didasarkan pada kualifikasi dan kompetensi.
- Kisah Perjuangan Wanita Jalani Wawancara Kerja, Mulai Naik Angkot hingga Pinjam Motor Teman
- Jangan Sepelekan Hal Ini Saat Wawancara Kerja
- Keterampilan ini Jadi Penting Bagi Karyawan, Kalau Tidak Bisa Perusahaan Enggan Merekrut
- Kisah Pengusaha Percetakan di Jember Raup Omzet Rp400 Juta per Bulan, Rekrut Puluhan Tetangga jadi Karyawan Dadakan
Kisah Para Perempuan Tangguh Jadi Operator Tambang
Masa dewasa ini, bidang pekerjaan tak lagi membatasi gender.
Pekerjaan yang identik dengan maskulinitas rupanya tidak berlaku di perusahaan tambang batubara ini.
PT Bumi Resources Tbk (BUMI), melalui anak usahanya, PT Kaltim Prima Coal (KPC), aktif menerapkan prinsip gender equality dan mendorong pemberdayaan perempuan.
Mereka ditempatkan di berbagai posisi mulai dari pekerja operasional hingga level manajemen.
Di lapangan, sebanyak 167 operator armada tambang merupakan pekerja perempuan, termasuk Widya Rahmah yang saat ini menjadi pejabat sementara Supervisor Man Power.
Perempuan yang sudah bekerja 14 tahun di KPC bertugas mengoperasikan dump truck di Pit Bintang, Sangatta, Kalimantan Timur.
Menjadi satu-satunya operator perempuan pada angkatannya yang berjumlah 20 orang,
Widya tidak mengalami kesulitan yang berarti karena perusahaan menyediakan berbagai macam pelatihan secara berkala, mulai dari training alat, lapangan, safety, dan lain-lain.
Sebagai seorang ibu dan istri bekerja, Widya mengaku dapat menyeimbangkan peran antara rumah dan karir.
Dengan jadwal 3 hari kerja 3 hari libur, ia memiliki cukup waktu untuk keluarga.
“Bekerja di sini saya merasa aman, nyaman tidak ada pembedaan. Kita juga dilindungi dari risiko pelecehan. Jadi, ke depannya saya ingin berkarir lebih baik lagi karena perusahaan juga memberikan kesempatan,” tutur Widya.
Sementara itu, mewakili sosok perempuan muda pekerja tambang, ada Zafira Nuraini, lulusan S1 Teknik Pertambangan ITB yang bertugas sebagai Short Term Mine Plan Engineer di wilayah operasional yang sama, yakni Pit Bintang.
Perempuan asal Salatiga, Jawa Tengah ini memilih karir di industri pertambangan karena prospek yang menjanjikan secara jangka panjang.
“Walaupun sektor pertambangan itu dinamis, tapi selalu dapat terus bertahan karena dibutuhkan untuk kehidupan, jadi kita akan bisa terus bekerja di pertambangan,”
tandas Zafira.
Zafira adalah satu-satunya engineer perempuan di Pit Bintang dari total sekitar 10 orang engineer, serta merupakan pekerja termuda.
Bekerja dari pagi hingga petang di lokasi yang cuacanya sangat berbeda dengan kampung halamannya tentu membutuhkan adaptasi fisik yang tidak mudah.
“Kami bekerja di kedalaman hingga 235 meter di bawah tanah, sehingga termasuk tambang batubara terdalam di dunia untuk saat ini. Itu jadi tantangan tersendiri,” tambah Zafira.
Menurutnya, tidak ada perbedaan yang signifikan dalam tugas engineer laki-laki dan perempuan di lapangan, begitu pula kesempatan dan peluang yang diberikan perusahaan selama bekerja.
“Terkadang harus ke tempat yang cukup berisiko di lapangan, maka saya diminta untuk stay. Tetapi, di lain itu semua diperlakukan sama. Ke lapangan sendiri, menyetir sendiri, koordinasi sendiri; semua sama,” ujarnya.
Melalui karir yang dipilih dan ditekuninya saat ini, Zafira berharap dapat menginspirasi perempuan untuk berani bermimpi, “Sebagai engineer pertambangan perempuan, saya ingin menginspirasi banyak orang terutama kaum perempuan, bahwa asalkan kita fokus, mimpi akan berbuah menjadi kenyataan,” tandasnya.
Sebagai informasi, kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan menjadi salah satu poin utama dalam Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals atau SDGs) yang digaungkan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), serta menjadi acuan penting dalam menciptakan dunia usaha yang berbasis pada inklusivitas, termasuk kesetaraan gender.
Sejalan dengan acuan tersebut, kebijakan sumber daya manusia yang memastikan rekrutmen dan jenjang karir karyawan didasarkan pada kualifikasi dan kompetensi, melainkan bukan pada jenis kelamin, merupakan salah satu langkah nyata yang diterapkan BUMI.
"Ini membuktikan bahwa BUMI dan unit usahanya telah merealisasikan kebijakan penghormatan HAM BUMI versi 1.0 untuk mengangkat harkat dan martabat perempuan yang selama ini dinilai rentan pelanggaran hak asasi manusia,” tegas Presiden Direktur BUMI, Adika Nuraga Bakrie.