Kisah satu artikel pengantar Boediono hingga jadi wakil presiden
Hanya dari satu artikel yang ditulis di pedalaman Yogyakarta, Boediono dipinang oleh JB Sumarlin.
Wakil Presiden Boediono terlihat hadir dalam acara ulang tahun ke 80 Mantan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan era Presiden Soeharto, JB Sumarlin di Hotel Borobudur, Jakarta Pusat. Dalam sambutannya, Boediono mengatakan awal mula bertemu JB Sumarlin saat menulis artikel di sebuah harian nasional dan dibaca oleh mantan Menteri PPN era Soeharto itu.
Sejak saat itu, Boediono mulai mengawali kariernya di pemerintahan dengan bergabung di Bappenas. "Saya ambil satu event saja pada tahun 1983, saya menulis di Kompas, saya seorang dosen di universitas pedalaman Yogya mengenai devaluasi. Tanpa saya sadari ternyata artikel yang sangat pendek itu dibaca seorang menteri waktu itu Menteri PPN pak JB Sumarlin di situlah titik balik dari perjalan karier saya," kata Boediono, Sabtu (16/2).
-
Kapan Wibowo Wirjodiprodjo meninggal? Di akhir hidupnya, Ari dan Ira Wibowo menceritakan bahwa sang ayah pergi dengan tenang, tanpa rasa sakit, dan dikelilingi oleh keluarga tercinta.
-
Bagaimana proses kepergian Wibowo Wirjodiprodjo? Di akhir hidupnya, Ari dan Ira Wibowo menceritakan bahwa sang ayah pergi dengan tenang, tanpa rasa sakit, dan dikelilingi oleh keluarga tercinta.
-
Siapa yang menjenguk Budiono? Dalam kesempatan itu, Kepala Dinas Sosial Kota Semarang, Heroe Soekandar, menjenguk dan memberi bantuan sembako serta kasur untuk Budiono.
-
Kapan Kebun Bibit Wonorejo buka? Kebun Bibit Wonorejo buka setiap hari dari pukul 08.00 WIB hingga 18.00 WIB.
-
Kenapa Festival Balon Udara Wonosobo pernah diprotes? Pada tahun 2015 lalu penyelenggaraannya sempat memicu protes dari dunia penerbangan nasional. Namun karena sarat tradisi dan sejarah, khusus di Wonosobo dan Pekalongan, penerbangan balon udara di kedua tempat tersebut tetap diizinkan.
-
Kapan Bripka Aryanto Wibowo memulai budidaya lele? Pria yang berperan sebagai Bhabinkamtibmas itu membudidayakan lele di lahan milik desa sejak tahun 2020 lalu.
Pria kelahiran Blitar, 25 Februari 1943 ini lantas direkrut oleh JB Sumarlin untuk menjadi staf di Bappenas dengan bantuan atasannya yang juga punya koneksi di UGM. Perjalanan begitu mulus buat Boediono hingga masuk di Bappenas.
"Saya semula ingin jadi dosen di Gadjah Mada tapi dengan terjadinya peristiwa pak menteri JB Sumarlin baca artikel saya semua berubah, saya kemudian direkrut oleh beliau," ujarnya.
Saat itu, lanjut dia, Bappenas merupakan tempat penggemblengan dan diibaratkan sebagai pewayangan Candradimuka. Banyak lulusan Bappenas keluar dengan semangat dengan kapasitas tahan banting. Saat ini, lanjut dia, belum ada lembaga calon-calon pejabat pemerintahan yang mendidik etos kerja seperti Bappenas saat itu.
"Yang luar biasa karena kultur Bappenas pada waktu itu kultur workaholic. Intinya bekerja dengan mencapai prestasi dengan kualitas yang ditentukan. Saya dapatkan pengalaman ini dan sampai sekarang saya merasakan ini pengalaman bermanfaat dan Pak Sumarlin sebagai ketua Bappenas benar-benar memberikan manfaat luar biasa," papar Boediono
Di akhir sambutannya, Boediono mengatakan pentingnya untuk melakukan penggemblengan calon pejabat pemerintah seperti waktu dia menjalani pendidikan di Bappenas. Dia mengatakan, hingga saat ini kariernya sebagai Wakil Presiden, masih dirasakan pengaruh dengan etos kerja yang ditanamkan JB Sumarlin.
"Kita pikirkan institusi penggemblengan seperti ini untuk pemegang semangat negara. Pentingnya peran-peran pejabat ini. Termasuk dalam karir saya. Pak Sumarlin, saya merasakan pengaruh bapak masih ada pada kami-kami ini," tutup Boediono.
(mdk/rin)