Kisah Sukses Boby Rasyidin, Jadi CEO Usia 38 Tahun dan Kini Jadi Pemimpin Len Industri
Boby pun dikirim ke Prancis dan bergabung di bagian research & development. Dirinya juga sempat ditugaskan untuk menangani proyek perusahaan di Mesir & Brasil.
Perseroan memiliki beberapa anak usaha di bidang pertahanan, rekayasa, sistem transportasi, energi baru terbarukan, telekomunikasi, sistem navigasi dan infrastruktur.
Kisah Sukses Boby Rasyidin, Jadi CEO Usia 38 Tahun dan Kini Jadi Pemimpin Len Industri
Kisah Sukses Boby Rasyidin, Jadi CEO Usia 38 Tahun dan Kini Jadi Pemimpin Len Industri
PT LEN Industri (Persero) menjadi salah satu induk holding dari Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di bidang produksi peralatan elektronik yang ditunjuk secara resmi oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada 12 Januari 2022.
Perseroan memiliki beberapa anak usaha di bidang pertahanan, rekayasa, sistem transportasi, energi baru terbarukan, telekomunikasi, sistem navigasi dan infrastruktur.
Seiring berjalannya waktu, pada 2023 PT LEN meluncurkan logo baru sebagai induk holding BUMN industri pertahanan yakni DEFEND ID.
Perseroan berhasil mengembangkan bisnis dan produk-produk di bidang elektornika untuk industri dan prasarana, salah satunya yakni sistem persinyakan kereta api di jalur utama Pulau Jawa, Sulawesi dan Sumatera.
Capaian yang terus ditoreh pun tak luput dari kerja keras Direktur Utama PT LEN Industri yakni Boby Rasyidin berserta jajaran PT LEN Industri.
Boby Rasyidin merupakan seorang yang dikenal sebagai profesional muda asal Indonesia pertama yang dipercayai untuk menempati posisi salah satu vendor jaringan dan solusi telekomunikasi asal Prancis.
Sebelum menduduki posisi sebagai Direktur Utama PT LEN, pria kelahiran Padang ini pernah menempuh pendidikan di Institut Teknologi Bandung (ITB) pada tahun 1996 dan mendapatkan gelar sarjana sebagai Teknik Telekomunikasi. Lalu, di tahun 2000 Boby melanjutkan studi S2 di UNSW Sydney dengan gelar MBA.
Sebagai seorang profesional muda, banyak tantangan yang harus dia lewati. Melansir dari berbagai sumber, Boby bercerita saat menempuh pendidikan di ITB, dia juga mengambil perkuliahan di Universitas Padjajaran, Fakultas Ekonomi. Sehingga dia harus merangkap pelajaran dari dua jurusan yang berbeda.
Dia menyatakan, mengambil dua perkuliahan sangat tidak mudah untuk membagi fokusnya, pada akhirnya orang tuanya pun meminta Boby untuk lebih memilih pendidikan di ITB dan meninggalkan Fakultas Ekonominya. Dan pada tahun 1996 dia pun berhasil menyelesaikan masa studi S1-nya di ITB.
Setelah lulus dari ITB, Boby langsung bergabung di PT Lucent Technology (nama sebelum di merger Alcatel) dan langsung ditugaskan menangani proyek jaringan di Nias.
Karena keuletan dalam bekerja, Boby pun dikirim ke Prancis dan bergabung di bagian research & development. Dirinya juga sempat ditugaskan untuk menangani proyek perusahaan di Mesir, Brasil dan Eropa Timur.
Singkat cerita, Boby dipindahkan di Australia dan ditunjuk sebagai project manager. Karena tinggal yang cukup lama, dia pun sambil melanjutkan kuliah S2 di UNSW Sydney. Lalu pada tahun 2007 bergabung di PT Alcatel Lucent dan dipecaya menjadi customer account leader.
Manajemen PT Alcatel Lucent sempat mencari seorang country director baru untuk bisnisnya di Indonesia. Dan Boby merupakan salah satu orang Indonesia dari tujuh kandidat.
Dia bercerita, saat tes penilaian karakter dia menjadi satu-satunya orang yang memiliki karakter businessman. Dia pun akhirnya terpilih menjadi CEO PT Alcatel Lucent Indonesia di umur ke-38 tahun.
Dari perjalanan sebagai profesional muda pertama asal Indonesia, Boby juga pernah menjabat sebagai Komisaris Independen PT GMF Aero Asia Tbk.
Kemudian Direktur Utama PT Teknologi Riset Global Investama pada 2016, Komisaris Utama PT Len Telekomunikasi Indonesia 2016-2019, Komisaris Utama PT Indonesian Cloud 2019-2021.
Lalu, ia pernah menjabat sebagai Komisaris Utama PT Akses Prima Indonesia 2016-2021, dan juga pernah menjabat sebagai Direktur Utama PT Alcatel Lucent Indonesia pada 2012-2015.