Krisis Pangan Akibat Pupuk Langka, 22 Negara Ogah Jual Beras ke Luar Negeri
Banyak negara kini memilih berjaga untuk kepentingan dalam negeri dengan cara menutup keran ekspor pangannya,
Banyak negara kini memilih berjaga untuk kepentingan dalam negeri dengan cara menutup keran ekspor pangannya,
Krisis Pangan Akibat Pupuk Langka, 22 Negara Ogah Jual Beras ke Luar Negeri
Krisis Pangan Akibat Pupuk Langka, 22 Negara Ogah Jual Beras ke Luar Negeri
- Cegah Krisis Utang Negara, Maladewa Pecat 225 Pejabat Termasuk 7 Menteri
- Megawati Minta Pemerintah Waspada Krisis Pangan: Negara yang Impor Beras Ketar-Ketir
- BUMN Pertahanan: Perang di Beberapa Negara Buka Peluang Bisnis, tapi Rantai Pasok Terganggu
- Populasi di Dunia Kian Bertambah, Ancaman Krisis Pangan Semakin Nyata
Presiden Joko Widodo menekankan pentingnya kemandirian pupuk dalam menghadapi situasi krisis pangan saat ini.
Pasalnya, banyak negara kini memilih berjaga untuk kepentingan dalam negeri dengan cara menutup keran ekspor pangannya, semisal beras.
"Dunia sekarang ini sedang mengalami krisis pangan, semua negara sangat berhati-hati terhadap pangan. Dulu kalau kita impor yang namanya beras, gandum, itu begitu sangat mudah kita cari,"
ujar Jokowi dalam peresmian pabrik amonium nitrat di Kawasan Industrial Estate (KIE) Bontang, Kalimantan Timur, Kamis (29/2).
Jokowi bilang saat ini semua negara membatasi impor beras. Bahkan ada 22 negara yang membatasi impornya.
"Sekarang semua negara, 22 negara yang gampang dibeli berasnya ngerem semuanya. Bahkan ada yang setop bisa dibeli berasnya," tegas Jokowi.
RI 1 lantas mendorong Indonesia bisa mandiri secara pupuk.
Sehingga tingkat produksi beras dan pangan nabati lainnya bisa naik dan tidak lagi mengandalkan impor.
"Artinya pangan ke depan sangat penting sekali bagi semua negara. Dan, produktivitas pangan kita perlukan yang namanya pupuk," seru Jokowi.
Secara hitung-hitungan, ia buka-bukaan bahwa beberapa komponen dan bahan baku pupuk Indonesia masih impor 21 persen.
Sehingga, Indonesia dinilainya belum bisa memiliki kemandirian terkait itu.
"Oleh sebab itu, saya apresiasi dan hargai upaya keras pembangunan industri amonium nitrat ini. Ini penting karena 21 persen amonium nitrat kita masih impor," kata Jokowi.
"Dengan dibangunnya pabrik amonium nitrat ini akan kurangi 21 persen impor kita, dikurangi 8 persen. Artinya masih 13 persen kita impor," tambah Jokowi.
Jokowi lantas meminta ekspansi ini diteruskan, sehingga substitusi barang impor bisa dilakukan.
Ia pun meminta bantuan kepada Kementerian BUMN, khususnya dalam melanjutkan peluasan untuk produksi barang-barang lainnya.
"Bukan hanya urusan amonium nitrat, namun produk lainnya yang impor. Harus semuanya diproduksi dalam negeri karena kita memiliki kekuatan untuk itu," pinta Jokowi.