Lepas profesi guru, Siti jadi bos kue beromzet Rp 30 juta per bulan
"Dulu honor jadi guru kecil sekali," kata Siti.
Guru merupakan pekerjaan mulia. Tapi menjadi guru honorer memiliki kesan tersendiri bagi Siti yang mengajar antara 1997-1998. Dengan gaji kecil, menjadi guru honorer justru membuat hidupnya prihatin secara ekonomi dan terus-menerus berkeluh-kesah.
Tak ingin berlama-lama menerima kondisi ini, dia pun mencoba mencari peruntungan lain dengan berjualan kue. "Dulu honor jadi guru kecil sekali," katanya kepada Merdeka.com Jumat (02/10).
Pada 2001, Siti memulai merintis usaha kue buatannya. Sejak itu pesanan mulai berdatangan, seperti pesanan kue tar untuk pesta pernikahan serta kue jamuan makan acara pejabat. Dibantu suami serta kedua anaknya, Siti mulai memproduksi kue di rumahnya Jalan Cisitu Lama, Kota Bandung, Jawa Barat. Peralatan yang digunakan pun masih sederhana seperti hand mixer serta tungku pembakaran kecil.
Menggunakan nama dagang Nanamie Cake & Pastry yang diambil dari nama kedua putrinya, Nana dan Remie. Kini, perempuan 47 tahun itu dapat meraih omzet hingga Rp 50 juta per bulan. Bahkan dari hasil usaha kue yang ia tekuni, Siti bisa menyekolahkan putrinya hingga ke perguruan tinggi.
Di balik kesuksesan usaha kue miliknya, rupanya Siti memiliki cerita sedih. Pernah suatu kali usaha yang dirintisnya mengalami masalah. Itu terjadi saat dirinya menerima pesanan kue dalam jumlah besar. Tapi Siti tetap optimis. Menurut dia, kegagalan itu bagian dari bisnis dan usahanya harus tetap dilanjutkan.
Nanamie Cake & Pastry kini menjadi contoh, bahwa UKM bisa maju dan bersaing dengan industri kue skala besar dan modern. Dari usahanya dia membangun rumah industri sendiri di Jalan Cisitu Lama VII Nomor 6 Bandung. Selama proses produksi dia dibantu lima orang karyawan.
Produk andalan toko kue miliknya adalah Bagelen Ganyong, yaitu kue berbahan dasar tepung ganyong yang ditanam petani lokal. Produk ini diproduksi dalam 11 rasa: keju, cokelat, stroberi, dan lain-lain. Selain itu ada juga Stick Mocaf, yaitu kue stick dengan bahan dasar tepung singkong (mocaf) yang memiliki dua rasa.
Dalam sebulan Siti mampu memproduksi 400 psc Bagelen Ganyong dan 800 pcs Stick Mocaf. Kue buatannya itu mampu menembus pasar supermarket dan minimarket. Jika Anda mampir di rest area kilometer 47 Tol Cipularang, jangan lupa mampir dan membeli kue di gerai rest area tersebut dengan harga Rp 25 ribu per kemasan.
Tak hanya di dalam negeri, kue buatan Susi juga diminati di Malaysia. Melalui distributornya ia mengirim 600 pcs kue ke negeri jiran. Di sana harga kue ukuran 200 gram dijual Rp 40 ribu per kemasan.
Ia mengakui, dengan masuk ke UKM binaan Disperindag Jawa Barat jaringannya semakin luas. Dari situ ia punya kesempatan besar untuk mensertifikasi produk-produknya. Pertama, ia mendapatkan sertifikasi dari Departemen Kesehatan. Selanjutnya ia bisa mendaftar sertifikasi halal dari MUI. Tentu setelah melalui serangkaian proses verifikasi rumit.
Setelah mendapat sertifikat halal dan merek dagangnya diakui. Sejak 2010 dan 2014 pada kemasannya terdapat logo halal dari MUI dan registrasi dari Departemen Kesehatan. Serta tak ketinggalan terdapat huruf R dalam lingkaran di atas merek Nanamie Cake & Pastry, artinya kue produk Siti sudah dipatenkan.
Hak paten serta sertifikasi, menurut Susi, rupanya sangat berpengaruh terhadap penjualan produk buatannya. Sebelum sertifikasi, ia biasa mendapat omzet Rp 30 juta per bulan. Kini, keuntungan yang ia peroleh naik hampir dua kali lipat. "Kita berusaha meyakinkan konsumen bahwa kita berusaha menyajikan kue berkualitas," katanya.