Lion Air Kuasai 70 Persen Lalu Lintas Udara, Menhub Tak Ingin Ada Monopoli Penerbangan
Lion Air Group saat ini menguasai hampir 70 persen dari market share pesawat domestik dengan total 367 pesawat.
Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi mendorong maskapai di Tanah Air untuk berkolaborasi dengan perusahaan asing seperti Etihad dan Emirates. Tujuannya, agar lalu lintas udara di dalam negeri tidak hanya dikuasai oleh segelintir maskapai saja.
Berdasarkan catatan Kementerian Perhubungan (Kemenhub), Lion Air Group saat ini menguasai hampir 70 persen dari market share pesawat domestik dengan total 367 pesawat.
- Beredar Kabar CEO Lion Air Wamildan Tsani Pandjaitan Jadi Dirut Garuda Indonesia, Irfan Setiaputra Respons Begini
- Gandeng Lion Air, Pertamina Patra Niaga Tambah Lokasi Pelayanan Avtur di Luar Negeri
- Terungkap, 3 Pesawat Lion Air Tujuan Jeddah Mendadak Mendarat di Kualanamu dalam Sepekan
- Lion Air Bawa Jemaah Umrah Tiba-Tiba Mendarat di Kualanamu, Ini Penyebabnya
Menhub menilai, Lion Air Group bisa memenangkan persaingan lantaran efisien dalam menangkap peluang pasar. Namun, dirinya tak ingin lalu lintas udara sampai dimonopoli oleh salah satu pihak.
"Sebenarnya kita juga tidak membiarkan begitu saja, karena akhirnya monopoli itu membuat market itu menjadi masalah," ujar Menhub di Kantor Kementerian Perhubungan, Jakarta, Selasa (1/10).
Tingkatkan Kapasitas
Oleh karenanya, Menhub mendorong pihak maskapai lain untuk mempercepat proses mendapatkan pesawat untuk menaikan populasi penumpang. Ia juga menyarankan maskapai lain turut menggandeng perusahaan luar untuk mendapatkan dana segar.
"Saya sarankan ada kolaborasi baik mereka yang ada dengan katakanlah dengan UAE (Uni Emirat Arab), atau China atau dengan Taiwan membuat penerbangan baru. Sehingga ada satu fresh money yang masuk dan akhirnya mereka bisa berusaha dengan menambah (pesawat). Sehingga apa yang dikatakan monopoli alamiah ini bisa terselesaikan dengan baik," pintanya.
Saat ini, Menhub menyampaikan, dirinya telah dihubungi oleh dua maskapai raksasa asal Uni Emirat Arab untuk masuk ke pasar penerbangan domestik.
"Beberapa pihak sedang menghubungi kami. Jadi Emirates, Etihad, Presiden sudah setuju kalau bisa kolaborasi. Sehingga kita bisa menambah populasi daripada pesawat yang mengakibatkan bandara kosong dan juga tarif yang relatif mahal," pungkasnya.