Melihat prospek saham industri telekomunikasi di pertengahan 2018
"Nantinya investor hanya akan melirik emiten telekomunikasi yang memiliki komposisi pendapatan data terbesar. Laba bersih Telkom yang mengalami penurunan dikarenakan Telkom dan Telkomsel melakukan investasi yang sangat besar di broadband."
Kinerja keuangan emiten telekomunikasi memang masih dibayang-bayangi registrasi prabayar yang beberapa waktu lalu diterapkan oleh pemerintah. Namun, registrasi tersebut tidak menyurutkan beberapa emiten telekomunikasi untuk terus melakukan ekspansi jaringan.
Mengutip laporan keuangan yang dipublikasikan emiten telekomunikasi, PT Telkom Tbk melalui anak usahanya Telkomsel paling gencar membangun jaringan telekomunikasi khususnya broadband. Ini dapat dilihat dari jumlah BTS on air mereka yang meningkat 19,9 persen dari sebelumnya 147 juta menjadi 176 juta. Emiten lain yang rajin membangun BTS adalah XL Axiata Tbk. Ini dibuktikan dengan meningkatkan jumlah pembangunan BTS mereka dari 94 juta menjadi 112 juta.
-
Kapan PT Tera Data Indonusa Tbk melantai di bursa saham? Bahkan pada 2022, saat pandemi berlangsung, perusahaan ini berani mengambil langkah melantai di bursa saham.
-
Apa yang XL Axiata terus perluas di Sulawesi? PT XL Axiata Tbk (XL Axiata) terus memperluas jaringan Fix Mobile Convergence (FMC) di Sulawesi.
-
Apa yang dibahas dalam pertemuan antara Kominfo dan CEO XL Axiata? Budi mengatakan bahwa pertemuan tersebut, salah satunya, memang membahas soal rencana merger yang akan dilakukan kedua operator seluler tersebut.
-
Kenapa XL Axiata ingin meningkatkan penetrasi layanan konvergensi di Indonesia? XL Axiata dengan Link Net diharapkan akan mampu meningkatkan penetrasi layanan konvergensi di Indonesia.
-
Apa yang dibangun XL Axiata di Sulawesi? XL Axiata meresmikan beroperasinya jaringan backbone fiber optic jalur Gorontalo – Palu untuk melayani lonjakan trafik layanan seluler di seluruh Sulawesi dan mendukung layanan internet rumah.
-
Siapa yang mendukung merger XL Axiata dan Smartfren? Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo), Budi Arie Setiadi, menyatakan Pemerintah Indonesia mendukung dilakukannya merger atau penyatuan usaha antara dua operator seluler di Indonesia, yaitu XL Axiata dan Smartfren.
Analis Saham dari Bahana Sekuritas, Andri Ngaserin mengatakan, pembangunan jaringan telekomunikasi memang harus dilakukan oleh operator telekomunikasi jika mereka ingin mempertahankan kinerja keuangannya dan jumlah pelanggannya. Terlebih lagi jika emiten telekomunikasi ingin meningkatkan jumlah pelanggan data.
Fitch Ratings juga mencatat bahwa kebutuhan akan broadband di Indonesia sangat tinggi. Dengan demikian, operator telekomunikasi getol menggelontorkan Capex (belanja modal). Operator yang saat ini gencar menggeluarkan Capex adalah Telkomsel dan XL. Fitch mencatat rata-rata Capex yang dikeluarkan operator untuk pengembangan jaringan sebesar 20 persen dari pendapatan mereka.
Andri menilai wajar operator mengeluarkan banyak dana untuk melakukan investasi guna menggembangkan layanan data dan digital. Ini disebabkan broadband akan menjadi tulang punggung pendapat emiten telekomunikasi ke depan.
"Nantinya investor hanya akan melirik emiten telekomunikasi yang memiliki komposisi pendapatan data terbesar. Laba bersih Telkom yang mengalami penurunan dikarenakan Telkom dan Telkomsel melakukan investasi yang sangat besar di broadband," terang Andri.
Hingga saat ini emiten yang dinilai Andri memiliki komposisi pendapatan data lebih besar dari legacy adalah XL. Sedangkan Telkomsel dinilai Andri masih mengarah untuk menuju ke layanan data. Analis ini optimis dengan investasi Telkom dan Telkomsel yang besar di layanan data, akan membuat komposisi pendapatan mereka akan berubah dari legacy menjadi ke data dan digital bisnis .
Dari data laporan keuangan Telkom disebutkan bahwa digital Telkomsel mengalami kenaikan sangat signifikan yaitu 17,5 persen. Jumlah tersebut memegang kontribusi 49,7 persen dari total pendapatan Telkomsel. Padahal di tahun lalu digital bisnis hanya memegang 39,3 persen dari total revenue Telkomsel.
"Sedangkan untuk Indosat saya masih belum bisa melihat mereka menuju ke layanan data. Itu disebabkan jaringan mereka yang kurang bagus, karena selama ini mereka melakukan perang harga, Indosat saat ini berat untuk meningkatkan revenue karena jaringannya yang kurang baik. Untuk telpon saja susah apalagi untuk data," papar Andri.
Dari 3 emiten telekomunikasi yang tercatat di Bursa Efek Indonesia, Bahana Sekuritas menilai Telkom melalui Telkomsel masih memiliki ARPU (average revenue per user) terbaik yaitu Rp 41.000. Sementara XL memiliki ARPU Rp 34.000. Sedangkan Indosat memiliki ARPU terendah yaitu hanya Rp 12.000.
Dengan mereka tidak melakukan perang harga diharapkan industri telekomunikasi menjadi lebih sehat. Untuk membuat industri telekomunikasi menjadi sehat, Andri berharap tarif data tidak jor-joran lagi. Bahkan analis ini menilai jika harga layanan data dinaikkan 10 persen - 20 persen dapat membantu memenuhi komitment pembangunan, memperbaiki kinerja keuangan emiten telekomunikasi serta menjaga kualitas serta layanan kepada konsumennya.
"Memang dengan jor-joran tarif emiten telekomunikasi tak akan mampu lagi mempertahankan kualitas dan layanannya. Apalagi untuk mengembangkan jaringan telekomunikasi," pungkas Andri.
Baca juga:
Perusahaan Efek Daerah bisa jadikan anggota bursa sebagai sponsor
Rayakan ultah ke-16, BAPMI buka perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia
Bank Mandiri segera terbitkan obligasi Rp 3 T berkupon hingga 8,5 persen
BEI tolak rencana reverse stock Ratu Prabu Energi
OJK siapkan aturan larang pihak asing masuk ke Perusahaan Efek Daerah