Mendag minta Jepang genjot keterampilan pekerja Indonesia
Jepang punya prinsip monozukuri.
Menteri Perdagangan Rachmat Gobel meminta perusahaan Jepang tidak hanya sekedar memasarkan barang di Indonesia. Di sisi lain, dia juga meminta mereka meningkatkan keterampilan pekerja Indonesia.
"Bukan sekedar buat barang. Mereka harus bangun sumber daya manusia berkualitas," ujar Rachmat saat memberikan sambutan seminar Epson Monozukuri di Kawasan Industri Cikarang, Bekasi, Rabu (11/2). Seminar itu juga dihadiri Wakil Duta Besar Jepang untuk Indonesia Yusuke Shindo.
-
Kapan Ganjar Pranowo menemani Kaisar Jepang berkeliling Candi Borobudur? Pada Kamis (22/6), Kaisar Jepang, Hironomiya Naruhito berkunjung ke Candi Borobudur.
-
Bagaimana bentuk rumput Jepang? Rumput Jepang memiliki bentuk daun yang menyerupai jarum dengan runcing dan ramping. Pertumbuhan rumput ini ditandai oleh daun-daun kecil yang padat, menciptakan penampilan yang teratur dan rapi.
-
Kapan Gege meninggal? Joe atau Juhana Sutisna dari P Project mengalami duka atas meninggalnya putra kesayangannya, Edge Thariq alias Gege, pada pertengahan Mei 2024.
-
Apa saja yang ditemukan di makam bangsawan Jepang abad keenam? Para ahli arkeologi menemukan banyak artefak setelah menggali lahan tersebut termasuk ruang pemakaman batu, dua pedang besi, mata panah, barang-barang terkait dengan kuda, perhiasan kuning, dan pot tanah.
-
Kapan Goa Jepang di Tahura Djuanda dibangun? Mengutip ANTARA, gua-gua ini dibangun pada tahun 1942, dan menjadi saksi kelam kekejaman militer asing di Indonesia.
-
Di mana makam bangsawan Jepang abad keenam itu ditemukan? Artefak dan makam seorang tokoh elit Jepang dari abad keenam ditemukan di semak belukar di area parkir di prefektur Nara.
Monozukuri adalah prinsip tidak menekankan pada hasil dari sebuah pekerjaan. Tetapi mengutamakan ketelitian, kesungguhan dalam proses pembuatan serta jasa yang mampu dirasakan masyarakat luas secara terus menerus.
"Hal-hal ini yang diperlukan dari Indonesia dibandingkan investasi Jepang sehingga kita bisa bangun diri sendiri," tambahnya.
Rachmat tak meragukan kualitas pelatihan tenaga kerja di Jepang. Sebab, banyak anak muda Indonesia yang mulai berani buka usaha selepas menimba ilmu di Negeri Sakura.
"Banyak tenaga kerja di Indonesia yang dikirim di sana (Jepang) dan pulang banyak jadi pengusaha kecil," katanya. "Kita sering menilai Jepang hanya sekedar melatih memasukkan sekrup, dikiranya gampang. Tapi diajarkan bagaimana lima jari kita bergerak sehingga lebih produktif dan cepat," paparnya.
Dia berharap, peningkatan target ekspor sebesar 300 persen bisa tercapai seiring dengan penambahan jumlah pekerja Indonesia terampil.
"Indonesia perlu 200 juta penduduk yang perlu dibangun," tandasnya.
(mdk/yud)