Mengenal BDS Movement, Aksi Perlawanan non Militer terhadap Israel
BDS movement merupakan gerakan kebebasan, keadilan, dan kesetaraan yang dipimpin masyarakat Palestina.
BDS movement merupakan gerakan kebebasan, keadilan, dan kesetaraan yang dipimpin masyarakat Palestina.
Mengenal BDS Movement, Aksi Perlawanan non Militer terhadap Israel
Aksi Perlawanan non Militer terhadap Israel
Seruan untuk memboikot merek atau produk yang terafiliasi dengan serangan yang dilakukan militer Israel, mulai menyeruak di berbagai negara termasuk di Indonesia.
Dukungan agar beralih ke produk lokal terus digaungkan di berbagai media sosial.
Namun, jauh sebelum ada seruan boikot, terdapat sebuah gerakan yang cukup populer yaitu BDS movement (Boycott, Divestment, Sanctions atau disingkat BDS).
- Eks Pejabat Deplu AS Ungkap Ada Remaja Pria Palestina Diperkosa di Penjara Israel, Organisasi yang Membongkar Malah Dicap Teroris
- "Apa yang Dialami Israel Sekarang Ini, Dialami Warga Palestina Setiap Hari Selama 50 Tahun"
- FOTO: Aksi Massa Buruh Geruduk Kedubes AS, Minta Perang Israel-Palestina Dihentikan
- Menteri Israel Sebut Rakyat Palestina "Binatang Manusia", Perintahkan Putus Pasokan Listrik, Air, dan Makanan
Dikutip dari laman bdsmovement.net,
BDS movement merupakan gerakan kebebasan, keadilan, dan kesetaraan yang dipimpin masyarakat Palestina.
BDS menjunjung tinggi prinsip sederhana, bahwa warga Palestina berhak atas hak yang sama seperti umat manusia lainnya.
Gerakan ini muncul karena Israel menduduki dan menjajah tanah Palestina.
Melakukan diskriminasi terhadap warga Palestina di Israel, dan menolak hak pengungsi Palestina untuk kembali ke rumah mereka.
BDS Movement terinspirasi oleh gerakan anti-apartheid di Afrika Selatan. Seruan BDS mendesak tindakan untuk menekan Israel agar mematuhi hukum internasional.BDS kini menjadi gerakan global yang dinamis. Terdiri dari serikat pekerja, asosiasi akademis, gereja, dan gerakan akar rumput di seluruh dunia.
Sejak diluncurkan pada tahun 2005, BDS telah memberikan dampak besar dan secara efektif menantang dukungan internasional terhadap apartheid Israel dan kolonialisme pemukiman.
Pada tahun 2005 organisasi masyarakat sipil Palestina menyerukan boikot divestasi dan sanksi BDS sebagai bentuk tekanan tanpa kekerasan terhadap Israel.
Gerakan BDS diluncurkan oleh 170 Serikat pekerja Palestina, jaringan pengungsi organisasi perempuan, asosiasi profesional, komite perlawanan rakyat, dan badan masyarakat sipil Palestina lainnya.
BDS Movement menuntut tiga hal yaitu;
merdeka.com
1. Mengakhiri kolonisasi seluruh tanah Arab, dan membongkar tembok hukum internasional, mengakui tepi barat termasuk Yerusalem Timur Gaza, dan dataran tinggi golan Suriah sebagai wilayah yang diduduki Israel.
BDS movement juga menyatakan Israel mencuri tanah dan memaksa warga Palestina masuk ke gettho yang dikelilingi oleh pos pemeriksaan, pemukiman dan menara pengawas serta tembok apartheid ilegal.
Israel telah memberlakukan pengepungan di abad pertengahan di Gaza, mengubahnya menjadi penjara terbuka terbesar di dunia.
Israel juga secara teratur melakukan serangan besar-besaran ke Gaza yang dikutuk secara luas sebagai kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan.
2. Mengakui hak-hak dasar warga negara Arab Palestina di Israel, atas kesetaraan penuh. Satu per lima warga Israel adalah warga Palestina yang tetap berada dalam garis gencatan senjata setelah tahun 1948.
Warga Palestina yang berada di Israel menjadi sasaran diskriminasi rasial yang tertuang melalui lebih dari 50 undang-undang.
Hal ini berdampak pada setiap aspek kehidupan mereka.
Terlebih lagi, para pemimpin Israel secara rutin dan terbuka menghasut kekerasan rasial terhadap mereka.
3. Menghormati, melindungi, dan memajukan hak pengungsi Palestina untuk kembali ke rumah dan serta menjamin harta bendanya sebagaimana diatur dalam resolusi PBB 1948.
Disebutkan oleh BDS Movement bahwa Israel telah berupaya untuk menguasai sebanyak mungkin tanah dan mengusir sebanyak mungkin warga Palestina.
Akibat perpindahan paksa yang sistematis ini kini terdapat lebih dari 7,25 juta pengungsi Palestina tidak diberi hak untuk kembali ke rumah mereka hanya karena mereka bukan orang Yahudi.