Mengenal Lipstick Effect, Tetap Bergaya Meski Ekonomi Sulit
Sebaiknya kita lebih selektif membedakan antara kebutuhan dan keinginan.
Kondisi ekonomi akhir-akhir ini cukup dipenuhi dengan nuansa kelam. Pasalnya, gelombang PHK di berbagai sektor, kenaikan harga akibat inflasi, serta kesulitan mencari pekerjaan yang kini menjadi perbincangan sehari-hari.
Namun, rupanya ada fenomena unik yang menarik perhatian publik. Di tengah situasi ekonomi yang sulit, ternyata pusat perbelanjaan tetap ramai, kedai kopi dipenuhi pengunjung, tiket konser internasional habis terjual dalam hitungan menit, dan adanya antrian panjang menyambut peluncuran gadget terbaru. Mengapa hal tersebut dapat terjadi?
-
Bagaimana cara menghindari utang dalam tips keuangan? Hindari utang dalam tips keuangan dengan menjalani gaya hidup yang tidak bergantung pada pinjaman atau utang berlebihan. Selain itu, Anda bisa bijak dalam mengelola uang Anda. Hal ini dapat membantu kalian membuat keputusan keuangan yang lebih bijak di masa depan.
-
Kapan tips ini dibagikan? Ingin tahu caranya? Simak penjelasan lengkapnya yang disajikan pada Jumat (7/6/2024) berikut ini.
-
Mengapa penting untuk menghindari mainstream dalam tips keuangan? Memang tidak salah, namun jika ingin kaya dengan penghasilan kecil, lebih baik dihindari. Belilah hanya yang kalian perlukan tanpa harus mengikuti tren yang ada.
-
Apa tips keuangan yang paling penting sebelum memulai liburan? Sebaiknya kegiatan liburan direncanakan sejak jauh-jauh hari.Dengan rencana yang matang, Anda bisa lebih efisien dalam mengatur budget dan mencari promo-promo menarik.
-
Apa yang menjadi fokus utama dari tips finansial untuk bulan Ramadan ini? Pentingnya bagi semua orang tetap menyusun rencana keuangan sejak awal. Tidak perlu muluk-muluk yang terpenting adalah membagi pengeluaran ke dalam beberapa hal penting.
-
Kapan Caca Tengker memberikan tips tentang kesadaran finansial pada anak? Hadir dalam sesi talkshow di acara DXPO Talks by Danamon di Central Park Mall pada 23 Juli lalu, Caca banyak berbagi kepada para orang tua.
Fenomena ini dikenal dalam ilmu ekonomi sebagai Lipstick Effect.
Lipstick Effect merujuk pada kecenderungan masyarakat untuk tetap membeli barang-barang yang dianggap mewah meskipun di tengah kondisi ekonomi yang mencekik.
Fenomena ini pertama kali dicetuskan oleh Leonard Lauder, yang merupakan seorang chairman dari Estée Lauder. Saat itu, dia tengah mencatat peningkatan penjualan lipstik pada masa resesi. Namun, kini meluas ke berbagai produk lain, seperti skincare mahal, smartphone terbaru, dan tiket konser yang dibanderol dengan harga jutaan rupiah.
FOMO dan Media Sosial Jadi Faktor Pendorong Konsumsi Gaya Hidup Tinggi
Di era yang serba digital, FOMO (Fear of Missing Out) menjadi salah satu pemicu utama dari fenomena Lipstick Effect. Media sosial berperan besar dalam menciptakan standar gaya hidup yang tampak harus diikuti.
- Panduan Praktis Dari TikTok untuk Memilih Warna Lipstik yang Cocok dengan Warna Bibir
- Mengenal 6 Kepribadian Seseorang Lewat Warna Lipstik Favoritnya, Mana yang Cocok Denganmu?
- Tips Memilih Warna Lipstik yang Pas untuk Bibir Gelap Tren 2024
- Cara Memilih Lipstik yang Tahan Lama, Awet dan Sesuai dengan Warna Kulit
Banyak orang terpengaruh untuk terus tampil dengan gaya hidup tertentu, bahkan nekat menggunakan paylater atau cicilan yang dianggap sebagai solusi untuk mengikuti tren ini. Mereka juga rela mengorbankan dana darurat atau rencana investasi jangka panjang.
Namun, perilaku konsumsi ini bukan semata-mata menunjukkan ketidakmampuan mengatur keuangan. Penelitian dalam bidang ekonomi perilaku menemukan bahwa belanja impulsif bisa menjadi cara mengurangi stres dan mencari kebahagiaan sementara di masa sulit.
Dalam teori prospek (prospect theory) yang dikenalkan oleh Daniel Kahneman, dijelaskan bahwa di tengah ketidakpastian, orang cenderung membuat keputusan berdasarkan emosi daripada logika, termasuk dalam pola konsumsi mereka.
Gaya Hidup Menjaga Kewarasan atau Ancaman Finansial?
Fenomena Lipstick Effect menunjukkan bahwa pada saat-saat sulit, orang cenderung terdorong untuk berbelanja, baik karena FOMO maupun untuk mencari pelampiasan emosional. Hal ini menggambarkan bahwa perilaku konsumsi tidak hanya tentang mengatur keuangan secara bijak, tetapi juga tentang menjaga kesehatan mental.
Lantas, apakah ini hanya masalah gaya hidup atau kurangnya literasi keuangan? Jawabannya mungkin merupakan kombinasi dari keduanya. Mencari kebahagiaan dari hal-hal kecil memang manusiawi, tetapi penting bagi konsumen untuk memiliki literasi dan manajemen keuangan yang baik agar tidak terseret dalam pola konsumsi yang berpotensi merugikan diri sendiri di masa depan.
Meskipun Lipstick Effect ini bisa memberi kebahagiaan sementara di masa-masa sulit, sebaiknya kita lebih selektif membedakan antara kebutuhan dan keinginan. Dengan begitu, kita dapat menjaga kestabilan finansial jangka panjang.
Reporter Magang: Thalita Dewanty