Menperin Airlangga: Butuh 3 tahun wujudkan campuran CPO dalam solar hingga 100 persen
Jika telah mencapai B100, maka bukan hanya membuat mesin kendaraan atau pabrik menjadi ramah lingkungan, tetapi juga akan menghemat banyak devisa akibat impor solar yang menurun signifikan.
Pemerintah Jokowi-JK berencana untuk meningkatkan campuran CPO dalam Solar hingga mencapai 100 persen atau B100. Untuk mencapai target tersebut, dalam jangka pendek pemerintah akan menaikkan campuran CPO dalam solar dari 15 persen (B15) menjadi 20 persen (B20).
Menteri Perindustrian, Airlangga Hartarto mengungkapkan, untuk B20 ini akan di arahkan pada konsumsi solar di sektor yang non-Public Service Obligation (non-PSO). Payung hukum untuk penerapan kebijakan tersebut pun telah siapkan pemerintah.
-
Kenapa Raden Adipati Djojoadiningrat berani melamar Kartini? Karena gagasannya ini, pada awal abad ke-20 Kartini mampu mendirikan sekolah perempuan pertama di rumahnya yang berada di Kabupaten Rembang untuk memberdayakan perempuan sehingga bisa membaca, berhitung, dan menulis.
-
Kapan Wibowo Wirjodiprodjo meninggal? Di akhir hidupnya, Ari dan Ira Wibowo menceritakan bahwa sang ayah pergi dengan tenang, tanpa rasa sakit, dan dikelilingi oleh keluarga tercinta.
-
Di mana Widodo merintis usaha kerajinan limbah kayu jati? Setelah pensiun tahun 1994, ia pindah ke Desa Tempurejo, Kabupaten Boyolali. Saat pensiun itulah Widodo merintis usaha kerajinan yang diolah dari limbah kayu jati.
-
Kenapa Pemilu di Indonesia penting? Partisipasi warga negara dalam Pemilu sangat penting, karena hal ini menunjukkan dukungan dan kepercayaan terhadap sistem demokrasi yang berlaku.
-
Kenapa KEK Singhasari penting? KEK Singhasari berkonsentrasi pada platform ekonomi digital untuk bersinergi dengan perkembangan antara bisnis pariwisata dan ekonomi digital.
-
Kapan Purnawarman meninggal? Purnawarman meninggal tahun 434 M.
"B20 kan dilaksanakan non-PSO. Kemarin kan PSO. B20 dilaksanakan, Perpres (Peraturan Presiden) sudah ada," ujar dia di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Rabu (1/8).
Dia mengatakan, untuk bahan bakar kendaraan, tetap akan diberikan PSO. Namun sektor yang dituju untuk non-PSO antara seperti pertambangan dan pembangkit listrik. Bahkan untuk pembangkit listriknya sebenarnya sudah bisa menggunakan solar dengan campuran CPO lebih dari 20 persen.
"Kalau otomotif sudah jalan. Yang sekarang non-PSO itu pertambangan, kereta api, pembangkit listrik. Itu sebagian bisa lebih dari B20. Bahkan mesin tertentu ada yang bisa 100 persen dengan modifikasi tertentu," kata dia.
Sementara untuk mencapai B100, lanjut Airlangga, setidaknya membutuhkan waktu hingga 3 tahun ke depan. Sebab, diperlukan pabrik yang mampu memproduksi B100 tersebut.
"Tetapi untuk bangun B100 proses harus ada pabrik green diesel baru dan itu proses makan waktu 3 tahun. Harus ada bikin pabrik karena proses yang sekarang itu proses esterifikasi namanya, sehingga menjadi B20. Kalau B100 itu hydrogenation. Beda proses," jelas dia.
Jika telah mencapai B100, maka bukan hanya membuat mesin kendaraan atau pabrik menjadi ramah lingkungan, tetapi juga akan menghemat banyak devisa akibat impor solar yang menurun signifikan.
"Kan punya 16 juta kilo liter nonpso, jadi savingnya besar sekali. Bikin program B100 karena itu sama dengan Euro4 standarnya. Jadi untuk B100 mesin tidak perlu dimodifikasi," tandas dia.
Reporter: Septian Deny
Sumber: Liputan6.com
Baca juga:
Sri Mulyani: Tidak ada regulasi khusus untuk tambah subsidi solar
Ini strategi pemerintah tekan laju impor
PLN hingga Freeport siap gunakan bahan bakar B20
Airlangga targetkan revisi perpres perluasan B20 terbit Agustus 2018
Perluas penggunaan biodiesel, pemerintah Jokowi kebut ubah aturan
ESDM: Program B30 bakal kurangi konsumsi solar 9 juta kiloliter