Menteri Andrinof pesimis target swasembada pangan 2017 tercapai
"Yang agak lama (pencapaian swasembada pangan) itu kedelai dan gula," ujar dia.
Menteri Perencanaan dan Pembangunan Nasional (PPN)/Bappenas, Andrinof Chaniago mengaku pesimis target swasembada pangan tercapai pada 2017. Pasalnya, hingga kini produksi beberapa komoditas pangan dalam negeri tak mampu penuhi kebutuhan nasional yang terus meningkat seperti gula dan kedelai.
"Yang agak lama (pencapaian swasembada pangan) itu kedelai dan gula," ujar dia di Kantornya, Jakarta, Rabu (3/6) malam.
Menurut dia, sulitnya peningkatan produksi gula dalam negeri karena memerlukan perluasan lahan tanaman tebu. Selain lahan, peremajaan dan pembangunan pabrik pengolahan membutuhkan waktu untuk mencari investor.
"Selain itu, lamanya peningkatan produktivitas gula karena harus meremajakan pabrik lama. Ini membutuhkan investasi. Kalau untuk swasembada, saya pikir gula paling cepat tiga tahun mendatang," jelas dia.
Meskipun begitu, dia mengaku optimis, beberapa komoditas pangan lainnya seperti beras akan mampu capai swasembada pada 2017. Hal ini mengingat langkah pemerintah melalui kementerian teknis terkait yang terus memacu produktivitas dalam negeri.
"Secara hitung-hitungan sangat optimis (swasembada beras) dengan tambahan lahan irigasi, pembangunan waduk baru. Karena nambah ruang, saya optimis," ungkapnya.
Sebelumnya, Wakil Menteri Pertanian era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Rusman Heriawan, menanggapi pernyataan target swasembada pangan presiden terpilih Indonesia Joko Widodo pada 2017 mendatang. Rusman menanyakan pangan mana yang akan di swasembada Jokowi.
Menurut Rusman, secara umum, komoditas pangan Indonesia sudah swasembada. Contohnya beras. Swasembada beras di Indonesia telah tercapai dua tahun lalu, kecuali memang untuk beras kelas premium yang tidak diproduksi petani lokal. Sebab, beras ini hanya dikonsumsi kalangan tertentu saja.
"Intinya kita swasembada beras dari 2-3 tahun lalu. Kalau bicara swasembada pangan, pangan yang mana?," ucap Rusman di Jakarta.
Pun pada gula konsumsi, namun, diakui memang Indonesia masih kekurangan pada gula rafinasi untuk industri. Hal ini terjadi karena pemerintah selama ini hanya fokus pada produksi gula konsumsi untuk masyarakat.
"(Swasembada) Jangan bicara kedelai dan tepung terigu. Kalo daging bisa," tegasnya.