Menteri Sofyan: Banyak orang asing nikahi WNI untuk miliki tanah
Menteri Sofyan: Banyak orang asing nikahi WNI untuk miliki tanah. Dia menegaskan bahwa warga negara asing (WNA) tidak diperbolehkan untuk memiliki tanah di Indonesia. Menteri Sofyan berharap melalui program pengampunan pajak (Tax Amnesty), kasus ini bisa terselesaikan.
Menteri Agraria dan Tata Ruang (ATR) Sofyan Djalil menegaskan bahwa warga negara asing (WNA) tidak diperbolehkan untuk memiliki tanah di Indonesia. Sayangnya, masih banyak WNA yang melanggar hukum dengan memakai nama penduduk lokal untuk memiliki tanah.
"Warga asing tidak boleh miliki tanah. Banyaknya ini, orang nabrak hukum. Orang asing itu punya tanah tapi atas nama istrinya atau orang lokal. Mereka nikahin tuh orang lokal, terus mereka kelola tanah itu," kata Menteri Sofyan di kantor Kementerian Koordinator Perekonomian, Jakarta, Jumat (20/1).
Dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 103 Tahun 2015 tentang Pemilikan Rumah Tempat Tinggal atau Hunian oleh orang asing yang Berkedudukan di Indonesia, warga negara asing berhak memiliki tanah sama dengan Warga Negara Indonesia lainnya. Namun, WNA yang berhak memiliki tanah tersebut hanya orang asing berjenis kelamin perempuan yang menikah dengan WNI berjenis laki-laki. Hal ini sesuai dengan peraturan status kewarganegaraan melalui pernikahan di Indonesia.
Dengan demikian, Menteri Sofyan berharap melalui program pengampunan pajak (Tax Amnesty), kasus ini bisa terselesaikan. Untuk itu, pihaknya telah berkoordinasi dengan Direktorat Jenderal Pajak (Ditjen Pajak) dan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian agar hal ini tidak semakin melebar.
"Lewat Tax Amnesty, kita lihat tanah siapa nih, makanya nanti dia ngaku. Nanti data yang kita punya bisa kok diakses juga sama Ditjen Pajak," imbuhnya.
Baca juga:
Menteri Sofyan targetkan Bank Tanah beroperasi 2017
Menteri: 71 tahun merdeka, baru 46 juta bidang tanah bersertifikat
Kadin desak pemerintah realisasikan kebijakan One Map Policy
KPK rapat bahas barang sitaan dengan Kejagung, Polri & 3 kementerian
Proyek MRT terhambat, DKI desak pusat bikin aturan pembebasan lahan
IAP: Konflik tata ruang berkepanjangan hambat pertumbuhan ekonomi
Pemerintah genjot inklusi keuangan lewat sertifikat tanah
-
Kenapa Kementan giat dalam mengekspor produk pertanian? Kita melakukan ekspor untuk yang kesekian kalinya. Dan menurut pak menteri ekspor ini bisa mencapai 900 triliun. Artinya kita tidak hanya negara pengimpor tetapi juga pengekspor. Ini adalah usaha keras kita dan apa yang kita ekspor juga bukan hanya mentah tapi hilirisasi. Kita memang ingin produk hilirisasi ini terus berkembang. Ini akan membantu mengembangkan usaha masyarakat, terutama UMKM," katanya.
-
Apa yang menjadi sorotan utama Presiden Jokowi tentang pangan di Indonesia? Sebelumnya, Presiden Jokowi pernah menyoroti permasalahan pangan di Indonesia, bahwa permintaan selalu meningkat karena populasi yang terus bertambah.
-
Kapan Kementan melakukan ekspor komoditas pertanian? Berdasarkan data BPS, Wapres menyebut volume nilai ekspor hingga Juni 2023 mencapai 21,2 juta ton.
-
Bagaimana Kementan meningkatkan ekspor pertanian? Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (Mentan SYL) mengatakan bahwa kegiatan ekspor pertanian akan terus ditingkatkan dengan mendorong pengembangan hilirisasi produk jadi sesuai arahan Wapres "Oleh karena itu kemajuan kita dalam ekspor harus lebih kuat. Kita tidak boleh kalah dengan negara lain. Dan ini suatu kebanggan Karena apa yang kita lakukan ini lahir dari sebuah proses dan kerja keras," jelasnya.
-
Kapan Bendungan Jenderal Soedirman diresmikan? Pada tahun 1989, Bendungan Jenderal Soedirman, juga dikenal sebagai Waduk Mrica, diresmikan oleh Presiden Soeharto.
-
Kapan Kementan mengadakan rapat koordinasi dengan Dinas Pertanian di seluruh Indonesia? Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman mengajak kepala dinas pertanian se-Indonesia untuk mengawal jalannya produksi beras pada tahun ini. Dia ingin Indonesia mampu mencapai swasembada sehingga tak lagi bergantung pada kebijakan impor."Kondisi dunia sekarang sedang menghadapi krisis pangan. Bahkan sudah ada negara yang kelaparan dan beberapa negera menyetop ekspor karena perubahan cuaca. Jadi mau tidak mau kita harus menuju swasembada dan harus berdiri di kaki sendiri. Kenapa? Karena Indonesia bisa mengoptimalkan potensi tersebut," ujar Amran dalam rapat koordinasi Akselerasi Peningkatan Luas Tanam dan Produksi Padi dan Jagung dengan Dinas Pertanian Provinsi dan Kabupaten se-Indonesia, Senin (30/10).