Menteri Susi sebut saksi perbudakan ABK asing bungkam takut diculik
Susi pernah mendapatkan laporan jika tak sedikit saksi yang hilang maupun dibunuh usai membeberkan aksi perbudakan.
Perbudakan yang menimpa Anak Buah Kapal (ABK) asing yang terjadi di kapal asal Thailand sudah menjadi rahasia umum di kalangan nelayan. Sayangnya, banyaknya saksi yang mengetahui lebih memilih bungkam lantaran ketakutan bakal diculik atau dibunuh.
"Yang kasus perbudakan itu dalam proses sidik pasti akan susah saat mencari saksi. Karena takut dibunuh," ujar Menteri Kelautan dan Perikanan (MKP) Susi Pudjiastuti dalam diskusi Semiloka 'Penguatan penegakan hukum untuk menjadikan indonesia sebagai poros maritim' di Kantor KKP, Jakarta Pusat, Senin (30/3).
Secara gamblang, Susi mengungkapkan pernah mendapatkan laporan jika tak sedikit saksi yang hilang maupun dibunuh usai membeberkan aksi perbudakan tersebut.
"Karena ada yang pernah meninggal dibunuh. Ini yang menyebabkan susah nyidik kasus itu, mereka takut diculik dan hilang," ungkapnya.
Untuk itu bos maskapai Susi Air ini mengajak ke depan institusi Polri serta Kesatuan TNI Angkatan Laut serta para pemangku kepentingan terkait, tegas serta memberikan perlindungan kepada para saksi.
"Hal-hal seperti ini harus bahu membahu, hukum segala-galanya," tandasnya.
Sebelumnya, kantor berita the Associated Press membeberkan praktik perbudakan ABK asing oleh PT Pusaka Benjina Resources di Pulau Benjina, Maluku. Perusahaan tersebut notabenennya memakai bendera merah putih.
Dalam laporan berjudul "Was Your Seafood Caught By Slaves" pada 25 Maret 2015 lalu, AP mengungkapkan perbudakan para ABK Benjina asal Myanmar tersebut.
Para ABK dilarang memakan ikan-ikan yang mereka tangkap serta tidak tahu menahu untuk dikirim kemana ikan tersebut. Tindak tak manusiawi yang terima para ABK yakni mereka dipaksa minum air kotor dan bekerja 22 jam non stop tanpa libur.
Gaji yang diterima para ABK sangat kecil, bahkan untuk pekerjaan menarik jala tidak digaji. Tak hanya itu, para ABK malang tersebut acap kali menerima siksaan fisik seperti dicambuk dengan ekor pari atau dipukul ketika mereka sudah terlihat kelelhan.
Tak sedikit ABK yang tak tahan lagi menerima siksaan sampai akhirnya harus meninggal di atas kapal.