Mesin Kendaraan Kerap Mati di Perlintasan Rel Kereta Api, Ternyata Ini Alasannya
Sebuah truk tertabrak kereta api KA 112 (KA Brantas) di perlintasan sebidang di Jalan Madukoro Raya, Semarang, Jawa Tengah, Selasa (18/7) pukul 1932 WIB.
Mesin Kendaraan Kerap Mati di Perlintasan Rel Kereta Api, Ternyata Ini Alasannya
Sebuah truk tertabrak kereta api KA 112 (KA Brantas) di perlintasan sebidang di Jalan Madukoro Raya, Semarang, Jawa Tengah, Selasa (18/7) pukul 1932 WIB.
Tidak ada korban jiwa pada kejadian tersebut.
Namun lokomotif KA Brantas mengalami kebakaran dan 2 jalur KA pada petak Jerakah-Semarang Poncol untuk saat ini belum bisa dilalui.
Kendati demikian, mengapa mesin truk bisa mati di perlintasan rel?
- Truk Tersangkut di Rel, Perjalanan KA dari dan ke Malang Terlambat
- Tiang Listrik Aliran Atas Ditabrak Truk Dibereskan, Perjalanan KRL Tanah Abang-Rangkasbitung Kembali Normal
- Ada Tiang Listrik Miring Ditabrak Truk, Perjalanan KRL Rangkasbitung-Tanah Abang Dialihkan
- Alami Kerugian Usai Kecelakaan Kereta di Semarang, KAI Bakal Tuntut Pengguna Jasa Truk?
Kejadian tersebut diakibatkan oleh mesin truk yang mati di perlintasan sebidang.
Pengamat Transportasi Darmaningtyas mengatakan para ahli otomotif menolak keras pandangan bahwa ketika melintasi rel kereta api kendaraan secara otomatis akan mati.
Dia menjelaskan mesin kendaraan sudah dirancang untuk kondisi tertentu. Sehingga tidak akan mati ketika melintasi perlintasan sebidang, meski di ujung sana ada getaran kereta api yang akan lewat.
"Kalau mesin mati di tengah rel itu umumnya karena pengendara gugup, sehingga seharusnya ngerem tapi malah tancap gas dan ketika sadar bahaya lalu refleksnya mengerem," ujar Darmaningtyas kepada Merdeka.com, Rabu (19/7).
Untuk waktu mengerem sebuah kereta api, kata Darma tergantung pada kecepatannya.
Jika kecepatan 100 km per jam, paling tidak dibutuhkan 1 km untuk bisa mengerem.
Hal serupa pun juga diungkapkan oleh Pengamat Transportasi, Djoko Setijowarno yang mengatakan mesin kendaraan mati di perlintasan kereta api disebabkan pengendara terlalu panik saat melintasi rel kereta.
Dia menjelaskan, dulu banyak yang berpendapat bahwa mesin kendaraan yang mati dikarenakan medan magnet. Namun hal tersebut belum bisa dibuktikan secara ilmiah. "Pengaruh itu ternyata belum begitu kuat risetnya belum begitu kuat. secara ilmiahnya belum menguatkan jelasnya itu karena paniknya," kata Djoko kepada Merdeka.com.
Djoko pun mengimbau kepada pengendara untuk berhati-hati ketika melintasi perlintasan rel kereta api.
"Kalau sudah bunyi sirine walaupun palang-nya belum ditutup, mending berhenti saja, menghindari risiko terburuk," terangnya.