Meski rupiah babak belur, BI nilai ekonomi Indonesia masih aman
Rupiah hanya terdepresiasi sebesar 57 persen terhadap dolar Amerika Serikat, sepanjang tahun ini (year to date).
Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo menilai ekonomi Indonesia masih aman. Meskipun nilai tukar rupiah sudah babak belur "dihajar" dolar Amerika Serikat.
"Kami ingin sampaikan ada nilai tukar yang volatil (naik-turun) tapi secara umum dalam kondisi aman dan Bank Indonesia akan selalu ada di pasar menjaga volatilitas rupiah tidak tinggi dan bisa diterima," kata Agus saat di Istana Negara, Jakarta, Rabu (11/3).
-
Kenapa Bank Indonesia mengembangkan Rupiah Digital? Selain menjadi mata uang yang cepat, mudah, murah, aman, dan andal dalam ekosistem digital di masa depan, Rupiah Digital juga menjadi solusi yang memastikan Rupiah tetap menjadi satu-satunya mata uang yang sah di NKRI.
-
Bagaimana Pejuang Rupiah bisa menghadapi tantangan ekonomi? "Tidak masalah jika kamu bekerja sampai punggungmu retak selama itu sepadan! Kerja keras terbayar dan selalu meninggalkan kesan abadi."
-
Apa yang dijelaskan oleh Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, mengenai redenominasi rupiah? Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menjelaskan, implementasi redenominasi rupiah ini masih menunggu persetujuan dan pertimbangan berbagai hal.
-
Bagaimana redenominasi rupiah dilakukan di Indonesia? Nantinya, penyederhanaan rupiah dilakukan dengan mengurangi tiga angka nol di belakang, contohnya Rp 1.000 menjadi Rp 1.
-
Bagaimana Bank Indonesia memastikan bahwa rencana redenominasi rupiah tetap berjalan? Bank Indonesia pun memastikan bahwa rencana redenominasi rupiah atau Rp1.000 ke Rp1 masih terus berjalan. Bahkan, Bank Indonesia sudah siap dengan skenario dalam penerapan redenominasi rupiah ini.
-
Bagaimana BRI meningkatkan inklusi keuangan di Indonesia? Sebagai bank yang berfokus pada pemberdayaan UMKM, BRI memiliki jutaan database nasabah, baik simpanan maupun pinjaman. Ini menyebabkan BRI terpapar risiko data privacy breach dan cyber security system.
Dia mengungkapkan sejumlah fakta. Diantaranya, rupiah hanya terdepresiasi sebesar 57 persen terhadap dolar Amerika Serikat, sepanjang tahun ini (year to date). Jauh lebih rendah ketimbang negara berkembang lain, semacam India (16 persen), dan Turki (17 persen).
"Nilai tukar rupiah juga tidak lebih buruk dari mata uang negara tetangga, seperti ringgit Malaysia atau dolar Singapura dolar," katanya.
Selain itu, dua bulan awal 2015 nir-inflasi. Ini membuat Agus Marto optimistis inflasi bakal turun ke arah 4 persen pada 2016.
"BI akan selalu mewaspadai perkembangan inflasi berjalan. kami inginkan inflasi itu berkembang menuju tingkat yang lebih sehat."
Kemudian, lanjut Agus, imbal hasil (yield) surat utang Indonesia turun dari 8 persen sekarang 7 persen. Lalu indeks Credit Default Swap (CDS) sebagai instrumen untuk mengukur risiko investasi di Indonesia terus membaik.
Tahun lalu, Indonesia berada di posisi 230. Sekarang, turun ke posisi 140 setelah sebelumnya sempat menyentuh 120.
"Menunjukkan risiko indonesia cukup baik dan menunjukan di di dunia juga cukup baik."
(mdk/yud)