Mimpi Menteri Susi nelayan lokal berdaulat di RI terbentur regulasi
Menteri Susi menginginkan industri tangkap ikan khusus nelayan lokal, sementara asing boleh bergabung di hilirisasi.
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) berambisi nelayan Indonesia berdaulat di negara sendiri. Maka dari itu, Kementerian pimpinan Susi Pudjiastuti ini ingin menutup celah nelayan asing beroperasi di perairan Indonesia.
Menteri KKP Susi Pudjiastuti menegaskan, kekayaan laut Indonesia menjadi kunci peningkatan kesejahteraan secara mandiri. "Saya sudah putuskan dan akan kejar supaya terealisasi bahwa nelayan tangkap ikan cuma orang Indonesia," ungkapnya saat ditemui di Kantornya, Jakarta, Senin (7/9).
Namun, dia mengaku masih belum dapat merealisasikan mimpinya tersebut. Sebab, ada beberapa regulasi masih memberikan akses nelayan tangkap asing. Menteri Susi akan melaporkan masalah tersebut kepada Presiden Joko Widodo.
"Peraturan Pemerintah (PP) pemerintah kita memperbolehkan PMA penangkapan asing dengan nelayan asing. PP ini bertentangan dengan UU Indonesia karena dalam UU tidak boleh nelayan asing. Kita harus cabut, saya sudah bicara dengan Pak Presiden untuk mencabut PP tentang nelayan dan perusahaan ikan kapal tangkap asing," terang mantan Bos Susi Air ini.
Menteri Susi menambahkan, pihaknya tidak masalah jika memang asing berkecimpung, namun, khusus untuk sektor hilirisasi. Akan tetapi, kembali terganjal ketentuan yang mewajibkan besaran modal sebanyak 40 persen.
"Asing didorong untuk masuk teknologi, pabrik, processing, cool storage asing tak boleh 40 persen. Aneh to pak. Nggak ada yang bikin pabrik makanya tangkap saja curi," tutupnya.
Menurut, Menteri Susi dengan masuknya asing ke industri hilirisasi akan membawa banyak keuntungan ke Indonesia. Selain penciptaan lapangan kerja, peran asing juga memberikan transfer teknologi ke Indonesia.
"Ini saya mau minta pemerintah untuk membalik, pabrik-pabrik pembeli boleh asing mau 100 persen silahkan. Tapi tangkap 100 persen tidak boleh asing. Tangkapnya kita. Hulu kita pegang, hilirisasi siapa saja. Nilai tambahnya kan di situ, kita belajar teknologi, kita ekspor," tandas dia.