Neraca Dagang Indonesia Februari USD 3,83 M, Surplus 22 Bulan Berturut-turut
Indonesia kembali mencatatkan surplus neraca perdagangan per Februari 2022. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), neraca dagang Indonesia mengalami surplus hingga USD 3,83 miliar.
Indonesia kembali mencatatkan surplus neraca perdagangan per Februari 2022. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), neraca dagang Indonesia mengalami surplus hingga USD 3,83 miliar.
Angka surplus ini didapat setelah nilai ekspor USD 20,46 miliar pada Februari 2022, masih lebih tinggi dibanding nilai impor per waktu yang sama, sebesar USD 16,64 miliar.
-
Kapan BPS dibentuk? Sejarah BPS dimulai pada tahun 1960, ketika Biro Pusat Statistik didirikan.
-
Bagaimana BRI membantu Gravfarm dalam memperluas pasar ekspor? BRI terus memberikan dukungan bagi UMKM binaannya untuk dapat “go ekspor”. Dukungan nyata tersebut diberikan melalui partisipasi UMKM binaan BRI dalam tradefair ataupun eksibisi yang dapat membantu perluasan pasar ekspor untuk pelaku usaha.
-
Kenapa ekspor telur ke Singapura bisa menjadi bukti keberhasilan Indonesia di pasar dunia? Singapura menjadi salah satu negara dengan standar mutu dan keamanan pangan yang tinggi, sehingga ekspor ini menjadi salah satu keberhasilan Indonesia di pasar dunia.
-
Apa yang dihapus dari BPJS? Kepala Humas BPJS Kesehatan Rizzky Anugerah menjawab pertanyaan publik terkait naiknya iuran ketika Kelas Rawat Inap Standar (KRIS) berlaku.
-
Di mana cecak diburu untuk ekspor? Mereka bisa ditangkap untuk dijadikan hewan peliharaan atau konsumsi, kata Dr Satyawan Pudyatmoko, direktur jenderal konservasi sumber daya alam dan ekosistem di Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).
-
Kenapa bisnis baju bekas impor dilarang di Indonesia? Presiden Jokowi mengungkapkan bisnis baju bekas impor ilegal sangat mengganggu industri tekstil dalam negeri.
"Neraca perdagangan Indonesia di bulan februari ini berdasarkan data ekspor/impor mengalami surplus sebesar USD 3,83 miliar," ujar Kepala BPS Margo Yuwono, Selasa (15/3).
Jika dilihat dari tren, Margo mengungkapkan, Indonesia telah alami surplus neraca perdagangan selama 22 bulan terakhir sejak Juni 2020.
"Kalau kita lihat tren surplus, ini terjadi 22 bulan terakhir Indonesia mengalami surplus perdagangan. Harapan kita semua, semoga tren surplus ini terjaga di masa-masa berikutnya. Sehingga pemulihan ekonomi Indonesia bisa berlangsung lebih cepat," tuturnya.
Negara penyumbang surplus terbesar yakni Amerika Serikat, dengan selisih perdagangan mencapai USD 1,867 miliar. Disusul kemudian India dan Filipina.
"Dengan India kita surplus USD 850 juta, sementara dengan Filipina surplus USD 725,9 juta," kata Margo.
Sementara dari sisi komoditas, sejumlah produk non-migas seperti bahan bakar mineral (HS 27), kemudian lemak nabati dan hewani (HS 15), serta besi dan baja (HS 72) memainkan porsi yang dominan.
Impor Februari USD 16,64 M
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai impor Indonesia sebesar USD 16,64 miliar pada Februari 2022. Angka tersebut masih lebih kecil dibandingkan impor per Januari 2022 lalu.
"Nilai impor Indonesia pada Februari 2022 tercatat USD 16,64 miliar. Itu turun 8,64 persen dibandingkan Januari 2022," jelas Kepala BPS Margo Yuwono, Selasa (15/3).
Secara komposisi, Margo memaparkan, impor di sektor migas mencapai USD 2,90 miliar, sementara non-migas sebesar USD 13,74 miliar.
"Impor migas di Februari ini dibandingkan Januari naik 30,19 persen. Sedangkan impor non-migas turun 14,05 persen," imbuhnya.
Kalau dibandingkan secara tahunan, impor Indonesia naik 25,43 persen. Baik impor migas dan non-migas, kedua-duanya mengalami peningkatan. Untuk migas naik 122,52 persen, dan non-migas 14,84 persen.
"Dari grafik terlihat, impor dua bulan terakhir dibandingkan kondisi 2021 dan 2020 masih lebih tinggi," kata Margo.
Menurut kelompok penggunaan barang, terlihat semuanya mengalami penurunan. Tertinggi adalah untuk penggunaan konsumsi 23,85 persen, terutama karena terjadi penurunan impor produk farmasi.
"Sedangkan secara YoY, terjadi peningkatan 25,43 persen. Kalau lihat penggunaan barangnya, yang terjadi penurunan hanya untuk barang konsumsi, turun 3,06 persen. Sementara untuk bahan baku/barang modal di Februari 2022 masih meningkat 29,98 persen secara year on year," tuturnya.
Reporter: Maulandy Rizky Bayu Kencana
Sumber: Liputan6.com