Nilai tukar Rupiah diprediksi Rp 14.800/USD di akhir tahun
Nilai tukar Rupiah diramalkan masih akan terus melemah.
Ekonom Bank Mandiri, Destry Damayanti memprediksi nilai tukar Rupiah tidak akan menembus level Rp 15.000 per USD di akhir tahun nanti. Destri menyebut, nilai tukar akan berada dilevel Rp 14.500 hingga Rp 14.8000 per uSD.
"Kita setuju pertumbuhan ekonomi 4,8 persen tahun ini. Kalau kurs dilevel Rp 14.500 - Rp 14.800 per USD," ujarnya di Plaza Mandiri, Jakarta, Senin (21/9).
-
Bagaimana Pejuang Rupiah bisa menghadapi tantangan ekonomi? "Tidak masalah jika kamu bekerja sampai punggungmu retak selama itu sepadan! Kerja keras terbayar dan selalu meninggalkan kesan abadi."
-
Bagaimana redenominasi rupiah dilakukan di Indonesia? Nantinya, penyederhanaan rupiah dilakukan dengan mengurangi tiga angka nol di belakang, contohnya Rp 1.000 menjadi Rp 1.
-
Siapa yang memimpin rencana redenominasi rupiah di Indonesia? Rencana penyederhanaan mata uang telah digulirkan oleh Kementerian Keuangan dan Bank Indonesia (BI) melalui Peraturan Menteri Keuangan Nomor 77/PMK.01/2020 tentang Rencana Strategis Kementerian Keuangan Tahun 2020-2024.
-
Apa yang dijelaskan oleh Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, mengenai redenominasi rupiah? Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menjelaskan, implementasi redenominasi rupiah ini masih menunggu persetujuan dan pertimbangan berbagai hal.
-
Kapan Pejuang Rupiah harus bersiap? "Jangan khawatir tentang menjadi sukses tetapi bekerjalah untuk menjadi signifikan dan kesuksesan akan mengikuti secara alami." – Oprah Winfrey
-
Mengapa nilai tukar rupiah menjadi sangat tinggi terhadap dolar di era Soeharto? Sebab, inflasi Indonesia yang terbilang masih cukup tinggi tidak sebanding dengan mitra dagangnya. Akhirnya nilai tukar rupiah menjadi sangat tinggi terhadap dolar dan tidak ada negara yang mau bermitra dengan Indonesia.
Destry menjelaskan, masih terus melemahnya nilai tukar Rupiah terjadi karena dua sebab. Pertama, China yang masih diperkirakan melemahkan mata uangnya. Selain itu, mendekati akhir tahun, permintaan dolar AS semakin tinggi untuk pembayaran utang yang jatuh tempo
"Kebutuhan tiga, empat bulan untuk bayar utang," jelas dia.
Senior Ekonom Bank Mandiri, Aldi Taloputra meramal ekonomi global akan segera membaik, namun tidak secepat dari sebelumnya. Hal ini disebabkan oleh perlambatan ekonomi China dan kondisi Amerika Serikat.
"Sebab, perlambatan China bisa mengganggu pemulihan di AS. Bahkan, arah ekonomi China belum jelas. Hal inilah yang menjadi acuan dari The Fed untuk tidak menaikkan suku bunganya," kata Aldi.
Dia melanjutkan, jika The Fed tidak menaikkan suku bunganya, maka secara perspektif langkah tersebut tidak baik untuk mata uang Rupiah.
Di sisi lain, Ekonom Senior Bank Mandiri Andry Asmoro memperkirakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III berada di kisaran 4,8 persen-4,9 persen.
"Namun, persoalan utama perkembangan ekonomi RI kalau dibasiskan oleh belanja modal, maka kita perlu melihat daya beli masyarakat. Ke depan, untuk menopang pertumbuhan, maka perlu menopang daya beli masyarakat yang berkaitan dengan konsumsi," tutur Asmoro.
(mdk/idr)