Pandemi Corona, Buat Pusing Pemimpin Perusahaan
Resesi berkepanjangan akibat dampak pandemi virus corona adalah kekhawatiran terbesar bagi para pemimpin perusahaan. Sehingga, membuat mereka lebih sering terjaga di malam hari.
Resesi berkepanjangan akibat dampak pandemi virus corona adalah kekhawatiran terbesar bagi para pemimpin perusahaan. Sehingga, membuat mereka lebih sering terjaga di malam hari.
Para eksekutif yang tugas utamanya mengidentifikasi risiko juga prihatin mengenai lonjakan angka pengangguran secara global. Apalagi, mayoritas korban PHK ialah kalangan usia muda, seperti laporan Marsh & McLennan kepada perusahaan asuransi di Zurich.
-
Kapan virus corona ditemukan? Virus virus adalah sekelompok virus yang meliputi SARS-CoV (virus korona sindrom pernafasan akut parah), MERS-CoV (sindrom pernapasan Timur Tengah coronavirus) dan SARS-CoV-2, yang menyebabkan Covid-19.
-
Kapan virus menjadi pandemi? Contohnya seperti virus Covid-19 beberapa bulan lalu. Virus ini sempat menjadi wabah pandemi yang menyebar ke hampir seluruh dunia.
-
Bagaimana responden menilai kondisi ekonomi nasional saat ini? Ini ditandai dengan 26,0 persen masyarakat yang menilai ekonomi nasional saat ini buruk. Angka ini seimbang dengan 26,0 persen masyarakat yang mengatakan ekonomi baik. Umumnya ekonomi nasional dinilai sedang, yakni sebesar 42,4 persen, akan tetapi lebih banyak yang menilai sangat buruk daripada yang sangat baik. Dengan persentase 3,5 persen sangat buruk. Lalu hanya 1,4 persen masyarakat yang menilai kondisi ekonomi nasional sangat baik.
-
Kenapa usaha risoles Mistiyati mengalami penurunan saat pandemi? "Saya dulunya tujuh tahun jadi pedagang risoles keliling pakai motor sambil anter anak sekolah. Trus pas pandemi, penjualan saya turun jauh, karena konsumen pada takut beli,” ujarnya seperti dilansir dari tangerangkota.go.id.
-
Apa yang menjadi tanda awal mula pandemi Covid-19 di Indonesia? Pada tanggal 2 Maret 2020, Indonesia melaporkan kasus pertama virus Covid-19, menandai awal dari pandemi yang memengaruhi seluruh masyarakat.
-
Bagaimana Pejuang Rupiah bisa menghadapi tantangan ekonomi? "Tidak masalah jika kamu bekerja sampai punggungmu retak selama itu sepadan! Kerja keras terbayar dan selalu meninggalkan kesan abadi."
Survei yang dilakukan kedua ekonom tersebut melibatkan 350 responden yang berasal dari analis ekonomi dari perusahaan ternama di seluruh dunia. Menurut laporan yang dikutip dari CNN.com, dua pertiga responden mengatakan resesi global yang berkepanjangan sebagai risiko paling mengkhawatirkan bagi perusahaan mereka.
Marsh & McLennan juga mendapati permasalahan ekonomi lainnya, seperti tingkat kesenjangan yang meningkat, melemahnya iklim investasi hingga kejahatan teknologi sebagai risiko yang timbul akibat pandemi covid-19. Survei sendiri diadakan dalam dua minggu pertama bulan April 2020.
Bahkan, pembuat kebijakan di seluruh dunia sekarang berusaha untuk melepaskan tekanan ekonomi yang disebabkan pandemi corona. Antara lain membuka kembali bisnis, sekolah dan transportasi dengan menerapkan aspek physical distancing.
IMF sendiri pada beberapa waktu lalu, memprediksi pertumbuhan ekonomi global pada tahun 2020 sebesar 3 persen. Artinya peluang terjadinya krisis ekonomi terbesar sejak tahun 1930-an semakin terbuka.
"Hilangnya aktivitas ekonomi Covid-19, menuntut triliunan dolar sebagai paket tanggapan dan kemungkinan besar akan menyebabkan pergeseran struktural dalam ekonomi global meningkat, karena negara-negara merencanakan untuk pemulihan dan kebangkitan," kata Marsh & McLennan.
Dengan tekanan yang sangat besar terhadap sektor bisnis dan pendidikan, maka lebih dari 1,6 miliar siswa tidak bersekolah selama wabah berlangsung. Namun, keputusan yang diambil sekarang akan menentukan bagaimana risiko kelangsungan hidup generasi mendatang.
Di sisi lain, pandemi ini menawarkan kemungkinan menguatnya solidaritas sosial untuk membangun masyarakat yang lebih kohesif, inklusif dan setara. Setelah meningkatnya ketimpangan dan pengangguran akibat resesi ekonomi global.
Tak hanya itu, pandemi ini memicu tingkat ketergantungan terhadap sektor teknologi akibat kebijakan Work From Home. Justru membuka ruang terjadinya penyalahgunaan teknologi hingga pencurian data pribadi.
(mdk/azz)