Pandemi Covid-19 Hingga Pengangguran Penyebab Kemiskinan 2020 Naik 1,13 Juta
Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan, angka kemiskinan naik 10,19 persen atau 1,13 juta orang per September 2020. Kepala BPS Suhariyanto membeberkan beberapa faktor penyebab angka kemiskinan Indonesia bisa naik.
Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan, angka kemiskinan naik 10,19 persen atau 1,13 juta orang per September 2020. Kepala BPS Suhariyanto membeberkan beberapa faktor penyebab angka kemiskinan Indonesia bisa naik.
Pertama, tentu pandemi Covid-19 yang masih berkelanjutan berdampak pada perubahan perilaku dan aktivitas ekonomi penduduk. Ekonomi Indonesia pada kuartal III terkontraksi 3,49 persen secara year on year, sementara pengeluaran konsumsi rumah tangga turun 4,04 persen year on year.
-
Kapan BPS dibentuk? Sejarah BPS dimulai pada tahun 1960, ketika Biro Pusat Statistik didirikan.
-
Di mana PPS berkedudukan? PPS dibentuk untuk menyelenggarakan Pemilu di kelurahan atau desa. Oleh karena itu, PPS berkedudukan di kelurahan atau desa.
-
Kapan kelas BPJS dihapus? Sehingga, Rizzky memastikan besaran iuran sekarang masih tetap sama dengan apa yang sudah berlaku selama ini."Untuk iuran masih tetap, karena tidak ada penghapusan kelas otomatis untuk iuran, ini masih mengacu kepada Perpres yang masih berlaku yaitu Perpres 64 tahun 2020 jadi masih ada kelas dan iuran masih sama," kata Irsan di kantor Kemenkes, Jakarta, Rabu (15/5).
-
Kenapa KEK Singhasari penting? KEK Singhasari berkonsentrasi pada platform ekonomi digital untuk bersinergi dengan perkembangan antara bisnis pariwisata dan ekonomi digital.
-
Kenapa kelas BPJS dihapus? Irsan mengatakan, untuk penyesuaian iuran ini masih perlu diskusi lebih lanjut.
-
Apa yang dihapus dari BPJS? Kepala Humas BPJS Kesehatan Rizzky Anugerah menjawab pertanyaan publik terkait naiknya iuran ketika Kelas Rawat Inap Standar (KRIS) berlaku.
"Selama periode Maret 2020-September 2020, angka inflasi umum tercatat sebesar 0,12 persen, sementara inflasi inti tercatat 0,84 persen," kata Suhariyanto dalam konferensi pers, Senin (15/2).
Faktor lainnya ialah kenaikan harga eceran beberapa komoditas pokok seperti daging sapi yang naik 1,51 persen, susu kental manis 1,07 persen, minyak goreng 2,67 persen, tepung terigu 2,76 persen dan ikan kembung 1,07 persen.
Kendati, terdapat beberapa komoditas yang mengalami penurunan harga seperti beras sebesar 0,49 persen, daging ayam ras 3,52 persen, gula pasir 6,54 persen, cabai rawit 32,37 persen dan telur ayam ras 6,12 persen.
Terakhir, tingkat pengangguran yang disebabkan pandemi Covid-19 turut meningkat. "Pada Agustus 2020, tingkat pengangguran terbuka (TPT) mencapai angka 7,07 persen. Terjadi kenaikan 1,84 persen poin secara year on year," tutur Suhariyanto.
Sri Mulyani: Tanpa Bansos, Tingkat Kemiskinan Bisa Capai 10,2 Persen
Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati mengklaim kebijakan yang diambil pemerintah sudah cukup tepat dalam menekan angka kemiskinan di masa pandemi Covid-19. Di mana, angka kemiskinan masih berada di level satu digit yakni 9,78 persen.
"Seandainya pemerintah tidak melakukan langkah-langkah itu prediksi kemiskinan bisa melonjak 10,2 persen," kata dia dalam rapat kerja bersama dengan Komisi XI DPR RI, Rabu (27/1).
Dia mengatakan selama masa pandemi, pemerintah secara konsisten telah menyalurkan bantuan sosial (bansos) dalam bentuk bantuan langsung tunai. Bantuan itu diberikan di pedesaan yang dikonversikan melalui dana desa.
"Itu cukup efektif untuk menahan kenaikan kemiskinan di pedesaan," kata dia.
Sementara untuk menekan angka kemiskinan di perkotaan, pemerintah juga melakukan beragam upaya mulai dari kartu prakerja, bantuan langsung tunai untuk masyarakat Jabodetabek, dan pemberian bantuan produktif untuk UMKM.
"Ini semuanya ditujukan untuk mengurangi tekanan yang luar biasa hebat terutama di perkotaan atau di daerah perkotaan dan terutama di kota-kota besar di Jawa maupun di luar Jawa," jelas dia.
Meski berhasil ditekan, namun angka kemiskinan tersebut mengalami kenaikan daripada posisi sebelumnya, Di mana angka kemiskinan pada 2019 berhasil ditekan mencapai 9,22 persen atau menjadi terendah sepanjang sejarah.
Reporter: Athika Rahma
Sumber: Liputan6
(mdk/bim)