Pemanfaatan EBT dalam Bauran Energi Primer Masih Rendah
Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Dadan Kusdiana mengatakan, pemanfaatan energi baru terbarukan (EBT) dalam bauran energi primer masih rendah, yakni hanya 11,2 persen. Sedangkan 88,8 persennya masih didominasi energi fosil.
Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Dadan Kusdiana mengatakan, pemanfaatan energi baru terbarukan (EBT) dalam bauran energi primer masih rendah, yakni hanya 11,2 persen. Sedangkan 88,8 persennya masih didominasi energi fosil.
Dia menjelaskan, roadmap pengembangan kilang dan petrokimia, green fuel serta hilirisasi produk, batubara masih mendominasi sebesar 38 persen bauran energi primer. Diikuti minyak bumi sebesar 31,6 persen, dan gas alam sebesar 19,2 persen.
-
Apa yang akan dikembangkan Pertamina dari bahan bakar berbasis bioenergi? Pertamina akan memanfaatkan bahan bakar nabati seperti tebu, jagung, singkong dan sorgum untuk mengembangkan bioenergi.
-
Kapan Pemprov Kaltim mendorong Perusda untuk menerapkan model bisnis berbasis energi terbarukan? Upaya transformasi energi di Kalimantan Timur mulai diterapkan dalam bisnis perusahaan daerah (Perusda) di Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim). Hal ini sesuai dengan instruksi Presiden Joko Widodo agar Indonesia perlahan beralih ke energi terbarukan.
-
Apa yang dilakukan Kementan untuk meningkatkan produksi padi di lahan rawa mineral di Banyuasin? Kementerian Pertanian (Kementan) terus berupaya meningkatkan produksi dan indeks pertanian (IP) secara signifikan sebagai upaya meningkatkan kemandirian pangan dan ketahanan pangan nasional melalui kegiatan optimasi lahan (Opla) rawa mineral. Salah satunya dilakukan di Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan (Sumsel) seluas sekitar 22.000 hektare (Ha)
-
Bagaimana cara Pemprov Kaltim mendorong Perusda untuk menerapkan model bisnis berbasis energi terbarukan? Dia mendorong perusda merespon transformasi itu untuk masuk ke bisnis kendaraan listrik. "Saya mendorong ke depan, MBS mulai menggunakan kendaraan non fosil. Kendaraan itu bisa dipinjam atau disewakan," ujarnya Akmal kepada wartawan.
-
Bagaimana Pertamina ingin membangun energi berkelanjutan? Dalam mewujudkan NZE 2060, imbuh Nicke, strategi Pertamina yang paling utama adalah bagaimana kita membangun atau memiliki sustainable energy. Sustainable artinya adalah semua material dan bahan bakunya dimiliki Indonesia, suplainya harus ada dan kemudian kita memiliki kemampuan untuk mengolahnya menjadi energi yang lebih baik.
-
Siapa yang mendorong Perusda untuk menerapkan model bisnis berbasis energi terbarukan? Penjabat Gubernur Kaltim Akmal Malik pun merespon dengan mendorong Perusda Melati Bhakti Satya (MBS) membuat model bisnis berbasis energi terbarukan.
"Dan kita punya target bauran EBT meningkat ke 23 persen, dan tersisa empat tahun lebih untuk hal itu," kata Dadan di Jakarta, Selasa, (16/11).
Dominasi batubara dalam pangsa pasar pemanfaatan energi nasional berarti juga emisi karbon yang dikeluarkan ikut besar. Artinya tidak environmental sustainable. Sementara itu, pemanfaatan EBT masih dinilai cukup rendah.
Padahal menurutnya, Indonesia memiliki banyak potensi dalam pengembangan EBT. Namun, pemanfaatannya yang masih minim. Menurut pemaparannya, ada enam jenis EBT yang pemanfaatannya masih rendah.
Di antaranya, tenaga surya yang memiliki potensi sebesar 3.295 GW dan Hidro sebesar 95 GW, diikuti Bioenergi 57 GW. Sementara itu, Bayu sebesar 155 GW, Panas Bumi 24 GW dan Laut 60 GW.
Kendati demikian, menurut data per September 2021, ke enam EBT ini baru dimanfaatkan total sebesar 10.889 MW. Dengan rincian tenaga Surya sebesar 194 MW, Hidro 6.432 MW, Bioenergi 1.923 MW, Bayu 154 MW, Panas Bumi 2.186 dan Laut masih belum ada pemanfaatan.
Roadmap Pemanfaatan EBT
Lebih lanjut, Dadan memaparkan roadmap penerapan EBT menuju net zero emission hingga 2060. Pada bagian, ini Dadan menyoroti beberapa poin penting di dalam roadmap ini.
Di antaranya, pengembangan EBT hingga mencapai 100 persen dalam bauran energi nasional. Kemudian mengurangi emisi beroperasinya PLTD yang semakin besar. Lalu, Pengurangan konsumsi energi fosil, baik di sektor residensial, transportasi maupun sektor pembangkit listrik. Serta, pemanfaatan peralatan efisiensi energi dalam skala besar.
Mengacu pada roadmap, untuk 2021-2025, pada 2021 keluarnya perpres EBT, Perpres Retirement Coal, Co-firing PLTU, CCT, Konversi PLTD ke gas dan EBT.
Lalu pada 2022, penerapan UU EBT dan target penggunaan kompor listrik di 2 juta rumah tangga per tahun. Kemudian, pada 2024 ditarget interkoneksi, smart grid dan smart meter. Serta pada 2025, EBT 23 persen didominasi PLTS.
Dengan rasio elektrifikasi sebesar 100 persen, penggunaan 1.217kWh/kapita, pumped storage mulai COD, dan penurunan emisi 198 juta ton CO2.
"Indonesia ini akan semakin maju dan banyak butuh energi, sekarang konsumsi listrik baru sekitar 1000-an perkapita pertahun, salah satu yang indikator kemajuan negara adalah konsumsi listriknya harus meningkat, ini harus didorong penyediaannya," tuturnya.
Selanjutnya, pada 2027, penurunan impor LPG secara bertahap, pada 2030 EBT 26,5 persen didominasi Hidro, Panas Bumi, dan PLTS. Kemudian, 2031 retirement PLTU tahap pertama subcritical, interkoneksi antar pulau mulai COD dan 2035 EBT 57 persen didominasi PLTS, Hidro, dan Panas Bumi.
Dilanjutkan 2036 Retirement PLTU tahap kedua subcritical, critical, dan sebagian super critical. Papda 2040 EBT 66 persen didominasi PLTS, Hidro dan Bioenergi. 2048 PLTAL skala besar mulai COD, 2049 PLTN pertama mulai COD dan 2050 EBT 93 persen didominasi PLTS, Hidro dan Bioenergi.
Fase selanjutnya antara 2051-2060, pada 2051 pemanfaatan hidrogen semakin masif, 2054 sisa PLTGU di bawah 1 GW, sisa PLTU di bawah 1 GW, dan EBT 100 persen dengan dominasi PLTS, Hidro dan Angin.
"Seluruh motor berbasis listrik, kompor listrik 52 juta rumah tangga, Jargas 23 juta SR, Listrik 5.308 kWh per kapita, dan penurunan emisi 1.526 juta ton CO2," tandasnya.
Reporter: Arief Rahman H.
Sumber: Liputan6.com
(mdk/azz)