Menteri Arifin Pesimis Target Bauran EBT Tercapai Tahun Depan, Ini Alasannya
Menteri ESDM beberkan penyebab bauran energi baru terbarukan (EBT) di Indonesia tidak akan mencapai target di 2025.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif menyangsikan target bauran energi baru terbarukan (EBT) di 2025 akan sulit tercapai. Pasalnya, ada sejumlah kendala untuk bisa menembus target bauran EBT antara 17-19 persen di tahun depan.
"Target EBT 2025 kita (berpotensi) tidak mencapai bauran. Bauran paling cuman 13-14 persen, karena kan itu infrastruktur kita, dan juga masih ada bottleneck," jelas Arifin di Kantor Ditjen Migas Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (2/8).
Di sisi lain, ia mengakui tingkat permintaan terhadap EBT sejauh ini belum naik secara pesat. Kementerian ESDM pun terus mendorong peluasan penggunaan melalui pemakaian kendaraan listrik atau electric vehicle (EV) hingga pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) di sektor industri.
"Makanya program-program untuk mendorong demand harus kita lakukan. Contohnya EV terus kemudian PLTS untuk industri dan perumahan, ini harus bisa di dorong," tegas Arifin.
Sebelumnya, pemerintah melalui Dewan Energi Nasional (DEN) telah merevisi target bauran energi baru terbarukan (EBT) pada 2025 menjadi 17-19 persen, dari target sebelumnya sebesar 23 persen lewat pembaharuan Kebijakan Energi Nasional (KEN).
DEN menyusun pembaharuan PP Nomor 79 Tahun 2014 tentang Kebijakan Energi Nasional yang menyesuaikan dengan perubahan lingkungan strategis yang selaras dengan komitmen perubahan iklim serta mengakomodasi upaya transisi energi menuju netral karbon 2060.
"Targetnya, 2023 dulu 23 persen. Dalam pembaharuan KEN, nanti kalau diketok, diteken Presiden, maka berubah menjadi 17-19 persen," kata Kepala Biro Fasilitasi Kebijakan Energi dan Persidangan DEN, Yunus Saefulhak dikutip dari Antara beberapa waktu lalu.
Yunus menjelaskan, perubahan target di kisaran angka tersebut dimaksudkan agar jika capaian target tetap masuk meski hanya tercapai di skenario angka terendah.
"Kalau skenario rendah di antaranya kita tercapai, ya sudah bagus, KEN menuntun jalan sesuai koridornya," ungkapnya.
Dalam peta jalan transisi energi pada Revisi PP KEN tersebut, ditargetkan pada tahun 2030 bauran energi primer EBT mencapai 19-21 persen. Lalu pada 2030 sekitar 25-26 persen, kemudian pada 2040 ditargetkan mencapai 38-41 persen, hingga pada 2060 mendatang sebesar 70-72 persen.
Lantaran fokusnya pada transisi energi, Yunus mengatakan perubahan terbesar juga terjadi di target bauran EBT pada 2060 yang lebih besar. Ia menyebut di PP KEN lama, targetnya sebanyak 70 persen energi berasal dari fosil.
"Nanti di 2060, itu 70-72 persen EBT-nya, kalau dulu di PP KEN lama, itu 2050 70 persennya adalah fosil. Sekarang justru dibalik, 70 persen EBT, fosilnya jadi 30 persen," pungkas Yunus.