Pemerintah Manfaatkan Baterai untuk Bangun Pembangkit Energi Hijau, Terutama di Indonesia Timur
Untuk penerapannya, Eniya melihat peluang di kawasan Indonesia Timur. Sebab, beberapa wilayah di sana masih belum punya sistem jaringan memadai.
Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mendorong pemanfaatan baterai untuk pembangkit berbasis energi baru terbarukan (EBT).
Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM, Eniya Listiani Dewi menilai, pembangkit listrik penyimpanan baterai atau battery energy storage system (BESS) jadi satu nilai tambah untuk mengelola sistem transisi energi di Tanah Air.
"Karena storage baterai sangat perlu, apalagi untuk mengkombinasikan new renewable energy yang fluktuatif harus dikombinasikan dengan baterai," ujar Eniya saat ditemui di sela acara ISF 2024 di Jakarta Convention Center, Kamis (5/9).
Untuk penerapannya, Eniya melihat peluang di kawasan Indonesia Timur. Sebab, beberapa wilayah di sana masih belum punya sistem jaringan memadai.
"Saya meng-address di Indonesia Timur, karena di sana tidak ada grid dan yang ada off grid system. Sehingga sistem itu harus bisa stabil, bisa di-deliver ke masyarakat. Makanya kita perlu baterai sebagai energy storage kita," ungkapnya.
Dengan menggunakan sumber energi hijau lain semisal angin atau tenaga matahari, suplainya bersifat tidak terus menerus. Sehingga, potensi EBT di kawasan Indonesia Timur bisa dikombinasikan dengan baterai.
"Sehingga kita sedang mendorong smart grid system dikombinasikan dengan baterai sebagai energy storage system," kata Eniya.
Adapun pengembangan BESS sudah masuk ke dalam Rancangan Umum Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL). Dengan target jangka pendek 2 gigawatt (GW) hingga 2030, dan 18 GW sampai 2060.
"Target dari baterai sebagai energy storage sampai dengan 2060 itu 18 GW, 2 GW sampai dengan 2030. Jadi kebutuhan kita banyak. Kita perlu baterai, sehingga itu bisa jadi suatu market untuk Indonesia," sebut dia.