PLN Butuh Rp11.323 Triliun untuk Capai Energi Bersih di Tahun 2060
Strategi PLN untuk mencapai net zero emission 2060, terbagi menjadi beberapa tahap.
PT PLN (Persero) membutuhkan investasi lebih dari USD700 miliar atau setara dengan Rp11.323 triliun untuk mencapai emisi nol bersih (Net Zero Emisi) pada 2060.
-
Bagaimana Pertamina mencapai target Net Zero Emission 2060? Pertamina sebagai perusahaan pemimpin di bidang transisi energi, berkomitmen dalam mendukung target Net Zero Emission 2060 dengan terus mendorong program-program yang berdampak langsung pada capaian Sustainable Development Goals (SDG’s).
-
Apa yang dilakukan Pertamina untuk mencapai target Net Zero Emission 2060? Demi mencapai target Net Zero Emission 2060 PT Pertamina (Persero) telah melaksanakan berbagai program yang hasilnya telah terlihat nyata. Pertamina pamerkan deretan capaian tersebut pada gelaran Konferensi Tingkat Tinggi Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa 2023 atau Conference of the Parties 28 di Uni Emirat Arab.
-
Kapan Pertamina akan capai target Net Zero Emission? Nicke mengungkap energi adalah katalis pertumbuhan ekonomi. Oleh karenanya disaat yang sama, Indonesia terutama Pertamina perlu mengamankan energi sekaligus mengurangi karbon untuk mendukung target pemerintah mengenai Net Zero Emission pada 2060 mendatang.
-
Apa target PLN dalam mengembangkan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) di Indonesia? Dengan ARED, pemanfaatan air sebagai sumber energi listrik di Indonesia mampu meningkatkan pemanfaatan air menjadi 25,3 GW pada tahun 2040 atau meningkat sebesar 185 % dibandingkan Business as Usual (BaU)," papar Darmawan.
-
Apa yang akan dilakukan PLN di Bursa Karbon Indonesia? PLN akan menjadi trader terbesar di bursa karbon Indonesia dengan membuka setara hampir 1 juta ton CO2. Hal ini merupakan bagian langkah PLN mendukung pemerintah dalam penurunan emisi dan mengakselerasi transisi energi.
-
Bagaimana IKN Nusantara akan mencapai nol emisi? Otorita Ibu Kota Nusantara memiliki lima area fokus untuk mencapai kota nol bersih, antara lain; pertama, kehutanan dan penggunaan lahan lainnya. Membalikkan deforestasi menjadi reboisasi. Kedua, energi. Tidak menggunakan bahan bakar fosil untuk energi, listrik, dan transportasi.
Executive Vice President Perencanaan Sistem Ketenagalistrikan PLN, Warsono, dalam sebuah webinar di Jakarta, Selasa, mengatakan bahwa saat ini PLN memiliki 73 GW pembangkit listrik, dengan mayoritas masih menggunakan batu bara.
Untuk mencapai emisi nol bersih, PLN secara bertahap akan menggantikan energi batu bara dengan energi baru terbarukan (EBT), seperti energi surya, air, biomassa, dan hidrogen.
“Ammonia untuk menggantikan batu bara atau pengembangan nuklir ke depan juga bisa jadi opsi,” kata Warsono dilansir dari Antara, Selasa (16/7).
Strategi PLN untuk mencapai NZE 2060 tersebut terbagi menjadi beberapa tahap.
Untuk jangka pendek terdiri dari pengembangan energi terbarukan termasuk memanfaatkan gas sebagai energi penyangga untuk energi terbarukan yang nantinya akan diubah menjadi hidrogen, pensiun dini PLTU batu bara, co-firing biomassa, batu bara bersih.
Untuk jangka panjang, PLN akan melakukan peningkatan terus menerus pemanfaatan energi terbarukan, penggunaan baterai penyimpanan dan interkoneksi listrik, co-firing hidrogen, penggunaan Carbon Capture Utilization and Storage (CCUS), dan melanjutkan pensiun dini PLTU batu bara.
Pengembangan teknologi dan ekosistem pendukung juga dibutuhkan untuk mencapai NZE, seperti membangun infrastruktur untuk mendukung penggunaan kendaraan listrik, pemasangan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) atap, dan skema perdagangan emisi (emissions trading scheme).
PLN menargetkan total tambahan kapasitas pembangkit hingga tahun 2033 adalah 47 GW dengan porsi pembangkit EBT sebesar 20,923 GW atau 51,6 persen dan porsi pembangkit fosil sebesar 19,562 GW atau 48,4 persen.
Sementara itu, total tambahan kapasitas pembangkit hingga 2040 adalah 86 GW, dengan rasio 75 persen berasal dari pembangkit EBT dan 25 persen dari pembangkit berbasis gas.
Berdasarkan data Dewan Energi Nasional (DEN), persentase bauran energi pada 2023 masih didominasi batu bara (40,46%), minyak bumi (30,18%), gas bumi (16,28%), sedangkan EBT 13,09 persen.
Persentase bauran EBT meningkat 0,79 persen sehingga menjadi 13,09 persen pada 2023. Namun, realisasi tersebut masih di bawah target yang ditetapkan sebesar 17,87 persen.
Pemerintah menargetkan bauran energi terbarukan mencapai 17 hingga 19 persen pada 2025, 25-26 persen pada 2030, 38-41 persen pada 2040, dan 70-72 persen pada 2060.