Pemerintah Bidik Afrika dan Amerika Latin buat Impor Minyak dan Gas
Negara Afrika dan Amerika Latin dipilih menjadi alternatif karena rute pengiriman tidak melintasi Timur Tengah.
Negara Afrika dan Amerika Latin dipilih menjadi alternatif karena rute pengiriman tidak melintasi Timur Tengah.
- Pipa Gas Bumi Cisem II Jadi Jalan Tol Versi Gas, Perkuat Infrastruktur Energi Nasional
- Pemerintah Bakal Alihkan Pelabuhan Pintu Masuk Barang Impor, Pelabuhan Bitung dan Sorong Jadi Alternatif
- Menteri Arifin Tasrif Temui Menteri PUPR, Minta Biaya Gas Murah
- BBM Indonesia Selama Ini Tenyata Bergantung ke Singapura, Padahal Tak Punya Ladangan Migas
Pemerintah Bidik Afrika dan Amerika Latin buat Impor Minyak dan Gas
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) bakal mencari alternatif impor komoditas minyak dan gas (migas) dari kawasan Afrika dan Amerika Latin.
Menyusul konflik di Timur Tengah imbas Israel dan Iran yang saling serang.
Pasalnya, mayoritas impor minyak mentah Indonesia saat ini berasal dari Arab Saudi.
Sementara impor LPG paling besar datang dari Amerika Serikat, disusul Uni Emirat Arab dan Qatar.
Menteri ESDM Arifin Tasrif melihat peluang impor minyak mentah dari negara-negara Afrika semisal Mozambik terbilang cukup aman, lantaran jalur pengirimannya bisa langsung tanpa harus melewati Timur Tengah.
Selain Afrika, Amerika Latin juga jadi opsi alternatif untuk mendapatkan impor minyak mentah.
Meskipun Amerika Serikat menetapkan sanksi bagi Venezuela, Arifin mengintip peluang untuk bisa mengimpor minyak dari negeri tetangganya, Guyana.
"Kita kalau lihat dari mapping-nya kan kita juga bisa lihat kalau dari beberapa Afrika kan tidak lewat. Kemudian juga dari (Amerika) Latin," ujar Arifin di Kantor Ditjen Migas Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (19/4).
"Venezuela kan disetrap. Mungkin ada yang baru, Guyana, Mozambik. Kita itu harus (persiapkan) jangka panjangnya. Kalau gas kan kita sudah ada potensinya banyak,"
sambung Arifin.
Di samping minyak mentah, pemerintah juga bakal mencari alternatif suplai tambahan LPG dari negara lain.
Selain dari Selat Hormuz sebagai jalur perdagangan minyak paling penting di dunia yang terancam ditutup Iran, Arifin membuka beberapa negara yang bisa jadi sumber impor LPG.
"Misalnya LPG terganggu dari Timur Tengah.Kita bisa lihat yang ada di Australia. Atau di belahan Benua Amerika yang tidak lewat lintasan. Kalau tidak lewat lintasan itu (Selat Hormuz), bisa,"
pungkasnya.