Pemerintah serba salah hadapi gejolak ekonomi
Pemerintah menghadapi dilema di antara permasalahan nilai tukar dan kemiskinan.
Kondisi perekonomian Indonesia saat ini menempatkan pemerintah dalam posisi yang serba salah. Wakil Menteri Keuangan, Bambang Brodjonegoro, mengatakan, tekanan terhadap nilai tukar Rupiah dan pengentasan kemiskinan, memiliki solusi yang bertolak belakang.
Menurut Bambang, untuk menyelesaikan persoalan nilai tukar Rupiah, kebijakan moneter sangat tepat dilakukan. Namun, imbasnya akan menggerus pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi melambat, akan berimbas pada pengentasan kemiskinan.
-
Bagaimana Pejuang Rupiah bisa menghadapi tantangan ekonomi? "Tidak masalah jika kamu bekerja sampai punggungmu retak selama itu sepadan! Kerja keras terbayar dan selalu meninggalkan kesan abadi."
-
Bagaimana kondisi ekonomi Indonesia di era Soekarno? Dalam buku berjudul 'Jakarta 1950-1970', seorang dokter bernama Firman Lubis mengutarakan kondisi ekonomi Indonesia saat itu amat kacau. "Inflasi melangit dan menyebabkan nilai rupiah merosot tajam dalam waktu yang relatif singkat. Sebagai gambaran, ongkos naik bus umum yang pada tahun 1962 masih Rp1 berubah menjadi Rp1000 pada tahun 65,"
-
Bagaimana redenominasi rupiah dilakukan di Indonesia? Nantinya, penyederhanaan rupiah dilakukan dengan mengurangi tiga angka nol di belakang, contohnya Rp 1.000 menjadi Rp 1.
-
Apa yang dilakukan Kemenkumham untuk meningkatkan perekonomian Indonesia? Menurut Yasonna, dengan diselenggarakannya Temu Bisnis Tahap VI, diharapkan dapat memberikan dampak positif terhadap perkembangan perekonomian Indonesia.
-
Apa yang dijelaskan oleh Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, mengenai redenominasi rupiah? Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menjelaskan, implementasi redenominasi rupiah ini masih menunggu persetujuan dan pertimbangan berbagai hal.
-
Apa yang terjadi pada nilai tukar rupiah ketika Indonesia mengalami hiperinflasi di tahun 1963-1965? Di tahun 1963 hingga Soekarno lengser sebagai Presiden tahun 1965, Indonesia mengalami hiperinflasi sebesar 635 persen dengan nilai tukar rupiah saat itu berkisar Rp11 per USD1.
"Naikkan bunga setinggi-tingginya, pengetatan kredit, itu akan membuat pertumbuhan lambat. Itu Rupiah akan menguat. Akan tetapi kita itu tidak hidup hanya di pasar keuangan saja. Indonesia masih punya orang miskin 26 juta orang. Terus kita punya pengangguran 6 persen," tutur Bambang di Hotel Ritz Carlton Pacific Place, Jakarta, Kamis (10/10).
Menurut Bambang, pertumbuhan ekonomi yang melambat akan berimbas pada meningkatnya angka pengangguran. Kendati demikian, lanjut Bambang, pemerintah masih terus berupaya untuk menurunkan tingkat kemiskinan dan pengangguran.
"Korbankan pertumbuhan akibatnya kita susah kurangi kemiskinan. Apalagi pengangguran itu akan susah lagi. Maka dari itu kita tetap inginkan pertumbuhan tetap berlanjut," ungkapnya.
Untuk nilai tukar Rupiah, Bambang mengatakan, pemerintah sedang mempersiapkan langkah-langkah menghadapi keseimbangan baru dari nilai tukar Rupiah yang saat ini sedang dalam volatilitas yang sangat tinggi.
"Kita harus siap menghadapi keseimbangan baru. Kita tidak harus siapkan forecast untuk mata uang. Tapi kita siapkan untuk keseimbangan baru," tutup Bambang.
(mdk/bmo)