Pemerintah turunkan prediksi pertumbuhan ekonomi 2016
Dari semula 5,5 persen diturunkan menjadi 5,3 persen dalam RAPBN 2016.
Pemerintah menurunkan target pertumbuhan ekonomi dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2016. Semula target pertumbuhan ekonomi tahun 2016 sebesar 5,5 persen diturunkan menjadi 5,3 persen.
Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro mengatakan, penurunan target pertumbuhan ekonomi itu setelah mendapatkan berbagai masukan dari anggota DPR dan melihat kondisi perekonomian saat ini.
-
Apa yang dilakukan Kemenkumham untuk meningkatkan perekonomian Indonesia? Menurut Yasonna, dengan diselenggarakannya Temu Bisnis Tahap VI, diharapkan dapat memberikan dampak positif terhadap perkembangan perekonomian Indonesia.
-
Bagaimana pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal II-2023 dibandingkan dengan periode yang sama di tahun sebelumnya? Jika dibandingkan dengan kuartal II-2022, ekonomi RI mengalami perlambatan. Sebab tahun lalu di periode yang sama, ekonomi mampu tumbuh 5,46 persen (yoy).
-
Mengapa pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal II-2023 meningkat dibandingkan dengan kuartal I-2023? “Pertumbuhan ekonomi kita secara kuartal (q-to-q) lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang ini sejalan dengan pola yang terjadi di tahun-tahun sebelumnya, yaitu pertumbuhan triwulan II selalu lebih tinggi dibandingkan di triwulan I,” terang Edy.
-
Kapan pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 5,17 persen secara tahunan? Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di angka 5,17 persen secara tahunan (yoy) pada kuartal II-2023.
-
Bagaimana strategi pemerintah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi? Oleh karena itu, pendekatan pembangunan perlu diubah dari reformatif menjadi transformatif yang setidaknya mencakup pembangunan infrastruktur baik soft maupun hard, sumber daya manusia, riset, inovasi, reformasi regulasi, tata kelola data dan pengamanannya serta peningkatan investasi dan sumber pembiayaan.
-
Kenapa pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara di atas rata-rata nasional? Keberhasilan itu, lanjut politukus PDIP ini, karena pihaknya berhasil menjaga harga-harga kebutuhan tetap stabil dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi ."Kemarin juga kita mendapatkan penghargaan dari pemerintah pusat bahwa Sulut bisa menggerakkan ekonomi kreatif yang ada. Jadi bulan Agustus ini pengakuan dari pemerintah pusat bahwa apa yang kita kerjakan selama ini berdampak sangat positif bagi pembangunan Sulut."
"Mencermati apa yang menjadi pertanyaan dan masukan Komisi XI, yang harus diutamakan adalah realistis tanpa meninggalkan optimisme," kata Bambang di Komisi XI DPR, Senayan, Jakarta, Senin (21/9).
Bambang menjelaskan, diturunkannya target pertumbuhan ekonomi tahun depan didasari proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia dari International Monetary Fund (IMF) yang hanya 3,8 persen.
Perlambatan ekonomi China dari 6,8 persen tahun ini menjadi 6,3 persen pada 2016 juga turut menjadi faktor pertimbangan pemerintah menurunkan target pertumbuhan ekonomi nasional.
"Dengan melihat itu, konsumsi juga tetap pada 5 persen, dan belanja pemerintah masih menjadi andalan bersama dengan investasi, karena sudah ada berbagai deregulasi dan debirokratisasi. Maka itu kami mengusulkan pertumbuhan ekonomi ada di 5,3 persen. Di satu sisi lebih realistis tanpa meninggalkan optimisme," terangnya.
Bambang memaparkan, pemerintah terus memperhatikan kondisi ekonomi global yang semakin tidak pasti. Selain soal kebijakan The Fed, perekonomian dunia juga terimbas devaluasi mata uang Yuan.
"Kita melihat dalam kondisi global yang semakin tidak pasti, pergerakan ini cukup besar, seperti kurs di Rp 13.400, kemudian terjadi depresiasi ketika Tiongkok mendevaluasi (melemahkan) Yuan," imbuh Bambang.
Berdasarkan pertimbangan tersebut, lanjut Bambang, maka pemerintah memperkirakan pada 2016 inflasi mencapai 4,7 persen, Surat Perbendaharaan Negara (SPN) 3 bulan 5,5 persen. Untuk menjaga inflasi, pemerintah akan terus memantau fluktuasi harga pangan.
Sementara itu, Bank Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi nasional tahun depan berada di kisaran 5,2 persen hingga 5,6 persen.
"Terkait dengan pertumbuhan ekonomi, saat yang lalu diputuskan antara 5,5 persen sampai 6 persen. Kemudian diajukan 5,5 persen, sekarang kami perkirakan 5,2 persen sampai 5,6 persen. Jadi dengan poin 5,3 persen, kami nyaman karena dalam range yang diperkirakan," imbuh Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo.
(mdk/noe)