Kementerian Investasi Jawab Tantangan Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen, Ini Kiatnya
Presiden Prabowo Subianto menargetkan pertumbuhan ekonomi mencapai 8 persen dalam lima tahun kepemimpinannya.
Presiden Prabowo Subianto menargetkan pertumbuhan ekonomi mencapai 8 persen dalam lima tahun kepemimpinannya. Kementerian Investasi dan Hilirisasi/BKPM mengatakan bahwa target pertumbuhan sebesar 8 persen bukan sesuatu yang tidak mungkin.
Deputi Bidang Promosi Penanaman Modal Kementerian Investasi dan Hilirisasi/BKPM, Nurul Ichwan mengatakan bahwa pertumbuhan ekonomi bisa tercapai dengan berbagai syarat yang perlu ditempuh.
"Presiden Prabowo menginginkan pertumbuhan ekonomi 8 persen, semua orang mengatakan itu tidak mungkin sekarang saja kita sudah terseok-seok dengan pertumbuhan ekonomi 5 persen. Hal ini karena ada kebocoran yang luar biasa dan kelakukan-kelakuan bisnis yang tidak sesuai dengan kewajibannya. Jika kebocoran itu dikontribusikan untuk pertumbuhan ekonomi, maka pertumbuhan sebesar 8 persen mungkin," ujar Nurul Ichwan dalam Podcast Merdeka.com beberapa waktu lalu.
Selain itu investasi juga harus digalakkan pemerintah. Namun pria yang sudah berkarir 26 tahun ini memberi catatan agar investasi jangan melulu soal asing.
"Harus diopeni pengusaha yang di dalam negeri supaya mereka punya penguatan atas teknologi sehingga kapasitas mereka berkontribusi memberikan penguatan pada industri tadi. Kalau sekarang kan semua teknologi dibawa oleh mereka (asing), kapital juga lebih banyak dari mereka. Sehingga kita cuma pemegang saham yang minoritas," ujar Alumni Fakultas Ekonomi Universitas Jenderal Soedirman ini.
Menurut Nurul, jika pengusaha dalam negeri tidak diperkuat, hal ini berpotensi menjadi badai krisis yang luar biasa. Hal ini karena pengusaha dari luar negeri bisa saja sewaktu-waktu meninggalkan Indonesia yang bisa berakibat fatal.
"Begitu terjadi sesuatu yang tidak diinginkan, investor ini akhirnya hengkang keluar dari Indonesia, kita akan mengandalkan pengusaha dalam negeri. Kalau pengusaha dalam negerinya tidak kita perkuat, tidak diberikan kesempatan menguasai teknologi dan mendominasi pasar, ini kan punya potensi badai krisis yang luar biasa," ujar Nurul Ichwan.