Pengamat sebut pertumbuhan ekonomi RI stabil, bahkan terbaik ke 4 di Asia
Ekonom Universitas Indonesia (UI) Lana Soelistianingsih, menilai pertumbuhan ekonomi Indonesia relatif stabil. Bahkan pertumbuhan ekonomi Indonesia menempati urutan keempat setelah India, China, Filipina. Sehingga, tidak tepat jika pertumbuhan ekonomi Indonesia tertinggal dibanding negara lain.
Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK), beberapa waktu lalu mengatakan pertumbuhan ekonomi Indonesia belum dapat tumbuh tinggi seperti negara-negara lain. Padahal, beberapa indikator ekonomi makro menunjukkan angka-angka yang cukup baik.
Menanggapi hal tersebut, Ekonom Universitas Indonesia (UI) Lana Soelistianingsih mengaku tidak setuju dengan pernyataan Wapres JK. "Saya tidak setuju (pernyataan itu). Tidak tertinggal lah," katanya saat dihubungi merdeka.com, Jakarta, Sabtu (6/1).
-
Kenapa Ridwan Kamil menemui Jusuf Kalla? “Beliau kan orang pintar ya dan penuh dengan pengalaman, arif, bijaksana. Sehingga saya perlu mendapatkan arahan, wejangannya dari beliau,” sambungnya.
-
Bagaimana Jusuf Kalla menilai harga alutsista bekas yang dibeli pemerintah? "Sebetulnya bukan hanya bekas, berapa harga bekas itu? Itu hal yang berbeda. Kalau ini 'kan harganya rata-rata Rp1 triliun satu pesawat, pesawat yang umurnya 25 tahun," kata JK. Ketika orang ingin membeli pesawat, yang diukur ada dua yaitu umur dan jam terbangnya. Khusus umur sangat berpengaruh pada teknologi yang ada di dalam pesawat tersebut.
-
Apa yang dikritik oleh Jusuf Kalla terkait hukuman pidana dalam kesalahan strategi bisnis? Pasalnya, ada berbagai faktor yang menentukan kerugian dalam korporasi, bukan hanya semata-mata kesalahan strategi. "Direksi boleh mengambil keputusan karena korporasi ada tiga bagian, yakni direksi, komisaris dan pemegang saham. Sepanjang direksi diketahui dan disetujui oleh dua organ lainnya maka itu bukan pidana jika melihat dari sisi hukum korporasi atau perseroan terbatas," kata Dosen Hukum Universitas Indonesia Fully Handayani Ridwan dalam keterangannya, Rabu (22/5).
-
Siapa yang Jusuf Kalla kritik terkait hukuman pidana dalam kesalahan strategi bisnis? Pasalnya, ada berbagai faktor yang menentukan kerugian dalam korporasi, bukan hanya semata-mata kesalahan strategi. "Direksi boleh mengambil keputusan karena korporasi ada tiga bagian, yakni direksi, komisaris dan pemegang saham. Sepanjang direksi diketahui dan disetujui oleh dua organ lainnya maka itu bukan pidana jika melihat dari sisi hukum korporasi atau perseroan terbatas," kata Dosen Hukum Universitas Indonesia Fully Handayani Ridwan dalam keterangannya, Rabu (22/5).
-
Kenapa Jusuf Kalla menilai pembelian alutsista bekas dengan harga Rp1 Triliun tidak layak? "Sebetulnya bukan hanya bekas, berapa harga bekas itu? Itu hal yang berbeda. Kalau ini 'kan harganya rata-rata Rp1 triliun satu pesawat, pesawat yang umurnya 25 tahun," kata JK. Ketika orang ingin membeli pesawat, yang diukur ada dua yaitu umur dan jam terbangnya. Khusus umur sangat berpengaruh pada teknologi yang ada di dalam pesawat tersebut.
-
Apa yang diungkapkan Jusuf Kalla mengenai pembelian alutsista bekas? Pemerintah membeli alat utama sistem persenjataan (alutsista) bekas dengan harga murah bukan terjadi saat ini saja. Hal tersebut dinungkapkan langsung Mantan Wakil Presiden, Jusuf Kalla (JK) yang pernah berpasangan dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Joko Widodo. Pemerintah Beli Alutsista Bekas Umur 25 Tahun Harganya Rp1 Triliun kata JK dikutip dari Antara, Kamis (11/1) "Saya kira pemerintah 'kan tidak satu kali ini beli bekas (alutsista bekas), tetapi selalu murah. Murah sekali barang bekas itu sebetulnya, apalagi kalau sudah tua,"
Dia menilai pertumbuhan ekonomi Indonesia relatif stabil. Bahkan pertumbuhan ekonomi Indonesia menempati urutan keempat setelah India, China, Filipina. Sehingga, tidak tepat jika pertumbuhan ekonomi Indonesia tertinggal dibanding negara lain.
"Kita masih lebih baik dibandingkan dengan Malaysia, Thailand, Singapura mulai tumbuh. Saya tidak melihat jelek. Kalau di Asia kita empat besar setelah India, China, Filipina," ujarnya.
Sebelumnya, Wapres JK menilai salah satu penyebab pertumbuhan ekonomi belum tumbuh tinggi disinyalir adalah faktor eksternal yang selalu menimbulkan kekhawatiran. Meskipun tidak secara langsung memberikan dampak kepada Indonesia.
"Memang, banyak kekhawatiran ekonomi dunia. Tentu penuh dengan masalah, Timur Tengah, tambah lagi Iran yang mulai tidak puas terhadap pemerintah. Di Irak agak lebih menghangat lagi. Tapi semuanya itu ekonomi kita tidak terpengaruh karena kita mempunyai pasar yang cukup besar walaupun ekspor kita apabila ada masalah bisa terpengaruh," jelasnya.
Baca juga:
Jokowi: Diibaratkan orang sakit kita baik semua, tapi kok tidak bisa lari cepat
Anies Baswedan temui Gubernur BI, ini hasil pembicaraannya
E-commerce dan pariwisata jadi sektor penyumbang ekonomi RI terbesar di 2018
Bos BPS: Sektor industri harus digenjot untuk mendorong perekonomian
Soal pertumbuhan ekonomi RI tertinggal, JK sebut dipengaruhi gejolak dunia
Kinerja industri lesu buat pertumbuhan ekonomi Indonesia tertinggal negara dunia
Pelemahan industri ritel di tengah kemajuan ekonomi Indonesia