Pengusaha Soal 3,3 Juta Ha Kebun Sawit di Kawasan Hutan: Perubahan Tata Ruang
Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Eddy Martono mengklarifikasi tudingan pemerintah terkait keberadaan lahan sawit seluas 3,3 juta hektare (ha) di kawasan hutan. Eddy menyebut, keberadaan lahan sawit di kawasan hutan tersebut bukan sepenuhnya salah perusahaan maupun rakyat.
Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Eddy Martono mengklarifikasi tudingan pemerintah terkait keberadaan lahan sawit seluas 3,3 juta hektare (ha) di kawasan hutan. Eddy menyebut, keberadaan lahan sawit di kawasan hutan tersebut bukan sepenuhnya salah perusahaan maupun rakyat.
"Nah 3,3 (juta hektare) ini bukan berarti bahwa semua salah perusahaan. Juga bukan semua salah rakyat," kata Edyy kepada awak media di kawasan Mampang Prapatan, Jakarta Selatan, Senin (26/6).
-
Kenapa hutan awan begitu penting? Dari perspektif keanekaragaman hayati, hutan air memiliki peran penting karena menjadi habitat bagi berbagai tumbuhan dan hewan yang tidak dapat ditemukan di tempat lain di dunia, fenomena yang dikenal sebagai endemisme.
-
Bagaimana hutan awan terbentuk? Ketika udara tersebut naik dan mendingin, awan terbentuk saat bertemu dengan lereng gunung yang tinggi. Melalui fenomena ini, awan menyaring melalui tajuk pepohonan di mana uap air pada daun atau jarum pohon bergabung menjadi tetesan yang lebih besar.
-
Kapan Hutan Pinus Pengger buka? Hutan Pinus Pengger buka setiap hari mulai pukul 07.00 pagi hingga 17.00 sore.
-
Di mana letak Hutan Punti Kayu? Letaknya berada di tengah Kota Palembang tepatnya Jalan Kol. H. Burlian km 6,5.
-
Bagaimana kelapa sawit berkembang setelah ditanam di Kebun Raya Bogor? Setelah lima tahun ditanam di Kebun Raya Bogor, pohon ini akhirnya menghasilkan buah. Kemudian biji-bijinya disebar secara gratis hingga ke Pulau Sumatra pada tahun 1875 untuk menjadi tanaman di pinggir jalan.
-
Apa yang mendorong munculnya perkebunan rakyat di sekitar perkebunan kelapa sawit besar di Sumatra? Sehingga kehadiran perkebunan besar ini mendorong munculnya perkebunan rakyat di sekitarnya.
Eddy menjelaskan, bahwa persoalan terkait lahan sawit di kawasan hutan disebabkan oleh perubahan tata ruang. Akibatnya banyak lahan sawit yang beralih status menjadi kawasan hutan.
"Kemudian mereka beroperasi juga bukannya tanpa izin, yang terjadi di tengah perjalanan terjadi perubahan tata ruang. Yang tadinya bukan kawasan hutan menjadi kawasan hutan," ungkapnya.
Hal ini dibuktikan oleh sekitar 800 ribu hektare lahan sawit di kawasan hutan mengantongi izin Hak Guna Usaha (HGU). Bahkan, terdapat juga lahan rakyat eks Transmigrasi yang kemudian masuk menjadi kawasan hutan.
"Demikian juga yang rakyat itu sudah ada bersertifikat, malah itu Transmigrasi yang sejak 80-an (1980) masuk kawasan hutan," jelasnya.
Terkait rencana pemerintah untuk melakukan pemutihan atau pengampunan sebanyak 3,3 juta hektare (ha) lahan sawit yang berada di kawasan hutan. Eddy menilai, bagian dari implementasi amanat Undang-undang Cipta Kerja untuk mempercepat penyelesaian persoalan lahan sawit di kawasan hutan.
"Jadi, gini jangan salah ya 3,3 (juta hektare) diputihkan sebenarnya lanjutan dari UU CK, itu adalah sebenarnya supaya mempercepat penyelesaian sawit di kawasan hutan," pungkasnya.
3,3 Juta Hektare Lahan Sawit di Kawasan Hutan Diputihkan
Sebelumnya, Pemerintah akan melakukan pemutihan atau pengampunan sebanyak 3,3 juta hektare (ha) lahan sawit yang berada di kawasan hutan. Kebijakan ini bagian dari upaya pemerintah untuk memperbaiki tata kelola industri kelapa sawit di Indonesia.
"Ya kita putihkan terpaksa, emang mau kita apakan lagi, masa mau kita copotin itu (sawit) yah kan tidak," kata Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Panjaitan dalam Konferensi Pers Tata Kelola Industri Sawit di Kantornya, Jakarta Pusat, Jumat (23/6).
Akan tetapi, Menko Luhut tidak membocorkan daftar perusahaan pemilik lahan sawit yang berada di kawasan hutan tersebut. Dia menyebut fokus pemerintah saat ini untuk memperbaiki tata kelola industri kelapa sawit di Indonesia.
"Kita mau beresin ini (industri kelapa sawit) dari hulu ke hilir. Nah, hulu nya ini yang semrawut akibat hilirnya semrawut," tegasnya.
(mdk/azz)