Penurunan Permukaan Tanah Buat Jakarta Rugi Rp10 Triliun per Tahun
Selain ekonomi, nasib 50 juta masyarakat di kawasan pesisir juga dipertaruhkan.
Oenurunan muka tanah telah mengakibatkan banyak bencana di pesisir Jakarta, khususnya banjir.
Penurunan Permukaan Tanah Buat Jakarta Rugi Rp10 Triliun per Tahun
Penurunan Permukaan Tanah Buat Jakarta Rugi Rp10 Triliun per Tahun
- 25 Kelurahan di Jakarta Berpotensi Terendam Banjir saat Pencoblosan, Ini Daftarnya
- Kisah Area Eks Pabrik Percetakan Uang, Kini Menjadi Ruang Terbuka Hijau di Tengah Kota Jakarta
- Aturan Pembatasan Kendaraan di Jakarta Rampung Akhir Tahun, Ada Pembatasan Usia dan Jumlah Kendaraan
- Waspada! Permukaan Tanah di Selatan Jakarta Menurun, Begini Kondisinya
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto menyebut bahwa penurunan muka tanah atau degradasi tanah bakal membuat Jakarta mengalami kerugian ekonomi sangat besar di masa depan.
Sebab, penurunan muka tanah telah mengakibatkan banyak bencana di pesisir Jakarta, khususnya banjir. Jika itu tidak segera diantisipasi lebih masif, Jakarta potensi merugi hingga Rp10 triliun per tahun.
“Nanti koridor ekonomi Jawa akan terganggu kalau banjir rob. Kerugian akibat banjir mencapai Rp2,1 triliun per tahun, hanya di Jakarta. Sehingga dalam 10 tahun bisa (meningkat hinga) Rp10 triliun kerugiannya," ujar Menko Airlangga dalam seminar nasional yang diadakan Universitas Pertahanan di Grand Ballroom Hotel Indonesia Kempinski, Jakarta, Rabu (10/1).
Tak hanya Jakarta, banjir di Pantura Jawa juga akan berdampak terhadap 70 kawasan industri, 5 kawasan ekonomi khusus (KEK), 28 kawasan peruntukan industri (KPI), hingga 5 wilayah pusat pertumbuhan industri (WPPI).
Selain ekonomi, nasib 50 juta masyarakat di kawasan pesisir juga dipertaruhkan.
"Jumlah penduduk di Pantura Jawa 50 juta orang. Jadi yang terdampak nanti ada 50 juta. Bukan hanya ekonomi dan infrastruktur, tapi keberlangsungan hidup masyarakat juga," imbuh Airlangga.
Pesisir Pantura Jawa juga menghadapi berbagai ancaman dan tantangan akibat degradasi tanah. Menurut pemaparan Airlangga, laju penurunan muka tanah pada kota-kota di Pantura mencapai 1-25 cm setiap tahun.
Banjir rob juga kerap terjadi akibat penurunan tanah mencapai ketinggian 5-200 cm. Krisis air baku pun terjadi, lantaran kebutuhan air baku di 2024 mencapai 392 M3 per detik. Sedangkan ketersediaan hanya 88,2 M3 per detik.
"Land subsidence yang tejadi di kawasan Pantura Jawa tidak hanya membahayakan keberlangsungan aktivitas ekonomi dan infrastruktur, tapi juga kehidupan sosial, budaya, dan ekonomi bagi jutaan masyarakat yang tinggal di wilayah tersebut," tegasnya seraya menimpali kembali.