Penyumbang Ekspor dan Devisa Besar, Industri Jasa Diminta Dioptimalkan
Ekonom Faisal Basri menyebutkan orientasi ekspor Indonesia saat ini telah mengalami perubahan. Indonesia menurutnya tidak lagi menjadi negara pengekspor barang, melainkan jasa. Hal itu tentu saja harus dimanfaatkan dan dijadikan peluang oleh pemerintah untuk mengejar target ekspor.
Ekonom Faisal Basri menyebutkan orientasi ekspor Indonesia saat ini telah mengalami perubahan. Indonesia menurutnya tidak lagi menjadi negara pengekspor barang, melainkan jasa. Hal itu tentu saja harus dimanfaatkan dan dijadikan peluang oleh pemerintah untuk mengejar target ekspor.
"Perekonomian kita ditandai oleh sektor-sektor penghasil barang tumbuh 3 persenan, sementara jasa tumbuh 6 persenan," kata dia dalam sebuah acara diskusi di Kawasan Kebon Sirih, Jakarta Pusat, Rabu (27/3).
-
Kapan Faisal Basri meninggal? Namun takdir berkata lain, Ramdan mengaku kalau sekira pukul 04.30 WIB atau waktu Subuh tadi, Faisal telah menghembuskan nafas terakhirnya, setelah melalui masa kritis pada dua hari lalu.
-
Di mana Faisal Basri dimakamkan? Sebagai informasi, nantinya pemakaman almarhum Faisal Basri akan dilakukan sekitar Ba’da Ashar dari Masjid Az Zahra, Gudang Peluru, Tebet, Jakarta Selatan.
-
Kapan Faisal Basri wafat? Diketahui, almarhum wafat pada pagi dini hari, 5 September 2024, pukul 03.50 WIB di RS Mayapada, Kuningan, Jakarta.
-
Siapa yang menyatakan duka atas wafatnya Faisal Basri? Guru Besar Hukum Tata Negara Mahfud MD, mengaku berduka atas berpulangnya salah satu tokoh ekonom bangsa, Faisal Basri.
-
Bagaimana kondisi Faisal Basri sebelum meninggal? "Terus pulang hari Sabtu (31/8) sudah lemas tapi enggak mau ke dokter, abang saya agak malas kalau ke dokter kalau nggak sakit sekali,” kata Ramdan.
-
Apa yang terjadi pada Faisal Basri sebelum meninggal? Jadi mau dikateter, tapi gak stabil gula maupun ginjal. Jadi masuk icu dulu deh biar stabil senin siang. Lalu masuklah ICU. Semalam itu seharusnya sudah mulai membaik sudah mulai stabil," tambahnya.
Dia mengungkapkan, sebetulnya ekspor barang tidak digenjot pun tidak menjadi masalah. Sebab saat ini justru terjadi kenaikan konsumsi dalam negeri yang cukup signifikan. Hal itu menandakan barang-barang yang diproduksi dalam negeri justru diserap oleh kebutuhan dan permintaan domestik.
"Konsumsi naik 5 persenan jadi buat apa ekspor? Tidak berarti ekspor turun jelek, itu penyerapan dalam negeri naik lebih cepat dari pasokannya, jadi ikhlaskan saja," ujarnya.
Dia mengakui, beberapa komoditas seperti makanan dan minuman, karet dan beberapa komoditas lainnya memang masih menjadi primadona ekspor Indonesia. Namun, tidak dapat dipungkiri saat ini Indonesia memperoleh keuntungan lebih tinggi dari ekspor jasa.
"Secara umum ekonomi kita bukan penghasil barang lagi tapi penghasil jasa. Ekspor barang turun terus 51 persen. Kemudian pekerja di sektor jasa naik 55 persen, di sektor barang 45 persen. Di barang kan robot makin banyak," ujarnya.
Selain itu, dilihat dari sisi penyumbang devisa terbesar saat ini juga berasal dari sektor jasa. "Penyumbang devisa itu kan jasa, turis sumbang USD 14 miliar, tenaga kerja USD 11 miliar. Jadi kalau dua ini sudah USD 25 miliar. Kita ekspor perawat saja untuk orang-orang tua di Jepang. Barang sudah ke Vietnam semua, Bangladesh, Laos," tutupnya.
Baca juga:
Menperin Butuh Banyak Malaikat Untuk Genjot Produksi Dalam Negeri
Menperin Rayu Dubes Jerman Hapus Bea Masuk Produk RI ke Eropa
Bank Indonesia Catat Impor Kebutuhan Infrastruktur Sepanjang 2018 Capai Rp 85 Triliun
Tekan Impor Bahan Baku Industri Farmasi, ini Strategi Menperin Airlangga
Pemerintah Dorong Industri Farmasi Incar Pasar Ekspor Baru, Salah Satunya Afrika
Lepas Ekspor ke-3.000 Bayer, Menperin Sebut Kontribusi Industri Farmasi Terus Naik
Ekspor Produk Narapidana Indonesia Capai Jepang Hingga Eropa