Perjalanan Hidup Prabowo Subianto Hingga Menang Pilpres 2024 Versi Quick Count
Prabowo Subianto lahir pada 17 Oktober 1951. Dia merupakan anak dari pakar Ekonomi Indonesia pada zaman Soekarno dan Soeharto.
Kendati pengumuman resmi oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) belum dirilis, hasil hitung cepat diyakini tidak akan jauh berbeda dengan penghitungan yang dilakukan oleh KPU.
Perjalanan Hidup Prabowo Subianto Hingga Menang Pilpres 2024 Versi Quick Count
Perjalanan Hidup Prabowo Subianto Hingga Menang Pilpres 2024 Versi Quick Count
- Kembali Dikenang, Prabowo ke Maruli Simanjuntak 'Satu-Satunya Perwira yang Digendong Presiden Prabowo'
- VIDEO: Menang Quick Count, Prabowo Diteriaki Pendukung Diminta Balikan Dengan Titiek Soeharto
- Menang di Quick Count, Prabowo Ziarah Ditemani Didit ke Makam Ibunda Hari Ini
- Menang Pilpres 2024 versi Quick Count, Prabowo Ucapkan Terima Kasih ke Paslon 01 dan 03
Prabowo Subianto keluar sebagai pemenang dalam kontestasi Pilpres 2024 berdasarkan hasil hitung cepat. Dari berbagai lembaga survei menunjukan, calon presiden nomor urut 02 itu meraih suara lebih dari 50 persen.
Kendati pengumuman resmi oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) belum dirilis, hasil hitung cepat diyakini tidak akan jauh berbeda dengan penghitungan yang dilakukan oleh KPU.
Kemenangan Prabowo berdasarkan hitung cepat ini merupakan kemenangan pertama yang dia raih selama mengikuti empat kali kontestasi Pilpres.
Oleh sebab itu, berikut perjalanan sukses Prabowo Subianto sebelum berkancah ke Dunia politik.
Prabowo Subianto lahir pada 17 Oktober 1951. Dia merupakan anak dari pakar Ekonomi Indonesia pada zaman Soekarno dan Soeharto yaitu Profesor Soemitro Djojohadikusumo.
Prabowo juga merupakan cucu dari Pendiri Bank Indonesia yang saat ini bernama BNI, dan juga anggota BPUPKI untuk kemerdekaan Indonesia yaitu Raden Mas Margono Djojohadikusumo.
Kehidupan Prabowo cukup bergejolak. Di era pemerintahan Soekarno, ayah dari Prabowo, Soemitro Djojohadikusumo, terlibat dalam gerakan pemberontakan. Akhirnya, pada tahun 1958, Soemitro memboyong seluruh keluarga pindah ke Singapura.
Di Singapura, Prabowo mengenyam pendidikan di British Elementary School. Namun gejolak politik Singapura kala itu yang lebih memilih menjaga hubungan baik dengan presiden Soekarno membuat Prabowo beserta orang tuanya pindah ke Hongkong pada tahun 1962.
Di Hongkong, Ayahnya mendaftarkan Prabowo beserta saudaranya di Glenealy Junior School. Di sana, sang ayah membuka bisnis konsultan ekonomi.
Pada tahun 1970, Prabowo memulai kariernya saat mendaftarkan diri di Akademi Militer Magelang, Ia kemudian Lulus pada tahun 1974 dari Akademi Militer.
Kemudian pada tahun 1976, dia ditugaskan sebagai Komandan Pleton Para Komando Grup I Komando Pasukan Sandhi Yudha (Kopassandha) dan ditugaskan sebagai bagian dari operasi Tim Nanggala di Timor Timur.
Setelah memutuskan untuk meninggalkan karir militer, Prabowo beralih untuk menjadi seorang pebisnis mengikuti jejak sang adik.
Langkah pertama Prabowo menjadi pebisnis yaitu ketika dia membeli PT Kiani Kertas, perusahaan pengelola pabrik kertas yang berlokasi di Mangkajang, Kalimantan Timur, seharga Rp1,8 triliun. Perusahaan itu sebelumnya milik Bob Hasan, pengusaha yang dekat dengan Presiden Soeharto.
Melalui Kiani Kertas, yang kemudian diganti menjadi Kiani Nusantara, Prabowo meluaskan jejaring bisnisnya di berbagai bidang.
Prabowo tercatat sebagai pemilik dari PT Tidar Kerinci Agung yang bergerak dalam bidang produksi minyak kelapa sawit. Kemudian dia juga memimpin PT Nusantara Energy yang bergerak dalam bidang migas, pertambangan, pertanian, kehutanan dan pulp, dan juga PT Jaladri Nusantara yang bergerak di bidang perikanan.