Pertamina International Shipping Bongkar Strategi Capai Target Nol Emisi di 2050, Begini Detailnya
Eka memaparkan, target pengurangan karbon emisi dari PIS selaras dengan strategi jangka panjang dari organisasi International Maritime Organization (IMO).
Direktur Business Planning PT Pertamina International shipping (PIS), Eka Suhendra mebongkar target jangka panjang dan strategi perusahaan untuk meraih nol emisi di 2050.
Salah satunya dengan mengakselerasi inisiatif dekarbonisasi agar mencapai target pengurangan karbon emisi hingga nihil pada 2050, dan meningkatkan kontribusi bisnis hijau menjadi 34 persen pada 2034.
- Pertamina International Shipping Target Jadi Pemimpin Global Logistik Maritim di 2034, Ini Strategi Dilakukan Perusahaan
- PIS Target Tekan Emisi Karbon 30 Persen di 2030, Begini Strategi Dijalankan Perusahaan
- Jawab Tantangan Transisi Energi Dunia, Pertamina International Shipping Modernisasi Armada Operasional
- Pertamina International Shipping Ekspansi ke Pasar Internasional, Dirut Pertamina Bilang Begini
Eka memaparkan, target pengurangan karbon emisi dari PIS selaras dengan strategi jangka panjang dari organisasi International Maritime Organization (IMO). Dengan komitmen ini, PIS tidak hanya mendukung inisiatif global untuk melawan perubahan iklim, tetapi juga meningkatkan efisiensi operasional dan mengurangi biaya operasional terkait emisi.
"Strategi kami untuk mencapai realisasi target jangka panjang tersebut adalah melalui pengurangan emisi sebesar 32 persen pada 2030 yang merupakan langkah awal untuk mencapai Net Zero Emission pada 2050, sesuai target dari International Maritime Organization (IMO)," ujar Eka dalam keterangan tertulis, Kamis (29/8).
Dalam mendukung realisasi target jangka panjang tersebut, PIS melakukan sejumlah inovasi khusus untuk mengurangi produksi emisi karbon dalam seluruh lini bisnisnya. Salah satunya melalui pengembangan teknologi Energy Saving Devices dan pengembangan desain kapal yang ramah lingkungan.
"Pertamina sendiri punya 10 fokus sustainabilitas operasi yang terbagi dalam tiga komponen utama yakni Environmental, Social, dan Governance (ESG). Untuk contohnya sendiri terkait perlindungan keanekaragaman hayati PIS telah melakukan investasi pemasangan ballast water treatment di armada kapal PIS untuk meminimalisir kerusakan ekosistem laut di sekitar kapal," terangnya.
PIS juga turut memberlakukan inovasi-inovasi teknologi hijau untuk kapal baru dan konversi bahan bakar melalui teknologi dual fuel yang dapat meningkatkan efisiensi bahan bakar hingga 30 persen.
Selain mengurangi produksi karbon emisi, PIS juga menargetkan peningkatan signifikan terhadap kontribusi laba yang dihasilkan dari Green Cargo Business, seperti Liquified Natural Gas (LNG) dan Liquified Carbon Dioxide (LCO2).
"PIS juga memiliki aspirasi sampai 2034 untuk meningkatkan revenue dari low carbon business seperti LPG, LNG, dan amonia. Kami berharap PIS dapat meningkatkan kontribusi sektor bisnis hijau menjadi 34 persen dalam 10 ke depan. Saat ini angka tersebut berada di sekitar 15 persen dari total kontribusi bisnis PIS," papar Eka.
Bahan Bakar Hijau
Salah satu strategi PIS untuk meningkatkan kontribusi bisnis hijau melalui pasar bahan bakar hijau. Volume perdagangan LPG dunia diproyeksi akan tumbuh 13 persen dalam 5 tahun ke depan.
Adapun impor LPG dari empat negara besar di Asia, yaitu China, Jepang, Korea Selatan, dan India diproyeksikan bakal naik 35,4 persen di 2028.
Di Indonesia sendiri, sambung Eka, permintaan LPG untuk kebutuhan rumah tangga akan naik rata-rata 3,9 persen per tahun sampai 2030. Sementara untuk amonia, volume perdagangannya diproyeksikan naik rata-rata 22,5 persen per tahun hingga 2028.
Untuk melayani pasar bahan bakar hijau yang terus berkembang, PIS mendatangkan 2 unit kapal tanker baru berupa Very Large Gas Carrier (VLGC) yang dikhususkan untuk mengangkut muatan LPG dan Amonia.
Dengan hadirnya dua unit kapal tersebut, Eka berharap PIS dapat meningkatkan kapasitas pengangkutan bahan bakar low carbon baik di dalam maupun luar negeri.
"Strategi jangka panjang kami untuk memangkas produksi karbon emisi dan meningkatkan kontribusi bisnis hijau sudah sejalan dengan visi nol emisi pemerintah Indonesia pada 2060. Meskipun kami menargetkan 10 tahun lebih cepat di tahun 2050," tutur Eka.